NovelToon NovelToon
Antara Cinta Dan Hukuman

Antara Cinta Dan Hukuman

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Diam-Diam Cinta / TKP / Romansa
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Leon Harrington seorang hakim yang tegas dan adil, Namun, ia berselingkuh sehingga membuat tunangannya, Jade Valencia merasa kecewa dan pergi meninggalkan kota kelahirannya.

Setelah berpisah selama lima tahun, Mereka dipertemukan kembali. Namun, situasi mereka berbeda. Leon sebagai Hakim dan Jade sebagai pembunuh yang akan dijatuhkan hukuman mati oleh Leon sendiri.

Akankah hubungan mereka mengalami perubahan setelah pertemuan kembali? Keputusan apa yang akan dilakukan oleh Leon? Apakah ia akan membantu mantan tunangannya atau memilih lepas tangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Setelah persidangan berakhir, Leon berdiri mematung di depan kaca jendela kantornya yang besar, memandangi langit mendung yang menggantung berat di atas kota. Jemarinya menggenggam gelas kopi yang sudah lama dingin. Wajahnya tegang, matanya tajam namun kosong, seolah pikirannya mengembara jauh.

Jacob melangkah masuk dengan hati-hati, membawa selembar dokumen. Ia ragu sejenak sebelum akhirnya membuka suara.

"Tuan, hasil keputusan sudah dinyatakan bebas. Kenapa Anda masih tidak senang?" tanyanya dengan pelan, berusaha membaca ekspresi Leon yang sulit ditebak.

Leon menghela napas perlahan. "Hanya sementara saja," gumamnya. "Setelah kasus ini berakhir, persidangan ulang masih harus dijalankan. Apa keputusan hukuman untuk Jade akan terjawab pada saat itu."

Jacob menundukkan kepala, memahami kekhawatiran tuannya. Ia menatap berkas di tangannya, lalu kembali menatap Leon.

"Tapi setidaknya Nona Jade memiliki kesempatan untuk bangkit dan membuktikan dirinya tidak bersalah," ucap Jacob, berusaha memberikan harapan.

Leon menoleh sedikit, sorot matanya lebih tajam kali ini. "Benar!" katanya penuh tekad. "Kali ini dia akan bekerja sama dengan pihak kepolisian. Mudah-mudahan mereka berhasil menemukan pelakunya."

"Tapi Tuan, kasus ini sepertinya butuh bantuan Anda."

"Aku akan membantu dari belakang," ujarnya mantap. "Kumpulkan daftar nama semua kenalan Jane Valencia!"

Jacob mengangguk cepat, tubuhnya tegak penuh kesiapan.

"Baik, Tuan!"

"Sebarkan ke publik bahwa Jade Valencia telah dibebaskan!" perintah Leon dengan suara tegas dan nada dingin.

Jacob mengangguk, meski matanya menyiratkan kebingungan. Ia menyimpan pertanyaannya sejenak, sebelum akhirnya bertanya dengan hati-hati, "Tuan, apakah Anda memiliki rencana lain?"

Leon perlahan berbalik, menatap tajam ke arah bawahannya. Sekilas senyum misterius menghiasi bibirnya. "Waktu akan membuktikan," jawabnya lirih, sebelum kembali menatap ke luar, membiarkan pikirannya menyelami rencana yang masih tersembunyi rapat.

Beberapa hari kemudian.

Suasana di apartemen Jade terasa tenang, tapi sarat kewaspadaan. Di ruang tamu yang sederhana namun rapi, Jade duduk di sofa bersama dua detektif yang ditugaskan mengawalnya—Kian dan Cindy. Di meja kecil di depan mereka, berlembar-lembar foto dan dokumen berserakan.

Cindy menyerahkan selembar kertas berisi daftar nama dan wajah kepada Jade. "Perhatikan semua nama yang terdaftar, mereka adalah kenalan Jane Valencia. Apakah kamu pernah melihat salah satu dari mereka?"

Jade mengamati dengan seksama, keningnya berkerut. Matanya menelusuri satu per satu wajah dalam daftar.

"Tidak kenal sama sekali... Apakah mereka mencurigakan?" tanyanya pelan, nada suaranya mencampur rasa penasaran dan kekhawatiran.

"Semua kenalannya mencurigakan. Selagi belum menemukan bukti, kita tidak bisa mempercayai mereka," jawab Kian sambil menyilangkan tangan di dada, pandangannya tak lepas dari daftar itu.

Jade menghela napas, menaruh kembali kertas tersebut. "Aku mengerti. Tapi... aku sedikit lapar. Apakah aku bisa keluar makan sebentar?"

Cindy melirik Kian, yang kemudian mengangguk pelan.

"Baiklah. Mari kita pergi bersama," ujar Cindy, berusaha terdengar santai meski tetap waspada.

Beberapa saat kemudian, mereka bertiga berjalan kaki di trotoar menuju warung makan sederhana di tepi jalan. Lampu-lampu kota menyala redup, angin malam berhembus lembut, membawa aroma makanan dan debu jalanan.

Warung itu ramai, tapi tidak terlalu padat. Jade menarik kursi plastik dan duduk, diikuti Kian dan Cindy yang segera mengambil posisi strategis di sisinya.

"Pesan semangkuk mie!" seru Jade kepada pelayan dengan semangat yang mulai kembali, senyumnya mengembang meski masih tampak letih.

"Kami juga mau pesan mie!" lanjut Kian, yang duduk menyilangkan kaki dan mulai melonggarkan kerah bajunya.

Tak lama kemudian, tiga mangkuk mie panas tersaji di atas meja. Aroma kaldu yang gurih menyebar ke udara, memancing selera mereka. Jade menyuap mie pertamanya dengan lahap.

Dari seberang jalan, sekitar belasan pria bertubuh kekar mulai bermunculan satu per satu. Wajah mereka tersembunyi di balik topi dan masker, tapi niat mereka jelas tergambar dari benda-benda mengilap yang menggantung di tangan masing-masing—senjata tajam dalam berbagai bentuk.

Mereka berjalan perlahan tapi pasti, seperti gerombolan pemburu yang telah mengunci mangsanya. Tatapan mereka tertuju lurus ke arah satu meja kecil di pinggir warung, tempat Jade duduk bersama detektif Kian dan Cindy.

Angin malam berhembus pelan, tapi udara terasa menegang.

Kian menghentikan gerakan tangannya yang hendak menyuap mie. Matanya menyipit, penuh waspada. Cindy, yang duduk berhadapan dengannya, juga menoleh cepat saat menangkap pergerakan aneh itu.

“Masalah datang,” desis Kian, nyaris tanpa suara.

Jade yang tadinya tersenyum kecil, langsung membeku. Sumpit di tangannya di tangannya digenggam begitu erat. Matanya membulat saat melihat sekelompok pria itu terus melangkah mendekat, mengacungkan senjata tajam tanpa ragu.

“Mereka ke arah kita…” bisiknya.

Cindy berdiri cepat, tubuhnya refleks berdiri di depan Jade. Kian bangkit menyusul, satu tangannya perlahan meraih senjata api yang tersembunyi di balik jaketnya.

“Tetap tenang. Jangan lakukan gerakan tiba-tiba.” suara Kian dalam dan mantap.

Para pengunjung warung mulai menyadari kejanggalan. Beberapa orang berdiri, menoleh ke arah pria-pria itu, dan seketika suasana menjadi kacau. Kursi berjatuhan, orang-orang menjerit, dan beberapa langsung berlarian menjauh.

Belasan pria bersenjata itu kini tinggal beberapa meter dari meja Jade.

Udara terasa berat. Mie yang tersisa di mangkuk tak lagi menarik. Semua perhatian kini tertuju pada kemungkinan terburuk yang bisa terjadi dalam hitungan detik.

1
Isnanun
Jade di incar
Ecca K.D
lanjut
Rossida Sity
up yg byk thor
Oktalien Paroke
ceritanya seru dan.menegangkan
Myra Myra
semangat thor
Naufal Affiq
lanjut thor
Naufal Affiq
bagus leon,kau sudah mengambil tindakan paling adil untuk jeda
wiemay
akhirnya
Isnanun
ahirnya ya Jade
Naufal Affiq
lanjut thor
wiemay
pesona Leon no kaleng2
Myra Myra
jgn2 Jane tak meninggal maybe orang lain...makin seru
wiemay
bagus
ayo katakan yg sebenarnya
Isnanun
bagus jade semangat demi dirimu sendiri
Myra Myra
bagus jade...nape rasa Ae Jane tak mati...
wiemay
kemungkinan kakak nya jade iri ama dia
Myra Myra
masih penasaran ape yg terjadi dgn kak Ae si jade Ae...
Isnanun
lanjut masih penasaran
Hanizar Nana
bagus sekali
Hanizar Nana
aku pun bertanya tanya ada apakah gerangan dgn kakak jade
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!