Mengisahkan tentang kehidupan rumah tangga seorang wanita yang bersama Sari Lestari, ia akhirnya harus menerima kenyataan pahit setelah mengetahui kebenaran jika suaminya telah menghianati bahtera rumah tangga yang sudah lima tahun mereka jalani. Suaminya berselingkuh dengan sahabat baiknya sendiri hingga hamil, yang membuat Ridwan suami Sari harus menikahi sahabat istrinya di belakang sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RANU RINJANI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Selesai berganti baju, aku segera bergegas turun ke bawah untuk membuat teh hangat. Memang hati ku masih hancur mengetahui mas Ridwan sudah menghianati ku dengan sahabat ku sendiri, tapi rasanya menjadi benci setelah melihat Sinta mengenakan lingerlie hitam yang tadi ku lihat.
Tidak bisa ku bayangkan bagaimana liarnya permainan ranjang antara suami dan sahabat baik ku sendiri?
Aku tersenyum pelan mengingat hari hari ku yang selalu bertemu Sinta, mengobrol, bercanda, saling curhat masalah satu sama lain tapi ternyata dia sendiri juga wanita dari suami ku.
Astaga Tuhan.. Betapa bodohnya aku terlalu percaya dengan namanya persahabatan? Sudah berapa lama juga mereka menutup rapat rapat hubungan gelap yang sudah membutakan mata hati orang orang tersekat ku ini?
Sudah lah!
Setelah sampai di dapur, segera ku isi tekomdengan separuh air lalu ku letakan di atar kompor dan tak lupa menyalakan kompor tanam milik ku.
Ku raih tiga cangkir keramik berwarna putih itu lalu meletakannya di atas meja dapur, mengisi tiga cengkir keramik itu masing masing dengan satu setengah sendok teh gula. Lalu ku buka kotak kardus teh, ku ambil dua teh celup yang masih belum terpakai.
Air di dalam teko sudah mendidih, segera ku angkat dan ku tuangkan air panas itu ke dalam tiga cangkir kemudian mengaduknya dengan sendok teh.
Selesai..
Aku mengambil nampan persegi panjang berwarna coklat tua, tak lupa ku ambil tiga tatakan gelas atau orang jawa biasa menyebutnya lepek.
Ku bawa nampan yang berisi tiga cangkir teh itu menuju ruang keluarga, ternyata di sofa ruang keluarga sudah terdapat ayah dan ibu yang sedang duduk berbincang. Ku lihat ayah mertua ku mengelus pundak ibu mas Ridwan, mungkin ke dua orang tua mas Ridwan ini sedang membahas tentang kelakuan putra semata wayangnya yang baru saja terpergok selingkuh dengan sahabat menantunya sendiri.
"Yah, bu.. Ini di minum dulu tehnya mumpung masih hangat." ucap ku sembari meletakan nampan yang ku bawa ke atas meja.
"Nduk, ke sini dulu nduk. Duduk di samping ayah sama ibu dulu sini." ucap ibu menepuk sofa di sampingnya.
"Ada apa bu?" tanya ku meletakan kembali nampan yang akan ku bawa ke dapur.
"Sini nduk, duduk o dulu." ucap ayah mertua ku mengulangi kata kata ibu.
"Iya yah, aku mengangguk. Lalu duduk di di samping ibu mertua ku.
"Ada apa bu?" tanya ku menatap mata ibu yang masih berkaca kaca.
"Maafin ibu sama ayah yo nduk, maafin ibu sama ayah mertua kamu ini yang sudah gagal ngedidik Ridwan dengan baik." ucap ibu mas Ridwan menggenggam tangan ku erat.
Aku tersenyum menatap ibu mertua ku ini, ku raih juga tangan ayah mas Ridwan ke dalam pangkuan ibu kemudian ku genggam erat kedua tangan mertua ku ini.
"Yah, bu.. Apapun yang di lakukan mas Ridwan itu bukan salah ayah dan ibu, bukan ayah dan ibu yang gagal mendidik mas Ridwan menjadi laki laki baik. Tapi mas Ridwan sendiri yang tidak bisa menjaga hatinya untuk Sari, selagi mas Ridwan masih patuh dengan perintah ayah dan ibu itu berati ayah ibu tak gagal mendidik mas Ridwan dengan baik. Sudah ya bu, kita tunggu penjelasan dari mas Ridwan saja. Sari nggak apa apa kok bu." ucap ku pada dua orang mertua ku ini sembari tersenyum.
"Tidak nak, ibu tidak bisa memaafkan kelakuan Ridwan ini." ibu mas Ridwan menggelengkan kepala pelan.
Tok Tok Tok Tok..
Tiba tiba suara pintu rumah terketuk.
Ku lihat jam dinding di atas televisi sudah menunjukan pukul 9 lewat dua puluh satu menit, pasti itu mas Ridwan datang membawa betinanya untuk meminta maaf dan berusaha membari penjelasan.
Aku sudah tidak sudi lagi mendengar penjelasan dan pengakuan apapun yang di berikan mas Ridwan dan Sinta nantinya, yang jelas mereka sudah melampaui batas ikhlas ku. Jadi akan ku pastikan aku tidak akan memaafkam perbuatan mereka, mungkin suatu saat nanti aku bisa memaafkan tapi aku tidak akan pernah bisa melupakan kejadian yang membuat hati ku hancur lebur ini.
"Siapa itu bu, malam malam kok datang ke rumah orang untuk bertamu?" ucap ayah mas Ridwan yang membuyarkan lamunan ku.
"Mungkin itu Ridwan sama perempuan ****** itu yah." sahut ibu dengan nada sinis.
"Biar Sari saja bu, yang buka pintunya." ucap ku kemudian bangkit dari duduk ku.
Hati ku deg degan saat berjalan menuju pintu, entah mengapa aku takut tidak sanggup melihat mas Ridwan pulang ke rumah ini membawa wanita yang tak lain adalah sahabat ku sendiri tapi kini justru menjadi wanita simpanan suami ku.
Ceklek!
Ku tarik gagang pintu rumah ini secara perlahan.
Deg!!
Jantung ku bukan berdetak kencang, justru rasanya jantung ku seperti di hantam oleh bongkahan batu besar. Sesaat jantung ku seperti berhenti berdetak, sesegera mungkin aku menetralkan keadaan tubuh ku.
Ku ambil nafas dalam dalam, lalu mengeluarkannya secara perlahan.
"Huuuuuuufffttt..."
Ku buka pintu rumah ku lebar lebar untuk menyambut dua sejoli yang sedang di mabuk asmara ini, aku mengubah ekspresi wajah ku senatural mungkin agar tidak terlihat lemah di hadapan dua manusia yang tak punya hati ini.
"Sar, maafin mas Ridwan ya. Mas bisa jelasin ini semua." ucap mas Ridwan ingin memegang tangan kanan ku.
Tapi dengan sigap aku menepisanya, lalu berbalik badan kembali masuk ke ruang keluarga untuk memanggil ayah dan ibu mas Ridwan.
Ku lihat, Sinta memegang lengan mas Ridwan dengan ekspresi takut dan cemas.
Ah! Melihat hal itu benar benar membuat hati ku terluka, tapi sesegera mungkin aku mengubah ekspresiku menjadi datar dan berusaha agar air mata ku tak terjun jatuh.
"Masuk!" ucap ku sembari berjalan tanpa memerdulikan mereka yang masih di luar pintu.
Mas Ridwan dan Sinta kemudian masuk ke dalam rumah mengikuti ku dari belakang.
"Duduk saja dulu di ruang tamu, biar ku panggilkan ayah dan ibu kamu!" ucap ku tanpa menoleh ke arah mas Ridwan dan juga Sinta.
Enak saja mas Ridwan mau membawa Sinta masuk ke dalam rumah yang aku ikut andil juga dalam proses membangun rumah ini, tentu saja aku tidak sudi meskipun nantinya mas Ridwan akan menikahi Sinta.
Alur cerita gk perlu hrs detail kali, tutup bekal ambil wadah, 🤗
jangan ngalah kmu sar yg tegas dikit dong sm penghiyanat
ishhh jijekkk
lihat tu tingkah simpanan anjing mu