NovelToon NovelToon
Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Demi melunasi utang ayahnya yang menumpuk, Rumi rela menikah kontrak dengan Radit, duda kaya raya yang kehilangan istrinya tiga tahun silam karena perceraian.

Bagi mereka, pernikahan ini tak lebih dari sekadar kesepatakan. Rumi demi menyelamatkan keluarganya, Radit demi menenangkan ibunya yang terus mendesak soal pernikahan ulang. Tak ada cinta, hanya kewajiban.

Namun seiring waktu, Rumi mulai bisa melihat sisi lain dari Radit. Pria yang terluka, masih dibayang-bayangi masa lalu, tapi perlahan mulai membuka hati.

Saat benih cinta tumbuh di antara keterpaksaan, keduanya dihadapkan pada kenyataan pahit, semua ini hanyalah kontrak. Dan saat hati mulai memiliki rumah, mereka harus memilih. Tetap pada janji atau pergi sebelum rasa itu tumbuh semakin dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Antara Dua Sahabat

Radit sedang duduk di pinggir ranjang, membuka kancing kemejanya satu per satu setelah pulang kerja. Sementara itu, Rumi keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil. Tatapan mereka saling bertemu sejenak. Ada keheningan ringan yang nyaman di antara keduanya.

Namun, Rumi tampak seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu. Ia mendekat, duduk di sebelah Radit dengan ragu.

"Mas Radit, boleh minta tolong nggak?"

Radit menoleh. Alisnya sedikit terangkat. Nada suara Rumi terdengar hati-hati, dan itu langsung membuatnya curiga.

"Tergantung, minta tolong apa dulu?"

Rumi menelan ludah, mencoba tersenyum walau hasilnya terlihat kaku. "Nomornya Mas Nauval, boleh minta nggak?"

Radit menghentikan gerakan tangannya yang hendak melepaskan jam. Tatapannya tajam mengarah ke wajah istrinya. Ada kilatan aneh di sana, antara terkejut dan cemburu.

"Buat apa kamu minta nomor Nauval? Aku baru minta dia buat jemput kamu sekali. Dan kalian langsung sedekat itu?"

"Bukan buat aku, Mas. Buat Novi. Dia yang minta. Dia tuh heboh banget waktu lihat Mas Nauval tadi siang. Katanya jatuh cinta pada pandangan pertama."

Radit masih menatap penuh selidik. Nada suaranya turun satu oktaf. "Heboh banget sampai harus minta lewat kamu?"

Rumi mencubit pelan lengan Radit sambil terkekeh pelan. "Aduh, jangan cemburu dong. Mas Nauval itu asisten pribadi Mas Radit, masa iya aku tega nyari masalah sendiri? Aku kan cintanya sama yang ini aja."

Radit tersenyum miring, tapi tetap tak langsung menjawab. Ia mengambil ponselnya, membuka daftar kontak, dan mengetik cepat.

"Kamu beneran nggak ada maksud lain?" tanya Radit masih dengan nada setengah tak percaya.

Rumi pun langsung membalasnya dengan gestur pura-pura kesal. "Halah, kalau aku ada maksud lain, udah dari dulu aku minta. Lagian, Mas Nauval nggak punya senyum manis kayak Mas Radit."

Radit akhirnya terkekeh, lalu menyodorkan layar ponselnya ke Rumi. Di situ tertera kontak Nauval lengkap dengan fotonya.

"Nih. Tapi bilang ke Novi, kalau sampai dia sakit hati gara Nauval, aku nggak tanggung jawab."

"Siap, Pak Bos."

...****************...

Gemerlap lampu kristal, denting alat musik klasik, dan tamu-tamu berkelas memenuhi ruangan. Rumi tampak anggun dalam gaun putih keemasan. Radit menggenggam tangannya erat, berjalan menyapa kolega satu per satu seraya memperkenalkan Rumi kepada mereka.

Sampai mereka berhenti di depan seorang pria berkemeja abu dan setelan gelap, berdiri bersama ayahnya—salah satu investor baru perusahaan Radit.

"Pak Radit," sapa Pak Tama, "Perkenalkan, ini anak saya, Dimas."

Rumi refleks menarik napas. Wajah itu, tatapan itu, tak berubah sedikit pun.

"Dimas?" gumam Rumi pelan.

Dimas mematung sesaat. "Rumi?"

Radit melirik keduanya, mulai merasakan ada yang aneh.

"Kalian saling kenal?" tanyanya, ekspresi tetap tenang, tapi mata sedikit menajam.

Dimas tersenyum kecil. "Kami pernah satu SMA."

Rumi menunduk sedikit, tak ingin menciptakan keributan. Tapi Dimas justru menatapnya dalam-dalam. "Senang akhirnya ketemu kamu lagi, Rum."

Malam itu, Radit tak bisa menyembunyikan kekesalan. Meskipun ia tetap memeluk pinggang Rumi dan menjaganya di sisi, sorot matanya ke arah Dimas penuh kewaspadaan.

Setelah tamu berkurang dan suasana lebih sepi, Radit menarik Rumi ke balkon hotel.

"Aku nggak suka caranya mandang kamu," ucap Radit pelan tapi dalam.

Rumi mencoba menenangkan. "Dia cuma masa lalu aku. Yang nyata dan sekarang itu Mas Radit."

Radit menatap Rumi, lalu tanpa banyak kata, ia mencium keningnya dengan penuh perasaan.

"Kalau dia nyakitin kamu dulu, aku pastikan nggak ada yang bisa ngelakuin itu lagi sekarang."

Novi menyesap jus mangga di pojok ruangan, sesekali melirik ke arah pintu masuk. Gaun peach selutut yang ia kenakan membuatnya tampak lebih manis dari biasanya. Tangannya dingin. Bukan karena udara, tapi karena jantungnya deg-degan lantaran seseorang tak terlihat oleh matanya.

Lalu datanglah Nauval.

Tampan dengan setelan abu gelap dan dasi longgar, rambutnya ditata rapi, senyum tipisnya terlihat santai. Ia ngobrol sebentar dengan Radit dan Rumi, sebelum matanya bertemu dengan Novi—yang buru-buru menunduk sambil pura-pura sibuk ngelihat HP.

Mustahil, tapi pasti. Nauval menghampiri dengan gelas mocktail di tangan. Pria itu tersenyum ramah, sudut matanya ikut berkerut.

"Kayaknya aku pernah lihat kamu, deh. Di sekolah, ya?"

Novi tersenyum balik. Berusaha bersikap seanggun mungkin. "Iya. Kamu yang jemput Rumi waktu itu."

Nauval mengangguk, lalu meletakkan gelas kosongnya di atas meja. "Aku nggak nyangka kamu bakal datang malam ini."

"Aku sahabatnya Rumi. Nggak datang, bisa di-blacklist seumur hidup," kelakar Novi membuat Nauval tertawa ringan.

"Beruntung juga Bu Rumi punya sahabat cantik kayak kamu."

"Kamu suka gitu, ya? Ngeluarin gombalan di tiap pesta?"

"Nggak semua pesta, kok. Hanya kalau ada kamu aja," ucap Nauval dengan santai.

Novi tersenyum tipis, bersikap pura-pura cuek. Sepertinya kali ini ia salah memilih target.

"Berarti aku istimewa, dong?"

"Banget."

"Tapi waktu itu, aku udah dapet nomormu tahu nggak?"

Nauval tersenyum geli. Tak begitu kaget lantaran Radit telah lebih dulu memberitahunya. "Serius? Tapi nggak ada pesan masuk dari nomor tak dikenal, tuh."

"Takut ganggu. Lagian katanya kamu sibuk terus."

"Kalau buat kamu, aku bisa nyempetin waktu. Serius."

Novi tertawa ringan. Kedua alisnya terangkat. "Hm, bilang gitu juga ke cewek-cewek lain, ya?"

"Nggak, sungguh. Kamu beda. Dari pertama lihat kamu, udah kebayang kayaknya bakal asik kalau kita ngobrol lebih lama. Kayak sekarang."

"Kalau aku bilang, aku juga pengin tahu kamu lebih jauh, gimana?"

Nauval mendekat, suaranya terdengar lebih pelan.

"Aku bilang, ayo. Tapi kamu harus janji satu hal."

"Apa?" tanya Novi penasaran.

"Jangan tiba-tiba ngilang. Soalnya dari semua orang di sini, kamu yang bikin aku pingin pulang lebih lama."

Novi terdiam sejenak. Dalam hati mengakui kehebatan Nauval dalam merayunya. "Kalau gitu, kamu harus berusaha biar aku betah ngobrol lama-lama sama kamu."

"Deal."

Kemudian, Nauval mengeluarkan ponsel dari saku jas dan mengulurkannya ke Novi.

"Nomor kamu, dong. Biar aku yang mulai duluan."

Novi menerima ponsel, pura-pura berpikir. "Aku tulis aja? Atau sekalian aku simpen dengan, Novi, Sahabat Rumi yang Paling Cantik?"

Nauval tertawa hingga ke mata. Kepalanya ia miringkan dan menatap Novi dengan gemas. "Wah, panjang banget. Disingkat jadi 'Sayang' aja, boleh nggak?"

Novi terkikik geli. Jarinya bergerak mengetik nomornya di ponsel Nauval, lalu menyerahkan kembali. "Tuh. Tapi jangan cuma disimpen, ya. Dipakai juga."

Tatapan Nauval berubah lebih dalam bersamaan dengan suara yang terdengar menurun secara perlahan. "Aku serius. Bukan cuma buat iseng. Aku pengen kenal kamu, lebih dari sekadar nama di kontak."

Novi jadi tersenyum lembut, nadanya mulai serius juga. "Ya udah, buktiin."

Dari kejauhan, Radit berbisik ke Rumi sambil melirik Nauval dan Novi. "Tuh anak mulai berani juga, ya."

Rumi tertawa kecil, menyikut Radit hingga menatap ke arahnya. "Kamu nggak marah kan kalau Mas Nauval beneran dekat sama Novi?"

Radit menggeleng, ikut tersenyum. "Nggak, aku malah seneng. Selama dia nggak bikin sahabat kamu patah hati."

"Aku yang patahin dia duluan, kalau sampai dia berbuat gitu."

1
Muliana
Semoga Rumi gak merasa tertekan dengan perhatian yang Radit berikan.
NurAzizah504: semoga saja ya. terlalu diperhatikan begitu jg ga enak rasanya
total 1 replies
Muliana
Dan dokter juga mengatakan jika kehamilan kamu butuh dijaga dengan ekstra
NurAzizah504: nah, benerr
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
wah seru juga jadi guru TK, bisa sekalian main sama bocil bocil 🤭
NurAzizah504: iya nih. tp bocil2 kebanyakan bandel2 tuh, wkwk
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
hemm...awas nanti jatuh cinta kamu loh 🤭
NurAzizah504: siap, kak /Joyful/
Tanz>⁠.⁠<: oke ku liatin ya 🤭
total 3 replies
Tanz>⁠.⁠<
cepat ninggoy aja gak sih 😆✌🏻
NurAzizah504: heh, bentr duluu /Facepalm/
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
nada nga ngusir banget ya pak 😏
NurAzizah504: engga. baik hati itu lhoo /Facepalm/
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
gak kebayang sekencang apa detak jantung Rumi saat itu 🥲
NurAzizah504: iya lagi /Sob/
Tanz>⁠.⁠<: pasti lagi berdisko detak jantung nya waktu itu 😭
total 3 replies
R 💤
cieee Novi...
NurAzizah504: cie cieeee
total 1 replies
R 💤
hahahahah
NurAzizah504: biasa, pak bidan /Joyful/
total 1 replies
R 💤
senangnya di perhatikan suami 😍
NurAzizah504: jdi pengen punya suami /Facepalm/
total 1 replies
R 💤
ikutt terharuu.....🥺🥺🥺
NurAzizah504: iyaaaa, makasihhh. kalo disakitin, kayaknya kakk yang bakalan ngamok
R 💤: semoga setelah ini mereka selalu diberi kebahagiaan thorr... titip Rumi ya Thor wkwk
total 3 replies
R 💤
separah itu fitnahnya, Astaghfirullah...
NurAzizah504: hukumannya pun ga kalah parah
total 1 replies
R 💤
wahaha rasakan kaliannn....
NurAzizah504: dua2nya gabisa dipercaya, wkwk
R 💤: makanya kak, awalnya aja sekongkol hadehh
total 3 replies
Yuuki Hakari
udah aku back yak kak, makasih udah mau mampir
NurAzizah504: aw, kembali kash juga, Kakk
total 1 replies
Santai Dyah
wah novi ceritanya malu2 ke rumi klo nauval bilang cinta ke dia
NurAzizah504: diterima ga nih /Facepalm/
total 1 replies
NurAzizah504
Jangan lupa bintang limanya, kawannn
Santai Dyah
lanjut Thor
NurAzizah504: siap, kak /Smile/
total 1 replies
Muliana
weuh deh bak meulakei, nyan ka lheh ku vote
NurAzizah504: aw, makasihh. singh beu weuh lom lah /Joyful/
total 1 replies
R 💤
mau seberapapun hujatan, jika suami berada di pihak kita, kita akan baik-baik saja
NurAzizah504: itulah kann. untungnya radit ga begitu. btw, kapan up cerita lagi?
R 💤: dunia istri dah pasti Hancur
total 3 replies
R 💤
serba salahhh jadi kamu Rum...yg sabarrr
NurAzizah504: iya, huhu. padahal bukan salahnya tauu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!