Seorang gadis berusia 20 tahun, yang bekerja sebagai pelayan di sebuah Mension mewah milik keluarga Angkasa.
Suatu hari, gadis bernama Dara itu, tak sengaja di nodai oleh putra satu-satu tuan Angkasa, yang menyebabkan ia hamil.
Karena kehamilannya, ia terpaksa di nikah sirihkan oleh laki-laki yang telah menodainya.
Ayo ikuti kisahnya, apakah Dara mampu bertahan dalam rumah tangga menjadi istri sirih sekaligus istri simpanan? Apakah dia bisa melalui ujian rumah tangga yang di penuhi banyaknya rintangan? Ataukah ia akan memilih pergi saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulut pedas tetangga.
Dara mengambil selimut dari lemari, setelah itu mendekat pada Adam,
dan mengambil satu bantal di dekat laki-laki yang berbaring itu, melebarkannya, buat alas dan berbaring di lantai bersiap untuk tidur.
"Dara" terdengar suara pria itu sedang memanggilnya.
"Hm," Dara hanya berdehem. Posisinya saat ini sedang membelakangi Adam.
"Pijat aku," kata Adam masih menutup kedua bola matanya.
Dara membangunkan dirinya tanpa membantah, mendekat pada Adam, duduk di pinggir ranjang.
"Anda ingin saya pijat yang mana?" Tanya Dara.
"Pijat bahuku,"
Dara mengangkat tangannya mulai memijat bahu pria itu.
"Kau pernah memeriksa kandunganmu ke rumah sakit?" Tanya Adam membuka kedua bola matanya yang ia tutup tadi.
Menggeleng. "Tidak, aku sibuk bekerja di rumah tuan Angkasa, aku belum punya kesempatan untuk ke rumah sakit," jawab Dara masih fokus memijat.
"Kenapa kau tidak pernah memakai uang dalam kartu ATM yang aku berikan padamu?" Tanyanya lagi.
Dara memilih diam tanpa menjawab Adam.
"Aku bertanya padamu Dara"
"Saya juga tidak lagi membutuhkan uang," jawab Dara.
Adam tiba-tiba saja memegang tangan Dara yang sedang memijat.
Dara melihat ke arah wajah pria yang memegangnya itu.
"Ada apa?" Tanya Dara
Laki-laki itu hanya diam, ia fokus melihat bibir merah wanita di depannya.
Adam mendudukkan dirinya, dan langsung menempelkan b*birnya pada wanita itu.
Dara kaget, ingin menarik wajahnya. Tapi Adam menahan tengkuknya, Adam juga hanya mendiamkan bibirnya yang menempel pada bibir Dara.
Sedetik kemudian, juniornya benar-benar bangun dan berdiri tegak. Ternyata Adam sedang mencoba dugaannya, apakah benar jika pamungkasnya hanya bereaksi pada Dara, ternyata dugaannya benar, sekarang sudah terbukti jika ia tak sakit, karena juniornya hanya bereaksi pada Dara istri pertamanya.
Adam menarik Wajahnya. "Tidurlah di sini," kata Adam berdiri dari ranjang dan melangkah, berbaring di atas selimut yang sudah Dara siapkan tadi untuk ia tidur.
Ada apa dengannya? Dia sangat aneh ... Dara membaringkan dirinya di ranjang, hanya sebentar saja, ia sudah terlelap.
Adam masih berbaring sambil berpikir. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa aku hanya menginginkan gadis itu. Batin Adam menahan gejolak yang mengalir pada tubuhnya, birahi yang ingin segera di tuntaskan. Tapi entah mengapa, ia tak ingin melakukan itu pada wanita yang tertidur diranjang depannya, karena ia merasa tak mencintai Dara, dan ia tak ingin melakukannya dengan wanita yang tak ia cintai.
,,,
Keesokan harinya.
Ibu Ida keluar dari rumah untuk membeli sayur di gerobak penjual sayur yang sering lewat di depan rumahnya.
Ia menyerjit saat melihat mobil mewah parkir di halaman rumahnya, karena ia tak tau jika menantunya berada di kamar putrinya. Dan itu juga bukan mobil Ririn, karena Ririn juga sudah membeli mobil dan rumah sendiri untuk ia tinggali saat mendapat uang 2 miliar dari Adam. Ia juga mengajak ibunya pindah kerumah barunya, tapi ibu Ida tak mau meninggalkan rumah peninggalan suaminya.
Ibu Ida melangkah ke arah penjual sayur. "Ehem! Ada menantu kaya deh kayaknya di rumah ibu Ida ya?" Tanya ibu-ibu tetangga menatap rendah padanya.
Ibu Ida hanya tersenyum tipis.
"Iya iyalah, menantu kaya, kan enak nggak usah jual kue keliling lagi, cukup jual anak sendiri," sahut ibu-ibu lainnya yang nyinyir.
"Hus, jangan ngomong gitu" kata bapak-bapak penjual sayur.
"Emang kenyataan kok, anak dia udah hamil dari laki-laki kaya itu, berapa kira-kira uang yang di hasilkannya, penasaran karena anaknya bisa beli mobil dan rumah gede" sindir tetangga pada ibu Ida yang hanya bisa diam dengan bola mata berkaca-kaca.
Karena ini bukan pertama kali ia mendapat sindiran dan hinaan dari tetangga-tetangganya, bahkan setiap hari di manapun mereka bertemu dengan ibu Ida, pasti mereka akan menyindirnya, kampung itu di penuhi dengan bergosip tentang keluarga ibu Ida saja.