Demi ingin mencapai tujuan masing-masing, Ashley dan Hayden sepakat untuk melakukan pernikahan bisnis. Ashley harus mempertahankan miliknya yang ingin direbut Pamannya, sedangkan Hayden ingin hidup bebas dari kekangan keluarganya. Keduanya berjuang bersama. Ashley dan Hayden saling membantu, saling mendukung dan saling menghibur. Sampai tanpa mereka sadari, rasa ketertarikan muncul. Dan tumbuhlah benih cinta diantara keduanya.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dea Anggie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Hati Seseorang Siapa Yang Tahu?
Dion menemui Jayden di kamarnya secara tiba-tiba. Pada saat itu Jayden sedang tidur. Dion langsung marah-marah, ia meminta Jayden tak membuat onar terus-menerus. Jayden terkejut dan bingung. Ia tidak tahu letak kesalahannya. Ia segera bangun dari tidurnya dan duduk di tempat tidurnya.
"Kau dari mana saja? sudah berapa hari kau tak pulang. Kau ini selalu saja merepotkan," kata Dion marah.
Jayden bangun dari tempat tidurnya dan menatap Papanya, "Apa maksud Papa dengan merepotkan? Apa juga maksudnya dengan membuat onar? Aku tidak merasa melakukan kesalahan," kata Jayden.
Dion mengerutkan dahi, "Kau benar-benar tak melakukan kesalahan? jawab pertanyaan Papa, siapa Julia?" tanya Dion menatap tajam ke arah Jayden.
Deg ... Jayden terdiam dengan mata membelalak. Tak lama kepalanya menunduk.
"Dia," gumam Jayden.
"Dia, siapa? jawab!" sentak Dion marah.
"Dia, hanya seorang wanita yang kukenal. Bukan orang penting," jawab Jayden.
"Apa kau sudah melakukan sesuatu padanya? Padahal kau tahu jelas dia adalah kekasih Adikmu? jawablah dengan jujur, Jay. Jangan membuat Papa terus mengulang pertanyaan," tanya Dion penasaran.
"Apa Hayden mengatakan sesuatu? apa yang bedebah itu katakan?" tanya Hayden panik.
"Jaga ucapanmu, Jayden. Beraninya kau memanggil Hayden dengan sebutan 'Bedebah' di depan Papa. Di mana sopan-santunmu? Ahh ... aku bisa gila kalau seperti ini. Awalnya Papa tak ingin percaya apa yang Hayden katakan, tapi kalau seperti ini, tanpa perlu kau jelaskan pun Papa sudah tahu jawabannya. Kau ini benar-benar kelewatan. Apa kau sudah lihat berita? Wanita itu, meninggal dan ditemukan mengambang di sungai dalam keadaan mengandung. Kau pasti tak tahu itu karena sibuk melakukan hal tak berguna," kata Dion.
Jayden terkejut, "Apa? Julia me-meninggal?" gumam Jayden.
"Sekali lagi, kau membuat Papa kecewa, Jayden. Papa sampai tak tahu lagi harus berkata apa sekarang," kata Dion.
Setelah itu, Dion pun pergi meninggalkan kamar Jayden. Dion berjalan ke kamarnya sembari memijat lembut kepalanya yang terasa pusing. Jayden terdiam. Ia segera mengambil ponsel dan kunci mobilnya, lalu pergi dari rumah. Jayden ingin memastikan apakah Julia benar-benar meninggal seperti kata Papanya, atau ia telah dibohongi.
***
Karena Julia adalah seorang anak yang tumbuh di panti asuhan dan tak memiliki sanak saudara, maka Ashley dan Hayden yang mengurus pemakaman Julia. Setelah semuanya di urus, acara pemakanan pun di lalukan. Hayden dan Ashley mengikuti prosesi pemakaman dan mendoakan yang terbaik bagi Julia dan calon anaknya.
"Maafkan aku yang terlambat membac pesanmu, Julia. Anda aku membacanya, aku pasti bisa mencegahmu melakukan tindakan tak berarti ini. Meski kau telah menyakitiku, tapi aku tak bisa membencimu. Kau adalah wanita pertama yang mengulurkan tangan, saat aku mengalami kesulitan. Kau juga wanita yang mengatakan semua akan baik-baik saja, saat aku merasa lelah dengan hidupku. Terima kasih, setidaknya kau pernah membuatku tersenyum dan memberiku penghiburan. Selamat jalan, Julia, tenanglah di sana bersama anakmu. Selamat tinggal," batin Hayden merasa sedih. Ia tak memungkiri merasa kehilangan sosok Julia yang pernah mengisi kekosongan hatinya.
Ashley menatap foto di nisan Julia, "Selamat jalan, Julia. Kau adalah wanita baik dan hebat. Meksi kesan pertama kita tak baik, tapi aku tidak membencimu. Aku tidak tahu seperti apa rumitnya hubunganmu dengan Hayden dan Jayden, dan sekarang kuharap kau bisa tenang. Pria sampah itu ... pria yang membuatmu jadi seperti ini, kuharap dia menderita seumur hidupnya. Semoga kau berbahagia dikehidupan selanjutnya," batin Ashley.
Ashley menggerakkan kursi rodanya maju, ia meletakkan buket bunga di nisan Julia sebagai bentuk bela sungkawa. Hayden juga melakukan hal yang sama. Meletakkan bunga dan mengusap nisan Julia.
"Ayo," ajak Hayden mendorong kursi roda Ashley berbalik.
Saat dalam perjalanan menuju parkiran, Hayden dan Ashley dikejutkan oleh kedatanga Jayden dengan membawa buket bunga. Melihat Jayden ada di depan matanya, Hayden yang termakan emosi pun lantas berlari menghampiri Jayden dan langsung memukul wajah Jayden sanpai Jayden tersungkur.
"Bedebah sialan! Beraninya kau muncul di sini," kata Hayden.
Jayden diam saja tak bicara. Hayden tiba-tiba menarik krah kemejanya dan kembali menghajar Jayden. Hayden mengatai Jayden dan melampiaskan semua kekesalannya yang terpendam.
"Gara-gara kau. Semua karenamu, Jay. Kalau kau hanya bermain-main saja, carilah wanita penghibur. Kenapa kau membuat Julia menderita, huh? sialan, aku ingin sekali membunuhmu. Kenapa kau tak mau bertanggung jawab atas perbuatanmu? kenapa?" sentak Hayden emosi.
Jayden mengerutkan dahi, "Aku ... aku hanya belum siap dengan perbikahan. Aku sendiri juga tidak menduganya. Wanita itu sampai nekat mengakhiri hidup. Jangan salahkan aku, Hayden.akj tidak bersalah. Kaulah yang salah, karena kau aku harus berurusan dengan wanita sialan itu!" kata Jayden kesal.
Jayden yang tidak mau disalahkan, berbalik melempar kesalahan pada Hayden. Dan membuat suasana semakin memanas.
"Apa katamu? salahku?" tanya Hayden menatap tajam pada Jayden.
"Ya, salahmu. Kau terus membuatku kesal. Kau terus membuatku iri dan cemburu. Sehingga aku ingin sekali mencabikmu. Jujur saja, aku mendekati Julia hanya karena agar kau merasa terpuruk dan patah hati. Aku memang memaksanya saat itu. Kau masih ingat, kan? saat ... " kata-kata Jayden dipotong Ashley yang langsung mengejek Jayden.
"Bisa-bisanya kau tak tahu malu seperti ini, Jayden. Kau mengakui kalau kah iri dan cemburu pada suamiku. Yang artinya kau juga mengakui ketidakmampuanmu. Jika kau pintar, ubahlah ketidakmampuanmu itu, jangan hanya bisa memukul orang dan menggonggong. Isi kepalamu itu batu, ya?" kata Ashley dengan tatapan mata dingin.
Jayden mengertakkan giginya, "Hei, kenapa kau ikut campur? wanita cacat sepertimu seharusnya diam saja. Kau sendiri bisa apa, hah? dasar wanita hina tak tahu diri," teriak Jayden menghina Ashley.
"Jayden, tutup mulutmu!" sentak Hayden murka.
"Hayden, tenanglah. Biarkan dia bicara semaunya," sahut Ashley.
Jayden tersenyum, "Kenapa? apa kau kesal kalau aku juga mebgatai istrimu yang cacat ini? apa kau mau memukulku lagi? ayo, pukul aku. Pukul aku. Hahaha," kata Jayden tertawa lebar.
Jayden menatap Ashley, "Dan kau, wanita hina yang cacat. Kau ini hanya cantik, tapi tak berguna. Kau tahu apa kelebihanmu? kelebihammu hanyalah anak konglomerat, sisanya kau itu bukan apa-apa. Hahaha," kata Jayden mengejek Ashley lagi.
Ashley tersenyum, "Kau sudah selesai menghinaku? apa aku boleh bicara sekarang?" tanya Ashley.
Ashley mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Dan ternyata Ashley sedang menerima panggilan dari Papanya, saat Hayden dan Jayden sibuk bertengkar. Semua kata-kata kasar dan makian yang dilontarkan Jayden untuk Ashley pun didengar oleh Mattew.
"Pa, apa Papa mendengarnya? apa yang akan Papa lakukan, jika putri Papa kesayangan Papa dihina seperti ini?" tanya Ashley. Ashley lantas menaktifkan pengeras suara, agar suara Papanya terdengar.
"Papa akan buat orang itu kehilangan semuanya!" jawab Mattew dingin.
Cuma bab terakhir ini terkesan buru-buru.
Semangat berkarya ya Author........