kanaya seorang gadis yang baru saja akan merasakan bangku kuliah tiba tiba harus menikah dengan Bumi Mahesa Erlangga teman masa kecilnya yang sudah di anggap seperti kaka sendiri , hari dimana Bumi akan melakukan akad , tiba tiba Nesa menghilang . Pak Arif ayah kandung Bumi meminta Naya untuk menggantikan posisi mempelai perempuan. disinilah cobaan untuk Kanaya di mulai orang yang selama ini ia kagumi , dan selalu melindunginya tiba tiba menjadi orang yang dingin dan tidak berperasaan . luka hati akibat penghiantan Nesa membuat Bumi berubah menjadi orang yang sangat kejam bahkan kepada wanita lembut yang selalu berada di sampingnya. WARNINGGGG!!!!! siapkan tisu dan kanebo setiap membaca karena akan banyak mengandung bawang merah , bawang putih, dan bawang bombay... canda bawang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
"Kenapa Mas Bumi gak pakai baju?" tanya Naya dengan wajah yang ia tutupi dengan kedua tangannya.
"Kenapa? gak nyaman ganti di kamar mandi, takut bajunya jatuh, entar basah lagi.' jawab Bumi.
"Ya udah aku keluar dulu, Mas silakan pake baju dulu."
"Eghhh tunggu, kamu mau kemana? Udah sini aja, gak usah kemana-mana. Memangnya kamu gak mau lihat tubuhku Nay, jarang jarang lo.." ucap Bumi dengan senyum jahilnya.
"enggak" Kanaya menggelengkan kepalanya dengan tangan yang masih menutupi wajahnya.
"Beneran, kamu gak nyesel?" tanya Bumi lagi, pria ini semakin mendekati Kanaya yang perlahan berjalan mundur sampai dirinya menabrak dinding.
"ihhh Mas cepat ganti baju sana." meski sedikit gugup Kanaya mendorong pelan tubuh Bumi agar sedikit menjauh darinya. Sungguh saat ini ia sangat canggung dengan keadaan ini, di dalam ruangan yang tidak luas dan hanya ada mereka berdua. Meskipun keduanya adalah suami istri, namun hubungan mereka tidak jelas akan dibawa kemana.
Bumi berhenti menjahili istrinya, buru-buru ia mengambil bajau yang telah Naya siapkan.
"Berbalik ke dinding dan jangan mengintip!" ucap Bumi. Kanaya segera menuruti perintah sang suami, dirinya buru-buru menghadap dinding, dengan kedua matanya yang ia pejamkan.
Beberapa menit kemudian Bumi sudah menggunakan pakaian santainya. Ia duduk di samping tempat tidur lalu melihat kearah sang istri yang masih berdiri menghadap dinding, sungguh membuat ia sangat gemas.
" Nay, sini duduk Mas sudah selesai." ucap Bumi lagi.
"Mau ngapain Mas?" jawab Naya gugup.
Mendapat pertanyaan seperti itu membuat senyum jahil di bibir Bumi terbit, ia sangat gemas dengan istri mungilnya itu.
"Tentu saja Mas mau minta jatah." jawab Bumi sambil tersenyum.
"A..pa Mas?
"Sini duduk, gak nurut banget sich di suruh suami!" Bumi menepuk-nepuk kasur yang sekarang ia duduki agar Kanaya duduk disampingnya.
Dengan ragu perempuan itu perlahan melangkah mendekati sang suami dan duduk di samping Bumi.
"Ada yang ingin Mas bicarakan sama kamu?" ucap Bumi yang sudah dalam mode serius.
"Tentang apa Mas?"
"Tentang hubungan kita."
"Deghhhhh"
"Apa Mas Bumi datang kesini karena ingin berpisah denganku, makanya hari ini ia begitu memanjakan ku? Ya ALLAH aku belum siap untuk menjadi janda sekarang, lalu bagaimana jika aku benar-benar mengandung anak Mas Bumi?'
"Nay... Ko bengong?" tiba-tiba BUmi menyadarkan lamunan Naya, ia menatap suaminya itu dengan wajah penuh tanya, ada rasa was-was dan khawatir.
"Enggak Mas, oh ya apa yang ingin Mas bicarakan.Apa ini tentang Mba Nesa, udah dapat alamat tempat tinggalnya Mas? Jika Mas Bumi mau kembali sama Mba Nesa, aku gak keberatan. Mas Bumi bisa menceraikan aku kapa saja,sesuai kesepakatan kita." ucap Naya dengan sedikit menunduk. Ia sudah tidak sanggup lagi apabila kata-kata pisah benar-benar terucap dari bibir lelaki itu.Lebih baik Naya yang mengatakan duluan.
Raut wajah Bumi tiba-tiba menjadi kecewa.
'Apa aku tidak penting bagimu Nay, sehingga kau terlihat bersemangat untuk berpisah denganku. Oleh karena kamu pergi tanpa meninggalkan pesan padaku?"
"Apa kamu sangat ingin kita berpisah Nay, kamu tidak memikirkan perasaan Mama seperti apa?"
Naya semakin menunduk.
"Tapi aku mementingkan perasaanmu Mas dan tidak ingin menghalangi kebahagianmu."
"Apa yang kamu tahu tentang kebahagianku, Nay? Kamu tidak tahu apa-apa."
BERSAMBUNG