Cerita ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya. Karena ayahandanya menuduh bundanya berselingkuh. Maka lahirlah seorang pangeran tanpa disaksikan oleh ayahandanya.
Sang pangeran harus dibesarkan oleh Balakosa, musuh besarnya yang merebut kerajaan ayahnya.
Kemalangan belum usai membayangi hidupnya. Gagalnya pemberontakannya terhadap Balakosa, bahkan hampir dijadikan siluman sejati.
Untung saja seorang sakti berhasil menyelamatkannya yang kemudian menjadi gurunya, dan memberinya amanah besar, membasmi kejahatan di dua negeri; Negeri Mega Pancala dan Negeri Mega Buana.
Seperti apakah kisah pendekar yang membasmi kejahatan di dua negeri? Bagaimana kisah lika-liku percintaannya dengan para gadis yang mencintainya?
Jika pembaca berminat, ikutilah kisah perjalanan PENDEKAR DUA NEGERI!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 PERTEMPURAN DI KEDIAMAN PAK HENDRA Part. 1
Para elit Klan Rajawali Emas telah keluar dari ruang rapat khusus yang diselenggarakan di rumah Shofie. Mereka berjalan santai menuju ruang tengah yang luas sambil ngobrol santai.
Lima pembesar Klan Rajawali Emas saling berbincang di antara mereka. Sedangkan para ksatria klan saling berbincang di kalangan mereka juga.
Di ruang tengah yang luas itu ternyata berkumpul para kerabat yang sedang berbincang-bincang di berbagai tempat.
Tiga orang wanita yang masih tampak cantik tengah duduk sambil berbincang ringan di sebuah shofa di depan televisi. Tiga wanita yang masih cantik itu adalah Bu Intan, istri Pak Hendra; Bu Dahlia, Istri Pak Bambang; dan Bu Indriana, ibunya Cindhy.
Di depan mereka duduk di lantai 3 gadis kecil usia 11-12 tahun, sambil menonton mereka juga tampak asyik berbincang berkomentar tentang apa yang mereka nonton.
Di sebuah sudut ruangan duduk di kursi empuk 3 orang gadis cantik yang juga tengah berbincang penuh canda tawa. Mereka adalah Indah dan Shofie, serta seorang gadis berambut panjang bernama Ambar Wuni, adik Padma Arumi, tepatnya adik angkat.
Di tempat yang lain masih di ruangan yang sama juga duduk di kursi empuk sambil ngobrol sepasang insan yang tampak bagai sepasang kekasih. Yang wanitanya, gadis cantik berusia 20-an tampak duduk bersandar manja di pundak si pemuda tampan.
Tapi sesungguhnya mereka itu tidak berpacaran. Dengan kata lain si pemuda yang bernama Mahesa, kakak Indah, tidak mau berpacaran dengan si gadis kuliahan itu yang bernama Shafira, kakak Shofie.
Mahesa cuma menganggap Shafira sebagai adik sekaligus sahabat saja, tidak ingin lebih. Sedangkan Shafira ngotot ingin menjadi pacar Mahesa.
Tidak lama kemudian, rombongan rapat rahasia telah sampai di ruang tengah. Hampir semua orang yang ada di ruang tengah memandang mereka.
Tampak Mahesa segera berdiri begitu junjungannya, Pak Hermawan telah muncul di ruang tengah. Otomatis Shafira melepaskan pelukannya pada pemuda tampan itu.
"Yang Mulia sudah datang, Fira," kata Mahesa yang sudah bersiap-siap pergi. "Aku pamit dulu."
"Hm...," sahut Shafira dengan malas. Padahal dia masih ingin ngobrol.
Lalu Mahesa terus melangkah menuju ruang tamu mendahului rombongan, diikuti oleh Shafira dengan pandangan mata yang seketika berubah sendu.
Sementara Ambar Wuni, begitu ayah angkatnya dan rombongan telah muncul di ruang tengah, dia langsung berpamitan kepada Indah dan Shofie.
"Sampai ketemu lagi ya."
Lalu dia berdiri dan terus melangkah menghampiri Pak Hermawan dan rombongan. Sedangkan Indah dan Shofie masih duduk di tempat masing-masing sambil memandang Ambar Wuni, terus rombongan rapat.
Sementara 3 wanita yang berusia 50-an namun masih tampak cantik, begitu melihat suami mereka datang, mereka langsung berdiri hampir bersamaan.
Kemudian Bu Dahlia dan Bu Indriana memanggil putri mereka untuk diajak pulang hampir bersamaan.
"Aline, ayo kita pulang, sayang!"
"Rindhy, papa udah datang, sayang, ayo!"
Lalu tanpa menunggu anak-anak itu, Bu Dahlia dan Bu Indriana melangkah menghampiri rombongan rapat, diikuti oleh Bu Intan.
Aline dan Rindhy segera berdiri ketika mendengar ibu mereka memanggil. Shania, adik Shofie juga ikut berdiri. Lalu Aline dan Rindhy saling berpamitan kepada Shania.
"Sorry ya, aku nggak bisa nemanin sampe pintu," kata Shania minta maaf. "Soalnya aku udah ngantuk."
"Ya udah sana, tidur cepet!" kata Rindhy menyuruh.
"Tapi inget, besok jangan sampe telat!" kata Aline mengingatkan.
Shania cuma tersenyum. Lalu melangkah meninggalkan kedua temannya setelah melambaikan tangan. Sedangkan Aline dan Rindhy juga ikut melangkah mengikuti bunda mereka yang sudah melangkah.
★☆★☆
Begitu Mahesa sampai di ruang tamu, dia langsung memerintahkan 12 orang Pengawal Khusus Pak Hermawan yang berada di ruang tamu untuk bersiap. Karena junjungan mereka teleh selesai melakukan rapat khusus.
Dua belas Pengawal Khusus tanpa banyak pertimbangan langsung berdiri semua, lalu bersiaga mengawal Pak Hermawan.
Tidak lama kemudian, rombongan Pak Hermawan sampai di ruang tamu.
Empat orang di antara Pengawal Khusus dengan cepat segera menuju pintu. Begitu sampai, 2 di antara mereka langsung membuka pintu utama itu lebar-lebar. Terus menjaga di situ.
Sedangkan 2 yang lain, begitu pintu terbuka, mereka langsung keluar melihat dan memeriksa keadaan di luar. Menyusul kemudian Mahesa.
Sementara Pak Hermawan dan rombongan, begitu sudah sampai di ambang pintu, mereka terus saja melangkah tanpa henti menerobos keluar.
Namun belum lama rombongan itu keluar, Pak Hermawan segera mengangkat tangan kanannya ke samping kanan. Tindakan itu sebagai isyarat agar orang-orang yang mengikutinya segera berhenti.
Dan hampir bersamaan, orang-orang yang mengikutinya langsung berhenti. Bukan saja berhenti melangkah, perbincangan mereka pun ikut terhenti. Setelah itu mereka berjamaah menatap heran pada lelaki berkharisma itu.
"Bersiaga!" perintah Pak Hermawan dengan tegas.
Tidak menunggu lama semua ksatria Klan Rajawali Emas yang bersamanya langsung bersiaga perang.
"Ada apa, Papa?" tanya Ambar Wuni sambil melihat keadaan sekitar.
Pak Hermawan tidak lantas menjawab pertanyaan putrinya itu. Melainkan dia melangkah mendekati pinggiran serambi. Setelah itu dia memandang langit.
Sementara Mahesa yang melihat isyarat Pak Hermawan meningkatkan pemeriksaan dengan matanya yang ada di sekitar halaman serambi.
Namun belum lama Pak Hermawan memandang langit, sudah terdengar perintahnya yang bernada tegas. Memerintahkan Argayuda untuk menyuruh masuk ketiga wanita yang mengikuti mereka beserta putri kecil mereka.
Setelah itu menyuruh Anggraini untuk membawa sisa keluarganya untuk diamankan ke rumah ini. Biar yang dijaga keamanannya cuma satu tempat.
Argayuda, Anggraini maupun para ksatria Klan Rajawali Emas telah paham gelagat yang ditunjukkan Pak Hermawan, bahwa akan ada bahaya yang mengintai.
Tanpa menunggu lama Argayuda menyuruh ketiga wanita itu beserta Aline dan Rindhy untuk masuk kembali ke dalam rumah. Sedangkan yang disuruh masuk, meski heran bercampur bingung namun mengikuti juga.
Sementara Anggraini segera pergi ke rumahnya yang ternyata cukup dekat dengan rumah Shofie sebelah kanan. Tujuannya ke sana hendak mengambil Haikal, kakaknya Aline untuk diamankan kesini.
Sedangkan Mahesa segera mengatur semua pasukan pilihan klan yang yang ada di sekitar halaman serambi untuk menjaga di sekitar serambi. Juga memanggil pasukan yang menjaga kediaman Pak Bambang agar memperkuat penjagaan di kediaman Pak Hendra.
Rupanya Anggraini bergerak begitu cepat. Tidak lama dia sudah membawa adiknya yang masih mengantuk ke rumah Shofie. Bahkan membawa seluruh pembantu rumah tangga mereka pula.
"Ada apa sebenarnya, Papa?" tanya Ambar lagi makin penasaran.
"Areal tempat ini sudah disegel," sahut Pak Hermawan tak lepas memandang langit. "Kita tidak bisa keluar dari tempat ini selain kita menghancurkan segelnya."
Mendengar ucapan Pak Hermawan, Ambar Wuni dan Padma Arumi segera bersiaga di belakang ayah mereka. Sedangkan yang lain juga ikut bersiaga penuh.
"Segel mantra ini sepertinya sama dengan segel mantra yang dikerahkan di kediaman Jenderal Yusuf pada peristiwa naas malam itu, Kang Mas," kata Pak Bambang kepada Pak Hendra mengungkapkan.
"Gawat, Kang Mas!" kata Pak Hendra bernada tegang. "Pasukan Siluman Topeng Merah sebentar lagi akan datang. Mereka sudah memasang Tudung Ghaib Merah."
Belum lama Pak Hendra berkata demikian, Argayuda keluar dari dalam rumah. Menyusul setelah itu Anggraini. Begitu keluar mereka langsung bersiaga perang.
Dan belum lama kedua orang muda itu keluar, yang dikhawatirkan Pak Hendra telah datang.
★☆★☆
Seakan muncul dari langit, seketika berkelebat melayang turun puluhan sosok bayangan merah dari atas pelataran depan kediaman Pak Hendra. Gerakan sosok mereka laksana segerombolan hantu gentayangan yang siap menerkam mangsa.
Kelebatan puluhan sosok bayangan merah itu cukup cepat saat melayang turun ke bawah. Sehingga belum lama mereka meluncur turun, tahu-tahu sudah berada di depan serambi kediaman mewah Pak Hendra.
Sosok-sosok bayangan merah itu, begitu menapaki pelataran rumah Shofie, mereka sudah dalam keadaan berbaris-berjajar rapi.
Sosok-sosok itu tampak begitu mengerikan sekaligus menyeramkan. Berwajah buruk mengerikan, kedua mata mereka bersinar redup berwarna putih kemerahan.
Mereka semua berpakaian panjang berwarna merah darah. Bertudung kepala yang menyatu dengan baju panjang mereka yang juga berwarna merah.
Penampakkan seperti itu siapa lagi mereka itu kalau bukan Pasukan Siluman Topeng Merah.
Sekitar 20 personil Pasukan Siluman Topeng Merah bersabuk coklat yang berbaris paling belakang. Sepuluh personil bersabuk hitam yang berdiri berjajar di depannya.
Di depannya lagi berdiri berjajar 5 lelaki muda dengan model dan warna pakaian mirip dengan Pasukan Siluman yang berada di belakang, hanya saja tanpa topeng tanpa penutup kepala.
Berikat kepala dari logam pipih berukir warna perak dan di depannya terdapat ukiran berbentuk tengkorak berwarna merah. Sabuknya juga dari logam perak dan di depannya juga terdapat bentukan tengkorak yang sama dengan hiasan kepalanya.
Di depan mereka berdiri angkuh sang pimpinan. Model pakaiannya sama dengan yang ada di belakangnya. Hanya saja hiasan kepala dan sabuknya berwarna emas. Dan di depan hiasan kepalanya tersemat batu kristal berwarna merah.
Sementara semua pasukan Klan Rajawali Emas, begitu mengetahui kehadiran Pasukan Siluman Topeng Merah, mereka semua langsung merubah model pakaian mereka ke pakaian seragam klan.
Tentunya sebelumnya dengan merapal mantra ghaib terlebih dahulu.
Begitu semua Pengawal Khusus dan pasukan Klan Rajawali Emas merapatkan kedua tangan di dada masing-masing dengan posisi menyilang sambil merapal mantra, seketika kabut bercahaya kuning melingkupi sekujur tubuh mereka.
Begitu kabut bercahaya kuning itu sirna, maka semua Pengawal Khusus dan pasukan Klan Rajawali Emas sudah berganti busana menjadi seragam klan.
Model pakaian mereka nyaris sama, pakaian panjang hingga ke bawah sebatas mata kaki. Bersenjata pedang panjang dan lurus bermata satu yang tercantel disabuk dari logam perak sebelah kiri.
Berikat kepala dari kain tebal sewarna dengan pakaian panjang masing-masing. Di dada sebelah kiri terdapat sulaman burung rajawali berwarna emas. Di belakang baju juga terdapat gambar burung rajawali berwarna emas.
Adapun warna pakaian dan ikat kepala Pengawal Khusus berwarna biru gelap.
Di depan ikat kepala dan sabuk mereka tersemat sebentuk lempengan logam berbentuk bundar warna biru gelap metalik. Di tengah lempengan itu terukir model timbul burung rajawali berwarna emas.
Sedangkan warna pakaian dan ikat kepala pasukan Klan Rajawali Emas berwarna hijau tua.
Di depan ikat kepala dan sabuk mereka tersemat lempengan logam berwarna hijau tua metalik. Di tengahnya terdapat ukiran timbul burung rajawali berwarna emas.
Belum lama puluhan pasukan Klan Rajawali Emas berubah bentuk busana, mereka semua langsung menghunus pedang masing-masing. Terus membentuk pagar berlapis 3 di depan serambi.
Sedangkan sekitar 24 Pengawal Khusus memagari membentuk leter 'U' para pembesar klan. Pedang tajam juga sudah mereka hunus dari sarung masing-masing.
Sehingga tidak butuh waktu lama semua pasukan Pak Hermawan sudah dalam keadaan siap berperang, tinggal tunggu perintah.
Sama sekali tidak tampak rasa gentar dari wajah mereka terhadap Pasukan Siluman yang rata-rata berwajah atau bertopeng dan berpenampilan menyeramkan. Sepasang mata mereka menatap tajam musuh yang juga tengah bersiap menerkam mereka.
★☆★☆★
Mohon pengertiannya...