Fitnah Kejam Ibu Mertuaku

Setelah mengusir istrinya Doni menangis meringkuk di kamarnya.

"Hiks, aku gak nyangka kamu setega  itu pada ku Sin."

Bu Misye memasang wajah sedih seolah ikut berduka atas apa yang menimpa sang putra.

"Doni, tenang kan diri mu Nak, biar saja Sindy pergi dari rumah ini. Percuma kalau kamu masih tetap membiarkan dia berada di rumah ini. Kamu akan terus disakiti, biasanya wanita yang memiliki kebiasaan selingkuh akan terus mengulangi perselingkuhannya. Kamu jangan terlalu memikirkan Sindy banyak perempuan di dunia ini. Kamu ganteng, jabatanmu bagus di perusahaan. Kamu tinggal pilih wanita mana yang ingin kamu nikahi."

Doni terus tertunduk tanpa menjawab sepatah kata pun dari bu Misye. Bu Misye mengusap kepala Doni kemudian meninggalkan putranya seorang diri di kamar itu.

Bu misye menutup pintu sambil tersenyum menyeringai.

Biar saja Doni bersedih satu hari, Jika saja dia tahu siapa Ayah Sindy, mungkin juga dia tidak akan menerima kehadiran Sindy.

Bu Misye menuruni anak tangga kemudian berjalan menuju kamarnya.

Di dalam kamarnya bu Misye siap menelpon Viola.

"Halo bagaimana tante, Apakah rencana kita berhasil? tanya Viola di sambungan teleponnya.

"Berhasil, sangat berhasil haha. Andai saja kamu melihat bagaimana Sindy diusir dari rumah ini, kamu pasti akan tertawa bahagia."

"Ingin sekali aku berada di sana tante. Untuk mengobati luka hati Doni yang sedang dilanda duka mendalam, haha akibat memergoki istri idamannya itu berselingkuh."

"Tentu saja Viola, kamu harus bisa merebut hati Doni sebelum Doni tahu rencana kita, kalau perlu kita bekerja sama agar Doni  segera mengajukan gugatan cerai kepada Sindy di pengadilan. Kamu harus bisa mengambil hati Doni agar dia tidak kembali bersama Sindy. Jangan biarkan mereka bertemu agar Sindy tak bisa menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya."

"Oke Tante, kalau begitu kapan aku boleh tinggal di sana lagi?"

"Sekitar atau tiga hari lagi. Biarkan Doni mengobati luka hatinya terlebih dahulu, kemudian kau bisa pelan-pelan masuk dan menjadi malaikat yang akan membalut luka-luka hatinya."

"Baiklah tante. Aku tunggu waktu itu."

***

Setelah menangis keadaan Sindy cukup tenang. Iya pun melanjutkan langkah kakinya. Sekarang dia yakin siapa yang ada di balik semua ini.

Keluar dari kompleks perumahan itu, Sindy berjalan menghampiri terminal, untuk menunggu bus ke arah luar kota.

Sindy duduk termenung di terminal, sesekali ia masih meneteskan air matanya. Hingga ia tak menyadari sebuah bus menghampirinya.

"Mau ke mana Mbak?" tanya sang kernet.

Sindy seketika tersadar dari lamunannya.

"Ke desa A Bang."

Sindy pun naik sambil menarik kopernya, karena rumahnya berada di jalur luar kota. Maka tak sulit jika harus naik bis karena seluruh bis tujuan dari manapun akan melintasi tempat tinggal Sindy.

Di dalam bus Sindy kembali termenung, sesekali memijat  kepalanya masih terasa pusing, hingga ia masih belum bisa berpikir jernih. Saat ini yang ia butuhkan adalah ibunya, tempatnya bercerita dan berkeluh kesah.

Sepanjang perjalanan hanya Sindy habiskan dengan lamunan. Hingga tanpa terasa dia pun sudah tiba di rumahnya.

Turun dari bis Sindy langsung menghampiri rumah orang tuanya.

Bu Anita yang melihat kedatangan sang Putri, langsung menghampirinya. Bu Anita tahu jika Sindy pulang sendiri itu berarti ada masalah dalam rumah tangganya.

Benar saja, ketika berada di hadapan Sindy Bu Anita  melihat wajah putrinya yang terlihat sembab.

"Ada apa lagi Sindy?" tanya Bu Anita.

Sindy tak mampu membendung perasaan sedih dan kecewanya hingga tak mampu menjawab pertanyaan dari Bu Anita.

*Ibu, hik," tangis Sindy pecah sambil menghambur memeluk Bu Anita.

"Sudah Nak, tenang dulu, ayo kita ceritanya di dalam saja."

Bu Anita mendorong koper Sindy dan membawanya ke ruang tamu.

Di ruang tamu itulah Sindy menceritakan bagaimana dia bisa sampai dijatuhi talak oleh Doni.

"Jadi kamu tidak tahu kesalahan kamu apa Sin?"

"Iya Bu, Sindy juga tidak tahu, yang jelas mas Doni saat itu marah-marah dan mengatakan Sindy sebagai perempuan pezina. Sakit dan hancur perasaan Sindy, Bu. Dikatain seperti itu, seolah  Sindy perempuan murahan yang doyan berselingkuh, hiks" tangis Sindy sambil menghapus air matanya

"Ibu yakin, Ini pasti ulah mertua kamu itu. Sudah lah Sin, mungkin jodoh kamu dan Doni hanya sampai di sini. Jika kamu terus memaksa, maka kamu yang akan terus tersakiti yang akan terus difitnah."

"Iya Bu, meski sakit Sindy coba untuk ikhlas. Lagipula mas Doni sudah menjatuhkan talaknya, itu berarti dia sudah tidak menginginkan Sindy lagi. Jika dia benar-benar mencintai Sindy. Tentu Mas Doni akan menyikapi dengan kepala dingin. Bukan malah mengambil keputusan di saat emosi."

Sindy begitu kecewa terhadap Doni yang sudah menjatuhkan talak kepadanya tanpa menjelaskan Apa kesalahan dirinya.

Sudahlah Nak, kamu beristirahat saja ya, tenangkan diri kamu Ibu yakin semua masalah ini akan segera selesai. Kamu akan dapat kebahagiaan kamu Sin. Biar saja lah, ibu juga gak Sudi jika kamu balik lagi sama Doni."

Bu Anita ikut geram mendengar fitnah yang menimpa putrinya itu, dia yakin jika anaknya tak akan melakukan perbuatan hina tersebut.

"Ya Allah, kasihan sekali nasib anak hamba."

"Iya Bu. Kalau begitu Sindy pamit ya. Sindy mau istirahat saja."

Cindy melangkahkan kakinya dengan langkah gontai, didepan bu Anita ia memang terlihat begitu tegar, Namun, di dalam hatinya Sindy begitu rapuh, rasanya sulit menerima kenyataan jika dirinya sudah dijatuhi talak dan diusir oleh sang suami yang sangat dicintai itu, tapi apalah daya nasi sudah jadi bubur. Semua sudah terjadi."

Di dalam kamar Sindy menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur dengan posisi tertelungkup membenamkan wajahnya di bantal kemudian ia berteriak sekeras-kerasnya untuk menghilangkan rasa sakit pada hatinya.

"Akh!"

***

Dua hari berlalu kini Bu Misye dan Doni sudah berada di kantor Pengadilan Agama.

Dengan lidah setajam samurai dia menambahkan fitnah-fitnah kejam  terhadap Sindy,  hingga dia  bisa menanam bibit kebencian di hati Doni terhadap Sindy . Dengan bibir semanis madu juga, dia berhasil membujuk sang putra untuk segera menggugat Sindy di pengadilan agama.

"Selamat siang bisa saya bantu, Pak?" tanya petugas Pengadilan Agama.

"Saya ingin mendaftarkan gugatan cerai saya terhadap istri saya," ucap Doni sambil menyodorkan sebuah berkas .