NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Pengasuh / Chicklit
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

"Aku ingin kau menjadi orang yang menyusuinya."

Sienna menatap pria di hadapannya dengan mata membelalak, yakin bahwa ia pasti salah dengar. “Maaf, apa?”

Arsen Ludwig, pria yang baru diperkenalkan sebagai sponsor klub ice skatingnya, menatapnya tanpa ekspresi, seolah yang baru saja ia katakan adalah hal paling wajar di dunia.
“Anakku, Nathan. Dia menolak dot bayi. Satu-satunya cara agar dia mau minum susu adalah langsung dari sumbernya.”

Jantung Sienna berdebar kencang.
“Aku bukan seorang ibu. Aku bahkan belum pernah hamil. Bagaimana bisa—”

“Aku tahu,” potong Arsen cepat. “Tapi kau hanya perlu memberikan dadamu. Bukan menyusuinya secara alami, hanya membiarkan dia merasa nyaman.”

Ini adalah permintaan paling aneh yang pernah ia terima. Namun, mengapa ia tidak langsung menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

...****************...

Aku masih berdiri di kamar mandi, kedua tangan mencengkeram wastafel, napas tersengal seperti habis lari maraton. Air dingin mengalir dari keran, aku buru-buru menampungnya dengan kedua tangan lalu membasuh wajahku.

Astaga.

Aku harus waras.

Bayanganku tentang kejadian barusan masih jelas di kepala. Cara Arsen menatapku, bagaimana tubuhnya terasa begitu dekat, panasnya yang masih seperti tertinggal di kulitku.

Aku menggeleng cepat.

Nggak. Aku nggak boleh kepikiran ini.

Aku menutup mata, mencoba menenangkan diri. Di luar, samar-samar aku bisa mendengar suara Arsen. Dia nggak ngetok pintu atau memanggil namaku, tapi aku tahu dia masih di sana.

Setelah beberapa menit, aku akhirnya menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan. Oke, aku harus keluar. Berpura-pura kalau nggak ada yang terjadi.

Tapi begitu aku membuka pintu, langkahku terhenti.

Arsen masih duduk di tepi ranjang, tatapannya langsung menatapku dalam. Seakan-akan dia udah tahu isi kepalaku, tahu kalau aku tadi di dalam sana bukan cuma menenangkan diri, tapi juga—

"Apa?" aku mencoba bersikap setenang mungkin.

Arsen menghela napas. "Aku nggak akan nyentuh kamu kalau kamu nggak mau."

Jantungku mencelos.

Aku mengerjap, nggak yakin harus bereaksi gimana.

"Kita nggak perlu bahas ini," ucapku akhirnya, berusaha mengalihkan pembicaraan. Aku berjalan ke arah sofa, menarik selimut, lalu duduk di sana dengan tangan terlipat di dada.

Aku tahu, kalau aku tetap di ranjang, suasananya bakal lebih aneh.

Arsen menatapku sebentar, lalu bangkit berdiri. Dia berjalan ke arah tempat tidur bayi di sudut ruangan, mengecek Nathan yang masih tertidur dengan damai.

Aku diam, memperhatikannya dari jauh.

Ada sesuatu yang berbeda dari Arsen malam ini. Dia nggak segalak biasanya, nggak sekasar biasanya. Justru... dia terlihat lebih lembut, lebih tenang.

Aku menghela napas pelan.

Sepertinya, malam ini bakal jadi malam yang panjang.

Aku menatap langit-langit kamar dengan pikiran berkecamuk. Selimut menutupi tubuhku sampai dada, tapi tetap saja aku merasa nggak nyaman.

Aku nggak ngerti sama diriku sendiri.

Kenapa aku nggak marah?

Tadi... saat Arsen menyentuhku, aku bukannya jijik atau risih. Yang ada justru perasaan aneh yang bikin aku nggak bisa berpikir jernih.

Tapi dulu, sama Rizky...

Aku langsung menggigit bibir, berusaha mengusir kenangan buruk itu.

Saat itu, aku benar-benar marah. Aku jijik, aku takut. Tangannya yang menyentuhku bikin aku ingin muntah.

Jadi, kenapa sama Arsen rasanya berbeda?

Aku melirik ke sisi lain ranjang. Arsen tidur dengan punggung menghadapku, napasnya teratur. Dia kelihatan tenang.

Aku menggigit bibir, berusaha menyangkal sesuatu yang mulai tumbuh di dalam hati.

Nggak, Sienna. Ini nggak boleh.

Aku memejamkan mata erat.

Besok aku harus sibuk. Harus fokus ke acara. Harus melupakan semua ini.

Tapi jauh di lubuk hati, aku tahu… aku sedang berbohong pada diriku sendiri.

...****************...

Suara dering ponsel yang berisik berhasil membangunkan aku dari tidur yang terputus-putus. Aku terpejam sebentar, menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang masih redup. Dengan malas, aku meraih ponsel yang tergeletak di meja samping tempat tidur, melihat banyak sekali notifikasi yang masuk.

Aku mengerutkan kening. Banyak sekali panggilan yang tak terjawab. Apakah ini penting?

Aku mengangkat telepon tanpa melihat siapa yang menelepon. "Hallo?" ucapku dengan suara serak, masih sedikit linglung.

"Sienna?" suara wanita di ujung telepon itu terdengar panik dan terburu-buru. "Kamu lihat berita pagi ini?"

Aku mengerutkan dahi. "Berita apa?"

"Rumor yang beredar! Kamu... kamu digosipkan menggoda seorang duda, dan itu... itu Arsen, kan?"

Jantungku langsung berhenti sejenak. Aku menahan napas, tubuhku seperti membeku mendengar berita itu.

"Maksud kamu apa?" aku hampir tidak bisa berkata-kata. "Gosip apa lagi ini?"

"Berita ini sudah tersebar luas, Sienna," lanjut wanita itu. "Banyak media yang menyebarkan foto kalian berdua di acara makan malam itu. Mereka mengatakan kamu tampak begitu dekat dengan Arsen dan bahkan... tahu-tahu kamu digosipkan sedang menggoda dia!"

Aku menggigit bibir, menatap ponselku sejenak. Kepala terasa berat. Rumor? Foto?

Ini benar-benar gila.

Aku menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Gosip itu tidak benar!" jawabku dengan nada yang lebih tegas. "Kamu tahu aku tidak seperti itu."

"Tapi tetap saja, berita ini sudah terlanjur tersebar, Sienna. Banyak yang memperbincangkannya."

Aku menutup mata dan merasakan kepalaku berputar. Mengapa semuanya selalu berakhir seperti ini?

"Tenang saja, aku akan cari cara untuk menanggapi ini," kataku mencoba mengendalikan diri. "Terima kasih sudah memberitahu."

Setelah menutup telepon, aku hanya bisa terdiam. Rasanya semuanya semakin rumit. Entah kenapa, hati ini mulai terasa gelisah, bahkan lebih dari yang seharusnya. Apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan Arsen?

Aku masih menatap layar ponsel dengan wajah tercengang. Gosip? Aku menggoda seorang duda? Arsen?

"Apa-apaan ini…" gumamku, setengah tidak percaya.

Aku buru-buru membuka media sosial, mencari tahu kebenarannya. Dan benar saja—berita itu sudah menyebar luas. Ada foto-foto aku dan Arsen di acara makan malam, beberapa di antaranya saat aku berbicara dengannya, bahkan ada satu momen di mana dia berdiri cukup dekat denganku.

Komentar-komentar di bawahnya membuat kepalaku makin pening.

"Sienna Rosella menggoda CEO muda yang juga seorang duda? Wah, nekat juga."

"Biarpun duda, tapi Arsen itu high class, sih. Mungkin ini strategi Sienna biar dapat sugar daddy?"

"Gila! Atlet berbakat kok gini sih? Kecewa banget."

Aku langsung melempar ponsel ke samping, merasa frustasi. Jari-jariku mencengkeram selimut, mencoba menahan rasa kesal.

Gimana bisa orang-orang percaya gosip ini?

Aku mengusap wajahku, lalu menoleh ke samping. Nathan masih tidur nyenyak, sementara ranjang di sebelahku kosong. Arsen tidak ada di sini.

Aku menghela napas. Harus bagaimana sekarang?

Aku bangkit dengan malas, kepala masih pusing gara-gara berita bodoh itu. Dengan langkah cepat, aku keluar dari kamar dan langsung menemukan Arsen di ruang tamu hotel kami. Dia duduk di sofa, sibuk dengan iPad-nya seperti biasa.

"Hei, ini maksudnya apa?" Aku mengangkat ponsel ke arahnya, memperlihatkan berita yang bikin aku pusing.

"Hmm… gosip," balas Arsen santai, melirik sebentar lalu kembali fokus ke iPad.

"Ya aku tahu ini gosip, tapi kenapa bisa ada berita kayak gini?" dengusku, masih kesal.

"Mungkin karena kita sering terlihat bersama di acara itu," jawabnya akhirnya, menaruh iPad dan menatapku.

"Terlihat bersama? Itu doang? Terus kenapa dibilangnya aku menggoda duda?" tanyaku, melipat tangan di dada.

"Mungkin karena kamu memang menggoda," ujarnya, menatapku lama sebelum bibirnya sedikit melengkung.

"APA?" seruku, hampir melempar bantal sofa ke wajahnya.

"Santai. Media suka membesar-besarkan sesuatu. Aku bakal suruh timku beresin ini," katanya terkekeh pelan.

"Ya ampun… kenapa hidupku gak bisa tenang?" gumamku sambil menjatuhkan diri ke sofa.

"Kalau kamu mau, aku bisa bikin berita ini hilang dalam sehari," ucapnya setelah menatapku sebentar.

"Caranya?" tanyaku, meliriknya curiga.

"Nikah aja sama aku," jawabnya dengan senyum tipis.

.

.

.

Next 👉🏻

1
Semangat
lanjut thor
Alen's Vy: Iyaa ntar sore yakk
total 1 replies
Alen's Vy
Bagusss
Anonymous
Yang baca juga shock ko sienna, ga kamu doang/Facepalm//Awkward/
Semangat
jahat bgt. untung putus ya thor
Alen's Vy: Iya ih, untung aja.
total 1 replies
Semangat
modus duda ini pasti.
Semangat
luar biasa
Semangat
Hahahaa Thor😭😭
Alen's Vy: Sstt🤫🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!