NovelToon NovelToon
Mission In Disguish

Mission In Disguish

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Lita

Dua anak kembar yatim piatu yang dipisahkan sejak mereka dilahirkan. Gayatri dibesarkan oleh keluarga angkatnya yang kaya raya sedangkan Gayathi diberikan kepada keluarga miskin.
Gayatri yang dinikahkan oleh keluarga yang sederajat dengan orang tua angkatnya mengandung anak perempuan sedangkan posisi untuk mewarisi kerajaan bisnis keluarga suaminya terancam karena istri kedua suaminya mengandung seorang bayi lelaki. Gayatri dan Gayathi sepakat untuk menukar kedua bayi mereka yang dilahirkan pada hari yang sama. Bayi lelaki Gayathi yang berparas mirip dengan anak bayi perempuan Gayatri ditukar demi menyelamatkan posisi keturunan Gayatri yang nyaris direbut oleh madunya. Apakah misi mereka berhasil? Dapatkah keturunan Gayatri mewarisi harta keluarga ayahnya? Menjadi pewaris tahta kerajaan bisnis ayahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kiram

Bocah lelaki yang sangat energik sedang menaiki pohon oak dengan gesit. Pohonnya yang cukup rindang dengan dahan yang mudah dipanjat serta sangat menyenangkan untuk ditempati. Membuat tempat itu menjadi tempat kesukaannya.

"Kiram!" Panggil ibunya,"makananmu belum habis dan kau belum sholat Zuhur."

Bocah berusia tujuh tahun itu hanya menyunggingkan senyumnya. Tetap menaiki pohon oak.

Dirinya dilahirkan tujuh tahun yang lalu dari rahim ibunya ditemani ayah dan kedua kakaknya, Keenan dan Kamila.

Putra dan Minna memutuskan untuk melakukan pembuahan di luar menggunakan metode bayi tabung untuk sel telur dan sperma mereka yang dibekukan. Disuntikkan ke rahim Maryam, ibu surrogate yang mereka pilih.

Mereka rutin mengunjungi putra mereka di sela perjalanan bisnis mereka keluar kota dan bisnis. Kiram mengenal keduanya sebagai om Putra dan tante Minna.

"Kiram!" Ibunya kembali berteriak.

"Nanti Bu! Aku mau istirahat dulu!" Serunya.

"Selesaikan dulu makan mu dan sholat lah dulu. Setelah itu kau boleh bermain."

Kiram berayun di dahan pohon oak.

"Astaga! Kiram! Nanti kau jatuh!"

Tidak lama pergelangan tangan Kiram terlepas dan merosot jatuh.

"Apa kubilang?" Ujar ibunya dengan wajah cemas.

Kiram meringis kesakitan.

"Biar kuperiksa. Apakah ada yang patah atau terkilir?" Ibunya memeriksa dengan cermat,"kau harus bersyukur tidak ada patah atau terkilir."

"Bu! Omongan adalah doa." Ujar Kiram mengusap pahanya yang terasa sakit.

"Kau tidak menghabiskan makan siang mu. Menunda sholat mu. Bergelantungan di pohon. Aku tidak bermaksud mendoakan jelek padamu."

Kiram berdiri dan berjalan kembali menuju rumahnya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya ibunya.

"Tidak apa-apa."

Masuk ke dalam rumahnya melanjutkan makan siangnya dan menunaikan sholat zuhurnya.

Kedua kakaknya belum pulang dari sekolah. Selisih usianya dengan Keenan delapan tahun sedangkan dengan Kamila enam tahun.

"Kapan kau ingin sekolah? Tante Minna ingin memasukkan kau ke Lyceum Alpinum Zuoz."

"Aku belum ingin sekolah." Tolaknya enggan.

"Kau tidak bosan bermain sendirian setiap hari?"

"Banyak yang kulakukan mengapa aku harus bosan? Kupikir aku justru akan bosan jika bersekolah."

"Sekolah yang dipilih Tante Minna hanya mengajar delapan belas anak. Kau akan menyukai sekolahmu."

"Bagaimana jika tidak?"

"Kau tetap harus bersekolah. Berusaha menyukai sekolahmu."

Kiram bangkit dari sajadah. Melipatnya dan berjalan menuju pintu rumah.

"Kau mau kemana?"

"Memanjat pohon. Memetik buah. Aku akan membawakan sekuntum bunga untukmu. Berkuda berkeliling lembah. Melihat luka burung yang terluka. Apakah sudah sembuh atau belum. Aku akan membawakannya cacing dan juga perban untuk mengganti penutup lukanya."

"Kau sangat sibuk setiap harinya."

"Aku juga ingin melihat kucing yang terluka karena digigit anjing gembala."

"Jangan pulang terlalu sore. Jangan lewatkan sholat ashar mu."

"Apakah kau ingin ku bawakan susu dari peternakan Mr. Smith?"

"Kau juga akan membantunya memerah susu?"

"Iya! Uangnya akan kubelikan keju untukmu. Mrs Smith menjual keju yang sangat enak. Buatan sendiri dari peternakannya."

"Jangan kau hamburkan uangmu. Lebih baik kau simpan."

Kiram membalikkan tubuhnya. Berjalan ke arah ibunya. Memeluk ibunya dengan erat.

"Bagaimana aku bisa menunjukkan rasa cintaku jika aku tidak menghabiskan uangku?"

"Bagaimana jika bersekolah?"

"Oh! Bu! Tidak!"

"Jika kau mencintaiku. Kau akan giat bersekolah. Tidak menghamburkan uangmu. Beribadah dengan rajin tanpa perlu diingatkan."

"Say it with money or flower! That's only I can do for you!" Jawab Kiram keras kepala,"aku harus pergi!" Kiram melepaskan pelukannya dari ibunya.

"Aku akan membawakan mu sebotol susu segar yang baru diperah, keju dan sekuntum bunga!" Ujarnya berlalu dari hadapan ibunya.

Kiram sangat menyukai tempat tinggalnya. Udaranya yang dingin dan sejuk. Para tetangga yang baik hati. Tidak keberatan jika membantu mereka di pertanian, perkebunan dan peternakan mereka. Mendapatkan sejumlah uang yang sebagian besar dihabiskan untuk dirinya dan ibunya.

Mereka juga kerap memberikannya susu, buah, sayuran serta hasil kebun saat dia membantu mereka.

Kakak lelaki dan perempuannya kerap meledeknya karena keengganannya bersekolah tetapi mereka menginginkan agar dia membelikan sesuatu untuk mereka.

"Kalian sudah memperoleh uang saku dari ayah. Untuk apa kalian meminta lagi padaku?" Ujarnya kesal menghadapi tingkah kedua kakaknya yang sangat menyebalkan.

"Kau membelikan ibu keju, sosis, daging, sweater dari wol, coklat bahkan minyak wangi dari buah-buahan segar. Menghabiskan uang untuk diri mu sendiri. Membeli peralatan kayu. Memang kau ingin membuat apa? Kau tidak membelikan sesuatu untuk kami dan ayah?"

"Untuk apa?" Jawabnya acuh,"kalian sudah memiliki uang saku sendiri. Ayah tidak pernah memberi ku uang saku."

"Itu karena kau tidak mau bersekolah. Jika kau ingin uang saku seperti kami. Maka kau harus bersekolah seperti kami. Apakah kau ingin otakmu berlumut?" Ujar Kamila.

"Bukan berlumut tapi lembek seperti bubur!" Ujar kakak lelakinya diikuti gelak tawa kakak perempuannya. Membuat wajahnya semakin manyun.

"Itu artinya kepalamu seperti odol. Jika dipencet akan keluar pasta dari dalam!" Sahut kakak perempuannya diikuti gelak tawa kakak lelakinya.

"Ayah!" Teriaknya bermaksud mengadu pada ayahnya.

Ayahnya yang sedang membaca di kursi goyang menurunkan buku yang sedang dibacanya, "ada apa?"

"Mereka mengolok-olok aku lagi!" Adunya.

"Apakah itu karena kau masih enggan bersekolah?"

"Aku masih kecil yah!"

"Kau sudah bisa melakukan hampir semua pekerjaan di sini. Kau perlu mengisi otak dan pikiranmu dengan ilmu pengetahuan dan belajar adab."

"Memang aku tidak beradab? Mereka bersekolah tetapi selalu mengolok ku! Siapa yang tidak beradab di sini? Sebagai tambahan, aku mengetahui banyak hal dari internet."

"Itu tidak cukup!" Ayahnya kembali menekuni bukunya.

Kedua kakaknya kembali meledeknya.

"Jika kau tidak ingin kami ledek. Kau harus membelikan kami sesuatu." Ujar kakak perempuannya.

"Aku ingin mainan mobil kayu yang kau beli dari Mr. Brown."

"Aku menyukai syal yang kau belikan untuk ibu, buatan Miss Helga."

"Kalian memeras ku?" Ujar Kiram, "Bu!" adunya kepada ibunya.

Ibunya berjalan tergopoh dari dapur,"ada apa kau memanggilku?"

"Mereka mengolok dan memeras ku!" adunya.

"Kalian berdua sungguh tidak tahu malu! Mengganggu adik kalian dan meminta sesuatu dari hasil kerja kerasnya!"

"Dia tidak mau bersekolah. Otaknya akan berkarat." Ujar Kamila.

"Dia akan menjadi bebal dan barbar!" Sambung Keenan.

"Bisa kah kalian berhenti mengganggunya? Dan jangan meminta apa pun darinya." Ibunya mengomeli kedua kakaknya,"aku tidak ingin mendengar kalian mengganggu adik kalian lagi. Aku sedang memasak. Kalian tidak ingin kan ku hidangkan domba panggang gosong?"

Giliran Kiram menyunggingkan senyum kemenangan.

Bau masakan menguar dari dapur. Ibunya meletakkan masakan yang dibuatnya di atas meja kayu yang terbuat dari kayu oak.

Domba panggang yang terlihat sangat lezat. Saus putih creamy jamur yang dicampur potongan dada ayam berbentuk dadu dan irisan sosis. Smash potato yang creamy. Cream soup dengan isian potongan jamur kancing, potongan dada ayam dan wortel berbentuk dadu, irisan sosis dan wortel, yang masih mengepul panas. Sepinggan puding coklat dengan fla vanila yang sangat lembut. Salad sayuran dicampur udang dan telur rebus dan kacang polong. Sebagai menu makan malam mereka semua.

1
Salsabila Arman
lanjut
Eka Lita: Terima kasih kakak...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!