Helena Berasal keluarga Kaya Raya, kehidupan Mewahnya dan semua yang dia miliki seakan membuatnya tercekik, kehadiran ibu sambung dan juga anaknya membuatnya Terselengser dari Apa yang dia Nikmati bahkan kini dia sangat menderita, untuk Membalaskan Rasa sakit hati, dia menikah dengan lelaki Kaya yang saat itu di desak keluarganya menikah dan diancam dibatalkan jadi pewaris keluarga.
Mereka Bersepakat untuk melakukan pernikahan kontrak agar mereka mendapatkan tujuan mereka masing-masing
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Helena kini bernafas lega karena telah lepas dari ayahnya dan juga ibu tirinya, walau dia membenci ayahnya tapi jauh dalam lubuk hatinya dia menyayangi ayahnya, ayahnya seperti itu hanya karena pengaruh wanita jalang itu.
"Nak, jangan usir ayah dari sini, kamu hanya punya ayah sebagai orangtuamu, tolong nak". Wahyu memegang tangan sang anak berharap bisa meluluhkan hati anaknya.
Tapi tangan itu dihempaskan kasar oleh Helena karena sakit hati yang dia rasakan selama ini kini seakan menguar dan keluar sendiri.
"Kau bukan ayahku lagi, sejak anda mengenal wanita itu dan juga anaknya, tak ada kasih sayang yang kau berikan padaku melainkan hanya penderitaan, siksaan fisik, pernahkah kau berpikir jika aku kelaparan??, apa aku sudah pulang sekolah, pernah kau tanyakan itu padaku?? ". Helena menggeleng memandang ayahnya dengan terluka.
"Aku anakmu tapi serasa anak angkat, bahkan anak yang bukan siapa-siapa mu, kau perlakukan dnegan lembut, tanya dirimu, bagaimana kau memperlakukanku?? ". Helena meneteskan air matanya.
Matanya memancarkan kesakitan yang luar biasa, dan itu membuat Wahyu merasa sesak, serasa ada palu godam yang menghantam ulu hatinya dan itu terasa sangat sakit.
"Aku masih punya ayah tapi seperti anak yatim piatu, lalu sekarang setelah hatiku sudah mati untukmu, kau bilang menyayangi aku??, blussit". teriaknya dengan lemah.
Helena hampir terjatuh beruntung Anggita menangkapnya tepat waktu. Kakinya terasa tak memiliki tenaga, dia hancur sehancur-hancurnya.
"Nak". Wahyu merasa dunianya hancur mendengar kata-kata kesakitan sang anak.
"Kau lah sendiri yang membuatku membencimu, lelaki yang harusnya menjadi cinta pertama anak perempuan, tapi kau malah menjadi kebencian pertama untukku". Helena memukul dadanya yang terasa sakit.
"Nak, maafkan ayah, ayah minta maaf". Wahyu berusaha menggapai sang anak tapi Helena mundur sambil menggelengkan kepalanya.
"Apa sih mas, jangan rendahkan dirimu, biarkan saja dia, dia hanya anak durhaka, dia tidak tahu berterima kasih". Soraya memegang tangan suaminya berusaha mengendalikan suaminya seperti biasa.
Helena berusaha menguatkan dirinya, dia harus melawan rasa yang menajdi kelemahannya dan itu selalu dimanfaatkan oleh mereka untuk menindasnya.
"Bagaimana bi, sudah bibi pastikan barang mereka, mereka tidak boleh membawa yang dihasilkan oleh ibuku, mana dompet anda!! ". Helena mengadahkan tangannya meminta dompet sang ayah". Dia tidak peduli dengan perkataan ibu tirinya itu.
"Sudah non, saya sudah memeriksanya dan tidak ada yang mereka bawah bahkan semua perhiasan, saya sudah sita dan menyimpannya ditempat yang aman".
" Terima kasih bi, mana dompetnya?? ".
"Mau apa kau anak durhaka??, kau sudah menendang kami, sekarang mau ambil milik kami juga". Ucap Soraya dengan penuh amarah.
"Mana tuan Wahyu!! ". Helena tidak menggubris mereka.
"Mau apa nak, kenapa mengambil ATM ayah juga??". Ucap Wahyu dengan memelas, dia berharap anaknya tidak mengambil ATM perusahan yang biasa dia pake dengan alasan kebutuhan karena tiap bulan anaknya akan mendapatkan jatah dan dia yang menggunakannya.
"Cepat berikan kepadaku, anda tidak dengar??, baiklah jika kau tak memberikannya, ambillah tapi lihat saja, kau tak akan pernah bisa menggunakannya lagi camkan itu". Helena berbalik dan menatap tuan Hermawan.
"Paman, tolong blokir semua ATM yang digunakan tuan Wahyu yang berasal dari perusahaan sekarang juga, dan pastikan mereka tidak datang lagi kerumah ini, aku akan pamit kekamarku".
Sejak tadi Rendra dan kedua orangtuanya hanya menyaksikan hal itu, mereka ingin Helena sendiri yang memberikan mereka pelajaran karena itu adalah haknya.
"Usir mereka pak dari sini sekarang pak, aku akan bicara dengan menantuku disana, pastikan mereka tak bisa masuk lagi kedalam sini". Ucap Anggota pada security itu.
Security bergegas menarik ketiganya untuk keluar rumah, walau mereka berontak tapi tidak bisa.
"Helena, Helena jangan lakukan ini pada ayah nak, tolong jangan usir ayah, ayah menyayangimu nak". Teriak Wahyu memberontak
"Sadar anak sialan, lebih baik kau ikut mati dnegan ibumu yang penyakitan dasar anak tidak tahu diri" . Umpat Soraya dengan keras.
"Jangan pernah mengatai nyonya kami". Hardik pak Saleh dengan kesal.
"Benar, kaulah perempuan jalang yang merebutnya suami nyonya kami, kalian berdua cocok sama-sama sampah". Ketiga Security itu melempar ketiganya kejalan dengan kasar.
Ketiganya menatap mereka penuh kebencian, Wahyu mengepalkan tangannya untuk memukul security yang kurang ajar menurutnya.
"Ini balasan atas semua yang anda lakukan pada anak dan istri anda tuan Wahyu, dulu nyonya Aini sangat mencintai dan menghormati anda tapi anda tidak memperlakukan nya dnegan baik bahkan dnegan anak kandung semata wayang anda, semoga ini jadi pelajaran untuk anda karena tugas anda sebagai wali nikah sudah selesai, mungkin setelah ini anda akan hidup sendiri, jangan harap bisa menggunakan Fasilitas milik Nona Helena lagi". Hermawan menggelengkan kepalanya karena kesal dan kasihan bersamaan tapi dia tidak bisa berbuat apapun.
Perkataan itu menyentil hati Wahyu, pengacara ini benar, harusnya dia bersyukur telah memiliki Sini dan anaknya selama ini tapi dia terlalu serakah dengan segalanya. Dan sekarang dia sduah tak bisa mendapatkan apapun.
"Tolong pak Hermawan jaga putriku, sampaikan permintaan maaf ku padanya, aku tahu itu tak akan bisa menghapus lukanya tapi aku menyesal". Wahyu menunduk menyadari kesalahannya.
"Ala, ayah tidak perlu drama, anak durhaka seperti nya tidak usah diurus, ngapain, dia itu sudah mengusir kita, jadi anggap saja anakmu sudah mati". Sungut Soraya dengan kesal
"Diamlah, bisa tidak sih kamu diam sekali saja, kau berisik ". Hardik Wahyu kepada Soraya.
"Apaan sih ayah, jangan teriaki ibuku seperti itu, memang benar kan anak ayah itu durhaka karena mengusir ayah kandungnya sendiri". Kesal Sintia menatap tajam sang ayah tirinya.
"Kalian itu sama saja, sekarang kita pergi, ayo!! ". Wahyu segera masuk kedalam mobil yang memang miliknya sedangkan barang-barang mereka dibawah mobil open cup yang memang menunggu didepan dan ternyata dipesan oleh Hermawan.
Sesampainya mereka dirumah lumayan bertingkat 2, wahyu membuka rumah itu dan memasukkan mobilnya, dan menyuruh orang-orang kebawa barang mereka masuk.
"Ini rumah kita, ayo masuk". Ucapnya tanpa perduli.
"Ini kamar ayah, itu kamarmu Sintia, dan mulai ahri ini kalian akan mengurus rumah sendiri karena ayah tidka akan membayar ART lagi".
"Apa itu tidak mungkin mas, kami ini bukan pembantu". Tolak Soraya dengan kesal.
Sintia yang masuk kedalam kamar itu langsung keluar dalam keadaan marah, dia tidak mau kamar ini, kamarnya tidak luas walau ukurannya lumayan, dia mau sama seperti rumah sebelumnya.
"Ibu aku tidak mau tidur di kamar itu, kamarnya kecil tidka seperti kamarku sebelumnya". Rengek Sintia kepada sang ibu.
"Ayah tidak becus memberikan kita rumah". Ucapnya dengan jengkel
Sedangkan Wahyu yang mendengar itu meradang, bagaimana bisa mereka berbicara seenaknya seperti itu padanya.
konfliknya tidak terlalu bertele"....
penyampaian kata" sangat baik dan cukup oke sejauh ini ceritanya gak buat bosan 👍
Semoga sukses kakk othor❤️
drama kehidupan sehari-hari