Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 Perhatian.
"Selalu saja membuat masalah dan membuat kepalaku semakin sakit," ucap Sarah semakin mumet dengan melihat tingkah putrinya.
"Sekaran kau minta maaf pada semua orang!" tegas Sarah yang mendorong bahu Vanisa. Karena begitu lemas berdiri smpai membuat Vanisa terduduk di tanah.
"Lihatlah dirimu yang benar-benar sangat lemah dan pantas saja kau terus saja disembunyikan. Karena memang hanya membawa masalah!" tegas Sarah yang sudah tidak tahu mau berkata apa lagi dan langsung pergi dari hadapan Vanisa.
Vanisa yang hanya tertunduk dengan menangis. Dia benar-benar capek dengan kehidupannya. Sarah seolah mengeksploitasi dirinya di keluarga Arvin. 3 Tahun Vanisa harus menahan semua itu dan entahlah sampai kapan dia akan bertahan.
"Aku akan mengakhiri semua ini. Pernikahan ini tidak ada gunanya. Semua selalu di paksakan untukku dan memang lebih baik berpisah. Bukankah aku masih bisa memiliki kesempatan untuk tetap bertahan," ucapnya dengan menangis sesenggukan.
"Anak itu benar-benar hanya bisa membuatku dongkol!"
"Aku bisa semakin tua yang terus marah-marah, aku bisa-bisa kalah cantik dari wanita itu," oceh Sarah sepanjang jalan. Dia masih memikirkan persaingan antara dia dan besannya.
Karena berjalan tidak fokus yang terus merocos yang hampir saja dia menabrak Arvin.
"Menantuku," ucap Sarah tersenyum yang berusaha menyembunyikan kekesalannya.
"Mama melihat Vanisa?" tanya Arvin.
"Oh. Dia ada di sana. Dia menangis sepertinya dia sangat menyesali atas apa yang terjadi tadi. Kamu lihatlah dia dan coba tenangkan dia. Mama kasihan kepadanya yang pasti disalahkan keluarga kamu. Mama minta tolong sama kamu untuk berbicara pada keluarga kamu agar memaafkan ulah Vanisa," jawab Sarah dengan ekspresi wajah yang langsung berubah yang terlihat seolah sangat sedih.
Arvin yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung pergi dari hadapan mertuanya itu.
"Aku sangat berharap hati mu bisa luluh dan menerima putriku dan kau tidak perlu punya pikiran untuk menunggu anak itu yang sudah kabur di hari pernikahanmu," ucap Sarah yang melibat kepergian Arvin.
Vanisa yang berusaha untuk berdiri dari duduknya. Tetapi itu sulit sekali smpai tiba-tiba ke-2 tangannya di pegang membuat Vanisa yang langsung mengangkat kepala dan ternyata Arvin yang membantunya untuk berdiri.
"Kau baik-baik saja?" tanya Arvin memperhatikan wajah istrinya itu.
Adara yang tidak menjawab. Arvin yang kembali memperhatikan wajah itu dengan sangat teliti yang mana wajah Vanisa tampak memerah dan bahkan tangannya juga terlihat memerah.
"Ada apa denganmu?" tanya Arvin.
Vanisa yang langsung melepaskan tangannya dari Arvin yang tiba-tiba saja Vanisa merasa begitu gatal sampai menggaruk-garuk lehernya. Arvin melihat kuku tajam Vanisa yang bisa melukai kulit putih mulus itu langsung menghentikan.
"Kau sedang alergi?" tebak Arvin.
Vanisa mengingat apa yang dia makan sampai membuat dia tiba-tiba saja seperti itu. Melihat Vanisa yang bengong yang membuat Arvin langsung membawa Vanisa pergi dengan memegang tangan Vanisa dan Vanisa yang mengikut saja.
Melihat kondisi sang istri yang tidak baik-baik saja membuat Arvin yang memanggil Dokter. Setelah Dokter selesai memeriksa Vanisa yang sekarang Arvin dan Dokter tersebut berdiri di depan pintu kamar yang tampak mengobrol.
"Nona Vanisa mengalami alergi. Mungkin saja tanpa dia sadari telah memakan kacang-kacangan," ucap Dokter.
"Mungkin saja. Kacang-kacangan itu terdapat pada minumannya," ucap Arvin yang memang mengingat saat tadi mereka mengobrol di luar saat melakukan olahraga tembak. Memang di sajikan minuman yang terdapat kacang almond.
"Kalau begitu lain kali harus memperhatikan agar tidak sampai terulang kembali untuk mengkonsumsi makanan seperti itu. Ini sangat berbahaya pada kondisi tubuhnya," ucap Dokter memberi saran.
"Saya juga melihat Nona Vanisa bukan hanya alergi dengan kacang-kacangan, tetapi juga tidak bisa memakan buah mangga," lanjut Dokter.
"Jadi tolong dibantu untuk memperhatikan lain kali," saran Dokter yang membuat Arvin menganggukkan kepala.
"Terima kasih atas sarannya," sahut Arvin.
"Kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Dokter pamit.
Arvin menganggukkan kepala. Arvin melihat Vanisa yang bersandar pada kepala ranjang
"Apa itu yang membuat dia dengan tiba-tiba mual?" batin Arvin menduga-duga dan langsung berjalan menghampiri Vanisa.
"Dokter mengatakan kamu alergi. Lain kali hati-hati dengan makanan. Kamu yang memiliki tubuh kamu dan kamu yang tahu apa yang tidak cocok untuk tubuh kamu, jadi pikirkan kesehatan kamu," ucap Arvin. Vanisa hanya diam saja.
Arvin mengambil obat dari botol kecil dan mengarahkan obat tersebut ke mulut Vanisa. Vanisa mengerutkan dahinya yang bingung apa maksud Arvin. Arvin mengerutkan kedua alisnya yang memintakan Vanisa untuk membuka mulut.
Vanisa yang mau tidak mau melakukan hal itu dan membuka mulutnya sangat kecil dengan Arvin yang memasukkan 2 butir pil tersebut. Lalu kemudian langsung mengambil air putih yang memberikan pada Vanisa.
"Istirahatlah dan jaga kondisi kamu. Tidak perlu keluar malam ini. Aku akan mengatakan kepada orang-orang. Jika kamu tidak enak badan," ucap Arvin yang ingin berlalu tetapi tiba-tiba lengannya tertahan.
"Jangan mengatakan apapun kepada orang yang ada di sini. Jika aku tidak menghadiri acara ulang tahun Kakek mereka akan berpikir bahwa aku menghindari apa yang terjadi tadi," ucap Vanisa.
"Kamu dengan kondisi kamu yang seperti ini, tidak mungkin untuk keluar dan jangan memikirkan apapun, pikirkan saja kesehatan kamu," ucap Kavindra.
"Tapi aku akan tetap mengikuti acara ulang tahun Kakek," ucapnya yang pasti Sarah akan mengamuk jika dia tidak ada di sana.
"Kamu yakin dengan kondisi kamu yang seperti ini?" tanya Arlan yang membuat Vanisa menganggukkan kepala.
"Baiklah!" sahut Arvin yang memang tidak mungkin melarang Vanisa.
Arvin yang tidak mengatakan apa-apa lagi keluar dari kamar dan Vanisa yang mencoba merebahkan diri yang sebentar beristirahat dulu.
"Kenapa aku merasa di akhir-akhir ini perhatian kepadaku?" Vanisa dalam matanya yang terpejam sempat terbesit dengan tingkah laku Arvin.
Vanisa yang tertidur di sore hari. Dalam tidurnya yang sepertinya kurang nyaman yang tiba-tiba saja dahinya berkerut dengan suara nafas yang terdengar tidak stabil dan tampak keringat dingin yang terlihat kepanikan.
Kepalanya yang ke kiri-kanan yang dihampiri mimpi buruk.
"Dorrr!"
Vanisa berhasil menembakkan pistol kecil tepat pada sasarannya.
"Vanisa kamu keren sekali!" Angela bertepuk tangan yang kegirangan sampai melompat-lompat melihat kemampuan Vanisa dalam menembak.
"Aku akan melihat dulu sejauh apa tembakanku!" ucapnya. Angela menganggukkan kepala.
Vanisa yang berlari kedalam hutan dan sementara Angela hanya menunggu saja.
"Cepat kembali Vanisa!' teriak Angela.
"Iya," sahut Vanisa.
Saat memasuki hutan Vanisa di kejutkan dengan suara tembakan yang membuat langkahnya terhenti.
"Apa kak Angela sedang bermain pistol?" tanyanya.
"Argggghhh!" Vanisa yang tiba-tiba saja dikagetkan mendengar suara seseorang kesakitan.
Vanisa yang melihat dari balik pohon yang merasa suara itu berasal dari sana dan betapa terkejut Vanisa saat melihat seseorang yang telah menembak seorang pria yang tergeletak dengan darah yang bercucuran.
Krakkk.
Vanisa yang tidak sengaja menginjak ranting yang membuat pria sekitar berusia 30 tahunan itu melihat ke arah suara tersebut dan betapa terkejutnya Vanisa saat dirinya telah ketahuan dan mendapatkan tatapan tajam dari pria itu. Vanisa juga tidak dapat mengenali siapa laki-laki itu.
Bersambung........
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku