NovelToon NovelToon
Kusebut Namamu Dalam Doaku

Kusebut Namamu Dalam Doaku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Janda / Selingkuh / Cerai / Pelakor / Pelakor jahat
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mutia Muthii seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Zulfikar Nizar selama 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yang cantik. Zulfikar adalah doa Mutia untuk kelak menjadi pasangan hidupnya namun badai menerpa rumah tangga mereka di mana Zulfikar ketahuan selingkuh dengan seorang janda bernama Lestari Myra. Mutia menggugat cerai Zulfikar dan ia menyesal karena sudah menyebut nama Zulfikar dalam doanya. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Dito Mahesa Suradji yang mengatakan ingin melamarnya. Bagaimanakah akhir kisah Mutia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hasutan Belum Usai

Lestari, yang berhasil melarikan diri dari penjara, semakin dikuasai oleh dendam membara terhadap Mutia. Otaknya dipenuhi dengan berbagai rencana jahat dan licik untuk menghancurkan kebahagiaan mantan suaminya itu. Ia tidak lagi peduli dengan konsekuensi tindakannya, yang ada di benaknya hanyalah bagaimana membuat Mutia menderita.

Awalnya, Lestari kembali mendatangi rumah Ahmad dan Leha. Ia melemparkan beberapa petasan berukuran besar ke halaman rumah saat dini hari, berharap suara ledakan yang menggelegar akan membangunkan dan menakut-nakuti keluarga Mutia. Ia bersembunyi di balik semak-semak, menyaksikan kepanikan yang terjadi di dalam rumah dengan seringai puas di wajahnya.

Namun, aksi teror Lestari tidak berhenti di situ. Ia kemudian mengincar Sephia dan Sania, kedua putri Mutia yang tidak bersalah. Dengan pikiran yang sudah benar-benar kalut, Lestari mendatangi sekolah kedua gadis kecil itu. Ia menunggu di luar gerbang sekolah saat jam istirahat tiba, menyamar agar tidak dikenali.

Ketika Sephia dan Sania keluar dari gerbang sekolah bersama teman-teman mereka, Lestari tiba-tiba menyalakan dan melemparkan beberapa petasan kecil ke arah kerumunan anak-anak itu. Suara ledakan yang mengejutkan membuat anak-anak berteriak histeris dan berlarian panik. Sephia dan Sania, yang sangat ketakutan, berusaha mencari tempat berlindung di tengah kekacauan.

"Rasakan ini, Mutia!" bisik Lestari dengan nada penuh kemenangan, menyaksikan kepanikan yang ia ciptakan. Ia merasa puas bisa membuat Mutia khawatir dan ketakutan akan keselamatan kedua putrinya.

Aksi Lestari di sekolah itu tentu saja menimbulkan kepanikan dan kemarahan dari pihak sekolah dan para orang tua. Pihak sekolah segera bertindak cepat, mengamankan siswa dan menghubungi polisi untuk melaporkan kejadian tersebut. Para orang tua yang mendengar kabar itu bergegas datang ke sekolah, cemas akan keselamatan anak-anak mereka.

Sementara itu, Lestari sudah melarikan diri dari area sekolah sebelum polisi tiba. Ia merasa senang dengan teror yang berhasil ia lakukan. Baginya, melihat Mutia dan keluarganya ketakutan adalah sebuah kepuasan tersendiri. Ia merasa bahwa dengan cara inilah ia bisa membalas dendam atas semua sakit hati dan penderitaan yang ia alami.

"Ini baru permulaan, Mutia," gumam Lestari dengan mata penuh tekad. "Aku tidak akan berhenti sampai kamu benar-benar hancur dan menyesali perbuatanmu."

Lestari semakin kehilangan akal sehatnya. Obsesinya untuk membalas dendam telah membutakan hatinya dan membuatnya tidak lagi peduli dengan keselamatan orang lain, termasuk anak-anak kecil yang tidak bersalah. Ia terus merencanakan tindakan-tindakan yang lebih berbahaya, tanpa menyadari bahwa perbuatannya itu hanya akan membawa dirinya semakin jauh ke dalam kegelapan.

****

Luluk, dengan wajah penuh amarah dan kekecewaan, kembali melampiaskan kekesalannya pada Mutia. Ia merasa bahwa Mutia adalah sumber dari segala kemalangan yang menimpa putranya, Dito. Baginya, keterlibatan Dito dengan Lestari yang gila dan Sutirah yang penuh dendam adalah sepenuhnya kesalahan Mutia.

"Lihatlah apa yang terjadi pada anakku, Mutia!" bentak Luluk, menunjuk Mutia dengan jari gemetar. "Dia hampir mati karena wanita gila itu! Dan ibunya mertuanya sama saja, terus meneror kalian! Ini semua gara-gara kamu!"

Mutia, yang sudah lelah dan tertekan dengan semua teror yang ia alami, hanya bisa menundukkan kepala. Air matanya kembali mengalir, merasa tidak adil atas tuduhan Luluk. "Saya tidak pernah menginginkan semua ini terjadi, Ma," ucap Mutia lirih, suaranya bergetar. "Saya juga korban di sini."

"Korban katamu?" ejek Luluk sinis. "Kamu yang membawa sial dalam hidup Dito! Sejak dia mengenalmu, hidupnya jadi berantakan! Dulu Lestari, sekarang ibunya Zulfikar! Kamu benar-benar pembawa masalah!"

"Itu tidak benar, Ma," bantah Mutia, mencoba membela diri. "Lestari yang terobsesi dengan Zulfikar. Saya tidak punya hubungan apa pun dengannya setelah kami berpisah."

"Alah, jangan berbohong!" sergah Luluk dengan nada tinggi. "Pasti ada sesuatu di antara kalian! Kalau tidak, kenapa wanita gila itu dan ibu mertuanya terus mengejar-ngejar kamu dan anak-anakmu?"

Mutia menggelengkan kepalanya, air matanya semakin deras. Ia merasa putus asa, tidak tahu bagaimana cara meyakinkan Luluk bahwa ia tidak bersalah. "Saya tidak tahu, Ma," jawab Mutia dengan suara tercekat. "Saya juga bingung dengan semua ini."

"Sudahlah, Mutia," desis Luluk dengan tatapan penuh kebencian. "Jangan pura-pura tidak tahu apa-apa. Kamu pasti punya andil dalam semua ini. Kamu hanya membawa kesialan bagi anakku!"

"Saya mencintai Dito, Ma," ucap Mutia, mencoba menyampaikan perasaannya. "Saya tidak pernah ingin menyakitinya."

"Cinta katamu?" balas Luluk dengan nada meremehkan. "Cinta macam apa yang membuat anakku hampir mati dan terus diteror seperti ini? Kamu hanya membawa bencana!"

Mutia tidak bisa berkata-kata lagi. Hatinya hancur mendengar semua tuduhan dan hinaan dari Luluk. Ia merasa tidak berdaya, tidak bisa mengubah pandangan mertuanya yang sudah begitu membencinya. Ia hanya bisa menangis dalam diam, berharap semua ini akan segera berakhir.

Luluk terus melontarkan kata-kata pedas dan menyalahkan Mutia atas semua yang terjadi. Ia tidak mau mendengarkan penjelasan Mutia, karena hatinya sudah dipenuhi dengan amarah dan prasangka buruk. Baginya, Mutia adalah sumber dari segala penderitaan putranya, dan ia tidak akan pernah bisa memaafkan wanita itu.

Di tengah kesedihannya, Mutia hanya bisa berharap Dito akan tetap percaya padanya dan tidak terpengaruh oleh hasutan ibunya. Ia mencintai Dito, dan ia ingin membangun keluarga yang bahagia bersamanya, terlepas dari semua teror dan kebencian yang mereka hadapi. Namun, kata-kata Luluk terus terngiang di benaknya, membuatnya semakin merasa bersalah dan tidak pantas mendapatkan kebahagiaan.

****

Lestari semakin kehilangan kendali diri, dendamnya pada Mutia membuatnya bertindak semakin nekat dan menjijikkan. Ia kembali mendatangi rumah Ahmad dan Leha, kali ini dengan membawa sekantung besar kotoran. Tanpa rasa malu, ia melemparkan kotoran tersebut ke dinding rumah dan pekarangan, meninggalkan bau busuk yang menyengat dan pemandangan yang menjijikkan. Setelah melakukan aksinya, Lestari tertawa terbahak-bahak, merasa puas bisa mengotori rumah keluarga Mutia.

Sementara itu, Sutirah, yang juga masih menyimpan dendam mendalam pada Mutia, kembali berulah. Ia mendatangi para tetangga Ahmad dan Leha, menyebarkan fitnah dan hasutan tentang Mutia. Dengan nada penuh drama dan air mata palsu, ia menceritakan versinya sendiri tentang kejadian yang menimpa Zulfikar, menggambarkan Mutia sebagai wanita pembawa sial yang telah menghancurkan hidup anaknya.

Beberapa tetangga yang tidak tahu duduk perkaranya mulai terpengaruh oleh hasutan Sutirah. Mereka mulai berbisik-bisik dan menatap rumah Ahmad dan Leha dengan tatapan curiga. Sutirah merasa senang melihat usahanya berhasil membuat citra Mutia buruk di mata masyarakat sekitar.

Tidak cukup dengan hasutan, Sutirah juga kembali melakukan aksi teror dengan meledakkan beberapa petasan di sekitar rumah Ahmad dan Leha. Suara ledakan yang keras dan tiba-tiba membuat suasana semakin kacau dan menakutkan. Para tetangga yang sudah terpengaruh oleh hasutan Sutirah semakin yakin bahwa ada sesuatu yang buruk di rumah keluarga Mutia.

Di tengah kekacauan yang ia ciptakan, Lestari akhirnya berhasil mengetahui alamat rumah baru Mutia setelah menikah dengan Dito. Informasi itu ia dapatkan secara tidak sengaja dari percakapan beberapa warga yang ia dengar saat bersembunyi di sekitar rumah Ahmad dan Leha. Sebuah seringai jahat pun muncul di wajah Lestari.

"Jadi, di sana kamu bersembunyi, Mutia?" gumam Lestari seorang diri, matanya berkilat penuh dendam. "Kalian pikir bisa bahagia di rumah baru itu? Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan datang dan menghancurkan kebahagiaan kalian!"

Lestari mulai menyusun rencana yang lebih besar dan lebih berbahaya untuk menyerang Mutia dan keluarganya di rumah baru mereka. Ia merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk melakukan serangan yang akan benar-benar menghancurkan Mutia dan membuat wanita itu menyesali perbuatannya. Ia tidak lagi peduli dengan risiko yang akan ia hadapi, yang ada di benaknya hanyalah bagaimana cara membalas dendam dan membuat Mutia menderita. Sementara itu, Mutia dan Dito yang tidak menyadari bahaya yang mengintai mereka, berusaha untuk membangun kehidupan rumah tangga yang bahagia di tempat tinggal baru mereka.

1
StepMother_Friend
semangat kak
Serena Muna: makasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!