Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Kebohongan Arga
Bab 15
'Kalau Marsha lahiran di kampung nanti yang ada aku harus menunggui dirinya di sana. Selain itu aku juga tidak bisa bertemu dengan Valerie,' batin Arga.
"Tidak. Lebih baik kamu melahirkan di sini. Fasilitas di kota lebih baik dan lengkap dibandingkan dengan di kampung," ucap Arga menolak keinginan Marsha.
Wanita itu pun terdiam. Dia sudah menduga akan hal ini. Marsha berpikir kalau Arga tidak mau berpisah lama-lama dengan Valerie. Jika, dirinya lahiran di kampung pasti Arga akan ikut meski tidak mau. Laki-laki itu tidak mau sampai nama baik dirinya maupun keluarganya tercoreng apalagi sampai rusak.
"Baiklah jika itu yang Kakak inginkan. Bukannya seorang istri harus menuruti keinginan suaminya selagi tidak mengajak ke jalan kesesatan yang dimurkai oleh Allah," balas Marsha dengan senyum menawannya.
Perasaan Arga langsung tertohok begitu mendengar ucapan Marsha. Semalam dia lupa dengan statusnya sebagai seorang suami.
Arga pun pamit sebagaimana biasa dia pergi kerja. Setelan mengantarkan Marsha ke sekolah. Istrinya ini baru akan ambil cuti jika mendekati waktu lahiran.
Langkah Arga begitu lebar seakan ingin segera sampai ke ruangan Valerie. Ruang serba putih itu kini terasa berwarna dengan senyum seorang wanita berambut pendek sebahu.
"Kok, lama pulangnya?" Valerie merajuk.
"Maafkan aku, Baby. Aku tadi sarapan dulu. Apa dokter sudah datang untuk memeriksa dirimu?" Arga membelai lembut jemari tangan Valerie dan wanita itu menggelengkan kepala.
Seharian itu Arga menghabiskan waktu dengan Valerie. Keduanya bernostalgia saat-saat mereka menghabiskan waktu bersama dengan mengukir kenangan indah. Laki-laki itu juga membantu saat wanitanya menjalani serangkaian pengobatan. Otot-otot di tubuh Valerie masih lemas. Meski selama koma perawat selalu menggerak-gerakkan beberapa bagian tubuhnya, tetap saja pas sadar dia harus menjalani terapi agar bisa sembuh kembali.
Setiap Arga akan pulang Valerie selalu menahannya dengan derai air mata sehingga mengurungkan niatnya untuk pulang. Maka malam ini pun Arga menginap kembali di rumah sakit menemani kekasihnya dan lupa kepada sang istri yang sedang hamil besar.
***
Seperti kemarin, Arga akan pulang saat di pagi hari. Dia melihat Marsha yang sedang memasak. Laki-laki itu menyapa dengan lembut dan mesra. Marsha juga bersikap seperti biasa tidak ada yang berubah.
Kegiatan Arga seperti itu terus berulang. Dia merasa sangat bahagia karena hubungan dengan Valerie berjalan dengan baik, begitu juga dengan hubungan dia dengan sang istri. Sampai tidak terasa satu minggu berlalu dengan cepat. Kini Arga harus kembali ke kantor.
Begitu masuk kantor dia harus mengerjakan banyak tugas. Akhir bulan memang selalu seperti ini. Bahkan para karyawan banyak yang lembur jika tanggal sudah tua.
"Baby, maafkan aku. Hari ini aku tidak bisa datang ke rumah sakit karena pekerjaan kantor sangat banyak," ucap Arga lewat telepon.
"Setidaknya datang ke sini meski hanya sebentar. Aku sangat merindukanmu, Sayang," balas orang di seberang sana.
"Akan aku usahakan untuk datang menemui meski hanya sebentar," ujar Arga dan membuat Valerie memekik senang.
Laki-laki itu menghubungi kekasihnya dan lupa menghubungi sang istri, karena dia diburu waktu agar cepat menyelesaikan pekerjaannya saat ini. Arga akhirnya mendatangi rumah sakit sekitar pukul 16:30 dan melepas rindu dengan sang kekasih selama 2 jam karena dia harus kembali ke kantor.
Malam ini Arga lembur sampai tengah malam dan pulang ke apartemen sekitar pukul 00:15 dengan tubuh yang letih. Dia masuk ke kamarnya untuk mandi karena tidak merasa nyaman bau rumah sakit dan juga keringat seharian.
Tanpa sadar kakinya ke luar kamar dan menuju kamar disebelahnya. Dia perlahan membuka pintu untuk melihat keadaan Marsha. Arga mendekati wanita yang tidur dengan terlentang karena perutnya sudah besar. Dia bisa melihat Marsha yang tidak mengenakan hijab. Selama ini dia tidak pernah melihat sang istri tanpa jilbabnya.
Mata Arga terkunci pada wajah yang putih mulus dengan hidung mancung tajam, bulu mata yang lentik, alis yang tertata rapi, dan bibir berwarna pink segar. Cantik, itulah yang ada di benak Arga saat ini. Tangannya pun menjulur lalu mengusap lembut kepala Marsha.
Wanita itu merasakan ada yang menyentuh kepalanya, lalu matanya tiba-tiba terbuka. Dia melihat suaminya sedang duduk di tepi ranjang. Marsha pun teringat kalau dirinya tidak memakai jilbab. Lalu dia pun menarik selimut untuk menutupi kepalanya.
"Kak Arga baru pulang?" tanya Marsha lalu melirik ke arah jam di dinding sudah hampir pukul satu dini hari.
"Iya. Seperti biasa kalau akhir bulan kantor sangat sibuk," jawab Arga.
"Pasti capek, kalau begitu Kakak cepat istirahat!" titah Marsha agar laki-laki itu segera pergi dari kamarnya.
Arga pun tidur di kamarnya. Tubuh dia benar-benar terasa remuk.
***
"Kak, hari ini bagian cek up ke dokter kandungan," kata Marsha.
"Oh, iya. Nanti aku antar sepulang dari kantor," kata Arga.
"Oke. Aku akan daftar untuk pemeriksaan nanti sore," ujar Marsha.
Sebenarnya Marsha sudah telat tiga hari dari jadwal rutin pemeriksaan tiap bulan. Hal ini karena Arga terlalu sibuk dan saat Marsha hendak bilang selalu saja langsung dipotong. Seandainya saja dia diizinkan untuk membawa mobil sendiri, sudah tentu sejak kemarin lusa dia pergi memeriksakan dirinya sendiri.
Arga lagi-lagi lupa akan janjinya untuk mengantar Marsha ke dokter kandungan. Valerie meneleponnya sesaat sebelum laki-laki itu pulang kerja. Sang wanita mengeluh sakit di kepalanya sehingga membuat pria itu panik dan langsung pergi ke rumah sakit.
"Apa kata dokter?" tanya Arga begitu sampai di ruang rawat inap ini.
"Dokter bilang kalau aku jangan terlalu banyak pikiran, karena itu akan memancing rasa sakit di kepalaku," jawab Valerie dengan lirih memperlihatkan kesedihan dan kesakitan dirinya.
"Memangnya apa yang kamu pikirkan sampai membuat kepala kamu sakit?" tanya Arga.
"Aku takut kalau kamu akan meninggalkan aku, karena keadaan aku seperti ini," jawab perempuan itu dengan tatapan sendu dan suara terisak.
Arga pun memeluk lalu mencium Valerie. Laki-laki itu berjanji tidak akan pernah meninggalkan dirinya.
"Kamu berani bersumpah tidak akan meninggalkan diriku?" Valerie menantang Arga.
"Ya, aku bersumpah. Seorang laki-laki pantang melanggar sumpahnya," balas Arga dengan entengnya.
"Terima kasih, Sayang. Makin cinta, deh!" ucap Valerie dengan riang sambil memeluk tubuh Arga lebih erat seakan tidak mau melepas laki-laki itu.
Arga lupa akan janjinya dengan wanita hamil yang sedang menunggu dirinya dengan cemas. Janji untuk memeriksakan keadaan bayi di dalam kandungan yang sudah diamanahkan kepada dia.
***
Apakah Arga akan melepaskan Marsha karena sumpahnya kepada Valerie? Ikuti terus kisah mereka, ya!