Acara pernikahan yang sudah berlangsung dengan syahdu di kediaman mempelai wanita sudah ramai dengan tamu undangan. Dua mempelai berdiri di pelaminan dengan kaku, akan tetapi tetap tersenyum ramah menyalami para tamu yang terus-menerus berdatangan untuk mengucapkan selamat kepada mereka, Afif Farhan dan Andini Kayla Rizki.
Baik Afif maupun Kayla belum pernah bertemu sebelumnya dan tidak saling kenal. Mereka sekadar tahu nama masing-masing karena Ali kakaknya Kayla sering bercerita tentang temannya yang bernama Afif, Begitupun sebaliknya Ali sering bercerita tentang adik perempuannya kepada Afif saat kuliah bersama dulu. Namun, jodoh tidak ada yang tahu, saat keluarga Afif dan Ali bertemu ketika di Jogjakarta satu Minggu yang lalu, dua keluarga ini memutuskan untuk menikahkan Afif dengan Kayla, adik kandung Ali.
Selanjutnya, seperti apa cerita cinta Afif dan Kayla yang berawal karena perjodohan ini?. yuk lanjut baca full bab nya!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myday Chococino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15: Masakan Afif untuk Kayla
Afif bangun terlebih dahulu dan langsung menunaikan salat tahajud. Ia berzikir dan mengaji selagi menunggu subuh. Ia sengaja tidak membangunkan Kayla karena Afif rasa istrinya itu masih sakit. Ia akan membangunkannya ketika azan subuh tiba.
“Allahuakbar Allahuakbar “ azan subuh berkumandang dari masjid santri putra. Afif berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Kayla yang sedang tertidur.
“Kayla bangun, salat subuh dulu,” Afif menepuk pundak Kayla yang ditutupi kerudung dan baju tidurnya yang memang berlengan panjang, jadi meskipun Afif menyentuhnya tidak akan membatalkan wudhu-nya karena tidak menyentuh kulitnya langsung.
Kayla membuka matanya, mengerjapkan matanya beberapa kali.
“Salat dulu,” kata Afif lagi. Kayla langsung duduk dan melihat Afif yang sudah berpakaian lengkap.
“Kayla gak dibangunin untuk salat tahajud?,” tanya Kayla. Tumben, batin Kayla.
“Hmm, karena kamu sakit, jadi saya biarin kamu istirahat lebih lama,” kata Afif. Kayla diam menatap Afif dan mengecek matanya.
“Saya salat di masjid, jika masih sakit nanti saya informasikan kepada pengurus biar santri gak mengaji ke kamu dulu, gak papa,” kata Afif.
“Udah nggak, kok,”
“Okay, saya ke masjid dulu, Assalamu’alaikum ,” kata Afif dan keluar dari kamar.
"Waalaikumsalam"
jawab Kayla.
Setelah itu, Kayla langsung masuk ke kamar mandi untuk berwudhu dan salat subuh. Setelah itu dilanjutkan dengan mengaji surah alwaqiah dan melanjutkan mengaji juz 14, terkait hukuman mengaji yang disuruh Afif semalam belum Ia selesaikan, jadi Kayla akan membacanya beberapa lembar setiap selesai salat.
Pukul setengah enam Kayla sudah mendengarkan simaan Al-Qur’an beberapa santri (bahasa Maduran-ya netenen santre ngaji) yang mengaji padanya.
Sekitar pukul enam lewat, Kayla selesai menyimak santri yang mengaji padanya. Ia masuk ke kamar untuk mengganti mukenanya dengan kerudung biasa. Kemudian Ia menyapu kamarnya dan sedikit merapikan beberapa barang.
Saat Kayla menyapu di ruang tengah, Mbak Tin datang bersama khozaimah, santri yang waktu itu jalan-jalan ke depan bersama nya.
“Neng biar khozai aja yang nyapu,” kata Mbak Tin. Khozai mengambil sapu di tangan Kayla dan melanjutkan menyapu.
“Padahal biar saya aja yang nyapu,” kata Kayla.
“Gak papa, khozai memang bertugas untuk menyapu dan nge pel, saya yang masak,” jelas Mbak Tin. Kayla hanya mengangguk tidak enak kepada mereka.
“Mbak, kok baju saya yang di keranjang baju kotor kok ngga ada, ya?,” tanya Kayla.
“Oh itu ada di ndalem, mungkin sekarang masih disetrika neng,” jawab mbak Tin.
“Kalau baju Mas Afif dicuciin juga?,” tanya Kayla.
“Nggak, Ra Afif sangat pemilih untuk siapa yang akan mencuci bajunya, jadi Ra Afif nyuci sendiri,” jelas Mbak Tin yang sedang mencuci beras.
Kayla mengangguk mengerti, Kayla memang bukan anak seorang Kiyai tapi uwak nya adalah seorang Kiyai. Jadi Ia sedikit tahu bahwa rasokan (baju-baju Kiai, ibu nyai dan anak-anaknya) dicuci oleh mbak-mbak ndalem atau santri. Para santri dan mbak-mbak ndalem menganggap itu sebagai bentuk dari menghormati guru dan dalam usaha untuk memperoleh ilmu yang barokah.
“Assalamualaikum,” kata Afif yang baru saja datang dari masjid.
“Waalaikumsalam,” jawab Kayla. Mbak Tin juga menjawab tapi dengan suara kecil.
“Mbak, biar saya saja yang masak. Mbak dan khozai kembali ke ndalem umi aja,” kata Afif.
“Oh, Enggi (enggi adalah bahasa Madura halus, artinya “Iya”) Ra.” Setelah itu Mbak Tin dan Khozaimah pergi ke ndalem.
Kayla menatap Afif bingung. “Mas beneran mau masak?,” tanya Kayla.
“Hmm,” jawab Afif dengan deheman. Ia melepas songkok dan melepas baju putihnya di depan Kayla. Meskipun Afif memakai kaos putih polos dibalik bajunya itu Kayla tidak enak melihatnya, Kayla menatap ke arah lain.
“Boleh saya minta tolong?,” tanya Afif yang melihat Kayla mengalihkan pandanganya saat Ia membuka baju. “Padahal saya pakai kaos, kenapa dia melihat ke arah lain,” batin Afif.
“Iya, apa?,” jawab Kayla melihat ke arah Afif yang sekarang terlihat tampan dengan hanya menggunakan atasan kaos putih polos dan sarung.
Sebenarnya Kayla terpesona dengan suaminya itu, cuma berlagak biasa saja.
“Ini letakkan baju dan songkok saya ke kamar,” kata Afif dan memberikannya kepada Kayla.
Dengan sigap Kayla menerima baju dan songkok Afif, Kayla menjawab “Iya,” setelah itu Ia berjalan ke kamar dan menggantung bajunya dan meletakkan songkok di tempat biasa Afif meletakkan songkoknya itu.
Kemudian Kayla kembali ke dapur. Di sana Afif sedang memasak. Afif yang melihat Kayla berdiri di belakangnya menyuruhnya duduk. “Duduk, aja,” kata Afif. Kayla menurut dan duduk di kursi sambil melihat Afif.
Afif mencuci beberapa telur dan merebusnya. Kemudian Ia berjalan ke arah kulkas dan mengambil pisang dan diberikan kepada Kayla.
“Sarapan ini dulu,” kata Afif. Afif juga duduk dan memakannya, Kayla yang masih planga plongo menurut saja dan memakan pisang yang diberikan Afif.
“Emang Mas nggak ada kelas pagi ini?,” tanya Kayla.
“Gak ada, saya langsung ke kampus nanti habis Zuhur,” jawab Afif.
“Oooh, iya iya,” Kayla mengangguk.
Setelah itu Afif melanjutkan acara memasaknya. Beberapa menit kemudian masakan Afif sudah siap terhidang di meja makan.
Di sana tersaji nasi putih yang tadi dimasak oleh Mbak Tin, tumis kangkung, sayur bayam dan telur rebus yang Afif masak pagi ini.
“Yang saya tahu makanan ini bagus untuk orang yang sedang sakit maag,” ujar Afif.
“Ehm iya, terima kasih,” kata Kayla tersenyum tulus kepada Afif.
“Segera ambil piring, buat saya juga,” Kayla langsung mengambil piring dan memberikan kepada Afif.
“Ehm, enak,” kata Kayla dengan mata berbinar menatap Afif.
Afif hanya tersenyum tidak menanggapi. Baguslah kalau kamu suka, batin Afif.
“Terima kasih,” ujar Kayla berterima kasih kembali.
“Hmm,” Afif hanya menjawab dengan deheman disela kunyahannya.
“Aku jadi terharu,” kata Kayla di dalam hatinya, Ia merasa senang karena Afif begitu perhatian padanya.
Afif juga senang karena Kayla menyukai masakannya, Ia sengaja memasak sendiri untuknya agar istrinya itu tidak telat makan lagi.
Mereka memang belum merasakan yang namanya benih cinta di dalam hatinya, namun itu akan perlahan muncul diawali dengan perhatian seperti ini. Tanpa mereka sadari mereka telah saling memperhatikan satu sama lain.
kmn nih??
koq blm. muncul juga???
Lebaran yaaaa.... 😃🤣
😃😀
pengen bgt lht mereka mesraan
sudah kudugaaaaa
Eh, Gus...
jgn dekat2 Neng Naura ya..
AWAS!!!!!
sesekali 'serang' bae, Gus.....
perasaan selalu 'belum siap'...
🤗
masak dimesrain ma suami, menjauh gitu...
giliran dgr mantan mantan Afif, dia kepo+jealous juga....
kpn ya musim panas nya???
😁😄🤣🤣
Siap, Dan!!!!!!!