Sejak selamat dari bencana alam yang melanda kampung halamannya, tubuh Lusi menjadi aneh.
Dia bisa merasa sakit tanpa terbentur, merasa geli tanpa digelitik. Dan merasakan kepuasan yang asing ketika Lusi bahkan tidak melakukan apa-apa.
Dan setelah bekerja di sebuah perusahaan dan bertemu sang CEO, akhirnya dia tahu sebabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Setelah pergi ke toilet, Lusi merasa baik-baik saja. Sakit yang tadi dia rasakan di lutut, punggung tangan, dan paha menghilang. Sungguh memalukan merasakan hal semacam ini di depan seorang putra pemilik perusahaan. Padahal dia berada di saat kritis penentuan nasib pekerjaannya.
Kembali dari toilet, Lusi menemukan ruangan Tuan Muda West kosong. Tidak ada orang sama sekali.
"Kemana Tuan Muda West pergi?" tanyanya.
Sampai hari berakhir, tidak ada kabar sama sekali dari Tuan Muda West. Lusi yang dari siang kembali ke lobi, ke pekerjaannya, terus merasa bimbang karena belum mendengar keputusan apapun dari Tuan Muda West. Apakah hari ini adalah terakhir kalinya dia bekerja di Techno West? Tapi ... Tidak ada surat pemecatan.
Atau dia harus mengundurkan diri? Tapi dia tidak mau mengundurkan diri dari perusahaan ini. Bagaimanapun caranya, Lusi ingin mempertahankan pekerjaannya sampai kapanpun. Sembari mencari cara agar dapat mendaki ke puncak jabatan yang dia inginkan. Yaitu direktur administrasi.
"Tidak pulang?" tanya Priya menyela lamunannya.
"Pulang"
Sehari setelahnya, Lusi tidak dapat menemukan Tuan Muda West atau asisten cerewet itu. Kabarnya, Tuan Muda West tidak akan datang ke perusahaan untuk beberapa hari. Sedang menangani pekerjaan di perusahaan yang lain.
Akhir Minggu datang dan Lusi masih dalam kebimbangan tentang pekerjaannya. Dia menatap undangan dari Nyonya Besar West. Apakah dia boleh datang ke undangan itu? Bagaimana kalau dia datang lalu diusir atau diperlakukan tidak baik?
Tapi ... Apakah orang terhormat seperti Tuan dan Nyonya West akan memperlakukan tamu secara tidak hormat? Walaupun tamu itu telah melakukan kesalahan pada anak mereka? Tapi Lusi menyelamatkan Tuan Muda West ketika kakek Johan melayangkan pukulan. Itu yang terpenting.
Lusi bangun dari duduknya dan mulai memilih baju yang akan dipakai ke acara makan malam itu.
Dan tibalah saatnya Lusi datang ke restoran sebuah hotel mewah. Tempat makan malam undangan itu diadakan.
"Saya Lusi North" katanya pada pegawai restoran yang bertugas di depan.
"Silahkan, saya akan mengantar Anda"
Lusi berjalan sekaligus terpukau dengan dekorasi restoran. Ini pertama kalinya dia datang ke tempat semewah ini. Tapi dia harus menjaga agar dirinya tidak memalukan. Tidak terlihat miskin dihadapan orang-orang kaya yang ada disini.
Dan didepannya hadirlah dua orang dengan senyum paling ramah yang pernah Lusi lihat.
"Selamat datang Lusi North?" sapa Nyonya West, lengkap dengan senyum ramah di wajah.
Nyonya West tampak sangat cantik. Dengan pakaian terkesan sederhana daripada bayangan Lusi selama ini. Tapi keanggunan yang hanya bisa dimiliki seorang wanita kaya jelas terlihat.
"Selamat malam Tuan dan Nyonya West. Juga ... Tuan Muda West"
Iya, Tuan Muda West yang dicarinya selama beberapa hari hadir juga disana. Kali ini tanpa asisten yang cerewet dan terus merendahkan Lusi.
"Silahkan duduk"
Lusi berhadapan dengan tiga orang paling berpengaruh di perusahaan. Dan dia merasa sangat kecil sekali.
Dan benar saja kata atasannya. Dia tidak boleh merasa istimewa hanya karena diundang makan malam. Karena apa yang terjadi malam ini hanyalah acara makan. Bukan sebuah acara makan malam spesial yang ada dalam imajinasi Lusi.
Tidak ada keramahan keluarga pemimpin perusahaan yang mengajak seorang pegawai biasa sepertinya berbicara. Mereka hanya makan, bahkan tidak pernah melihat ke arah Lusi sama sekali.
Meski kecewa tapi Lusi menganggap kalau hal ini bukan sesuatu yang sangat buruk. Dia masih bisa menikmati menu makan malam lengkap yang rasa dan harganya fantastis.
Ketika makanan penutup datang, mendadak Lusi merasakan sesuatu. Pinggangnya, kenapa terasa geli?
Lusi adalah seseorang yang kuat. Setelah kecelakaan lima tahun yang lalu, ayahnya memastikan Lusi memiliki fisik kuat. Tahan terhadap benturan juga siksaan. Hanya satu yang dari dulu sampai sekarang tidak bisa ditahannya. Yaitu rasa geli.
Setiap kali seseorang menyentuhnya di bagian pinggang, leher dan telapak kaki. Maka badannya akan bergetar luar biasa karena rasa geli yang tak tertahan.
Dan itulah yang terjadi saat ini.
Kenapa pinggangnya terasa geli sekali? Tidak lama lagi, dia pasti akan tertawa.
Tidak boleh. Lusi harus menahannya. Dia berada di sebuah acara makan malam dengan tiga orang penting perusahaan. Tidak mungkin menghancurkan acara penting ini dengan rasa geli yang menyiksa.
Tapi kenapa rasa geli ini semakin menjadi?
"Hahahahahahaha" tawanya menggema di ruangan makan malam yang mewah itu.
Lusi sadar telah membuat kesalahan besar. Tidak seharusnya dia tertawa begitu kencang di depan tiga orang penting perusahaan. Pasti semuanya akan menganggap Lusi tidak sopan.
Tentu saja Lusi segera meminta maaf atas perbuatannya yang sedikit, melenceng dari kebiasaan. Dan penerimaan dari ketiganya hanya sebuah tatapan tanpa ekspresi sama sekali.
Seakan suara tertawa Lusi tidak begitu penting untuk dibahas lagi.
Jadi Lusi menutup mulutnya. Dan kembali menikmati makanan penutup yang baru setengah dia habiskan.
Dan tiba-tiba rasa geli itu kembali lagi. Apa yang sebenarnya terjadi? Tidak ada seseorang yang menyentuh pinggangnya. Tapi kenapa rasa geli ini tak mau hilang? Lusi mencoba untuk menahan lebih kuat lagi. Dan dia gagal.
"Hahahahahahaha"
Sekali lagi dia tertawa terbahak-bahak. Dihadapan tiga orang penting perusahaan. Dan kini di wajah mereka terdapat pandangan yang berbeda dari sebelumnya. Kini Tuan dan Nyonya West melihatnya dengan alis yang mengkerut ke dalam. Sedangkan Tuan muda West ... Apa pria itu tersenyum?
"Maaf. Tuan dan Nyonya West. Maafkan saya" ucap Lusi segera. Dia tidak tahu lagi harus melakukan apa selain minta maaf. Karena dia tidak bisa menjelaskan keanehan yang terjadi pada tubuhnya sendiri. Semua orang pasti tidak akan pernah bisa mengerti tentang apa yang terjadi pada dirinya. Sama seperti orang tua dan adiknya.
"Apa ada yang salah dengan makan malam ini sehingga membuatmu tertawa seperti itu?" tanya Tuan West dengan nada suara menakutkan.
Entah kenapa, Lusi seperti masuk ke dalam sebuah ruang persidangan dengan Tuan West sebagai hakimnya
"Maafkan saya Tuan. Tidak ada yang salah dengan makan malam ini. Saya-lah yang tidak sopan. Tertawa begitu kencang tanpa alasan. Maafkan saya"
"Hemph"
Terdengar suara tawa yang tertahan. Baik Lusi dan Tuan serta Nyonya West melihat ke arah yang sama. Tuan muda West secara jelas tidak dapat menahan tertawanya.
Kenapa Lusi merasa kalau pria itu sangat menyebalkan. Seandainya saja pria itu bukan penerus keluarga West, pasti Lusi telah menyerang dengan cakar dan gigi tajamnya.
"Saya mohon maafkan saya Tuan dan Nyonya West"
"Sebenarnya apa yang membuatmu tertawa sampai seperti itu?
Lusi ingin sekali mengatakan alasannya yang sebenarnya.
"Maaf Tuan dan Nyonya. Saya tidak bisa menjelaskan. Kalau hal ini membuat saya diberhentikan dari pekerjaan. Makan saya akan mencoba menerima. Maafkan saya" katanya pasrah.
Apapun yang terjadi, dia akan menerimanya saja. Pikir Lusi mulai sedih. Padahal dia tidak menginginkan merasa geli sama sekali.
uda baca karya2mu. syukaaaa...
semangat berkarya, lope u