" Apa maksud dari keluarga mu bicara seperti itu mas? Apakah aku kalian anggap orang asing selama ini? Apa bakti ku pada suami serta keluarga ini tidak berarti apa apa?" Ria berkata dengan suara yang bergetar karena menahan tangis.
Selama ini ia hanya dianggap orang asing oleh keluarga suami nya sendiri padahal dia lah yang selalu ada untuk suaminya ketika sedang terpuruk bahkan dia rela menjadi tulang punggung mencari rezeki demi sesuap nasi karena suami yang dicintainya di PHK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maharanii Bahar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
Hari ini Riyan dan Winda melangsungkan pernikahan mereka di kantor pengadilan agama, dan mengadakan resepsi sederhana di kediaman Winda dan hanya orang orang terdekat saja yang menghadiri pesta tersebut, Riyan dan Winda pun bersalaman dengan para tamu sedangkan Bu Lila melihat kotak amplop yang ada di pinggir pelaminan, dia begitu tajam melihat setiap tamu yang memasukkan amplop ke kotak tersebut.
'Semoga saja isinya bisa balik modal dan membeli kembali perhiasan putri, kalau tidak bisa mati aku dan Riyan' . monolog nya.
Tak terasa para tamu sudah mulai pulang dan hanya menyisakan keluarga inti saja, setelah semua nya benar benar pulang kami semua kumpul diruang keluarga Winda.
"Habis ini Winda langsung ikut ke rumah kamu, tidak perlu bermalam disini". Ujar pak aji
"Tidak bisa gitu dong harusnya kami menginap semalam disini karna sudah larut juga". Ujar Bu Lila tidak terima perkataan besan nya.
"Saya tuan rumah disini dan saya yang berhak menentukan". Ujar pak aji
"Sudah ma ,kita pulang sekarang saja aku juga sudah lelah". Ujar Riyan menengahi .
"Benar kata mas Riyan ma, kita pulang saja sekarang aku juga lelah mau istirahat, perut ku gak enak soalnya". Ujar Winda
"Ya sudah kalau gitu kita pulang , oh ya mana kotak amplop nya mau saya bawa pulang". Ujar Bu Lila
"Enak saja kan resepsi nya kan dirumah saja bukan dirumah situ , jadi amplop milik pihak perempuan ". Ujar Bu Indri.
"Saya yang keluar uang harus nya amplop itu milik saya". Ujar Bu Lila yang marah
"Aturan dari mana? Jelas dimana mana memang sudah jelas kalau pihak laki laki yang keluar modal, masa numpang ke pihak istri mau jadi benalu? Dan untuk masalah amplop jelas milik pihak perempuan ". Ujar Bu Indri.
"Ya benar yang dikatakan istri ku, itu memang sudah hak Winda". Ujar pak aji membenarkan apa yang dikatakan istrinya.
"Ya sudah kan hak Winda jadi kemarikan hak Winda juga hak Riyan karna Riyan suaminya". Ujar Bu Lila yang tak mau kalah.
"Tidak bisa amplop itu akan kami simpan , saya tau kalau saya kasih ke Winda pasti kamu yang akan mengambil semuanya, sekarang saja sudah kelihatan sekali benalu dan tidak tau malunya". Ujar Bu Indri blak blakan.
"Kurang ajar sekali mulut mu itu, Riyan lebih baik kamu ceraikan saja Winda dan cari perempuan yang keluarga nya waras bukan seperti mereka sakit jiwa dan matre". Ujar Bu Lila tanpa berkaca pada dirinya sendiri.
"CUKUP!!!". ujar Riyan dan semuanya terdiam.
"Tidak bisakah kalian akur, mama sudah lah kalau uang itu hak Winda kita tidak usah ikut campur , kita pulang saja aku sudah cukup lelah hari ini ditambah kalian yang berdebat hanya karna amplop, mama nyuruh aku buat cerain Winda ,kami menikah belum ada sehari ma pernikahan ini tidak bisa dibuat main main". Ujar Riyan yang kali ini ada benar nya.
"Tapi Riyan enak sekali mereka menikmati sendirian uang itu padahal uang resepsi kita yang menanggung". Ujar Bu Lila yang masih tidak terima.
"Tenang saja Bu Lila uang itu tidak akan saya pakai tapi akan saya simpan mana tau jodoh Riyan dan Winda hanya setengah jalan". Ujar Bu Indri.
"Ma sudah lah jangan diperpanjang lagi ya, aku pamit dulu ke rumah mas Riyan tapi aku bakal sering sering kesini kok jengukin mama dan papa". Ujar Winda.
"Enak saja sekarang kamu sudah jadi istri sekaligus menantu banyak pekerjaan yang harus kamu kerjakan apa lagi mengurus suami mu". Ujar Bu lila yang tak mau tau.
"Iya ma". Ujar Winda yang tak ingin memperpanjang dan hanya mengiyakan apa yang dikatakan sang mertua, akhirnya mereka pun pulang kerumah mereka, putri sudah lebih dulu pulang selesai acara jadinya dia tidak tau tentang perdebatan tadi.
"Assalamualaikum put buka pintunya". Ujar Bu Lila sembari mengetuk pintu dengan keras.
"Waalaikumsalam,loh kok kalian pulang? Apa gak jadi nginap disana?". Ujar putri heran.
"Gak , kedua orang itu pelit dan bahkan mengusir kami". Ujar Bu Lila sedangkan Riyan dan Winda langsung ke kamar karna memang keduanya sangat lelah .
"Kok bisa ma?". Ujar putri.
"Iya tadi setelah semua nya pulang kami berkumpul diruang keluarga , tanpa basa basi pak aji bilang suruh kami pulang gak usah nginap dirumahnya, dan lebih parah nya lagi uang amplop nya mereka yang ngambil padahal kan kita yang keluar uang untuk resepsi ini". Ujar Bu Lila kesal.
"Gak bisa gitu dong ma harus nya tadi mama lawan dong enak saja mereka uang itu mau dikuasai sendiri". Ujar putri.
"Iya padahal mama butuh uang itu untuk ganti perhi- eh maksudnya mama butuh aja supaya gak rugi rugi banget sudah keluar banyak". Ujar Bu Lila yang hampir keceplosan.
"Terus Riyan gak belain mama?". Ujar Putri yang percaya saja apa yang diucapkan ibunya.
"Gak sama sekali karna dia sudah capek mau istirahat jadi malas berdebat ,tuh liat aja sampai rumah langsung ke kamar ". Ujar Bu Lila.
"Ya sudah lah ma nanti kita paksa aja Winda untuk minta uang itu kalau dia gak mau kita siksa dia, kan lumayan sekarang ada babu gratis ". Ujar putri.
"Iya kamu benar sekarang biar dia semua yang mengerjakan pekerjaan rumah" .ujar Bu Lila membenarkan apa yang putri katakan.
Setelah itu mereka pun masuk ke kamar masing masing untuk tidur karna memang sudah larut dan mereka pun kecapean, pagi pun tiba dan terdengar gedoran pintu yang sangat keras .
DOR
DOR
DORRRR
"Winda , Riyan bangun sudah jam berapa ini". Ujar Bu Lila sembari mengetuk pintu kamar mereka dengan keras ,dan tak lama Riyan membuka pintu kamarnya.
"Apa sih ma masih pagi sudah ribut". Ujar Riyan
"Gimana gak ribut ,istri kamu mana kenapa belum bangun, harusnya dia bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan orang rumah ini, sekarang bangunin dia mama tunggu di dapur". Ujar Bu Lila dan langsung berlalu ke dapur .
"Win, Winda bangun". Ujar Riyan sembari menggoyang kan badan Winda .
"Aku masih ngantuk mas". Ujar Winda
"Cepat lah bangun sebelum mama kembali dan mengamuk". Ujar Riyan.
"Tapi mas aku ini lagi hamil butuh istirahat yang cukup ,kamu tega banget sih apa kamu mau anak kita kenapa napa?". Ujar Winda yang membuat Riyan dilema , satu sisi dia tak ingin anak nya kenapa napa, tapi di sisi lain dia takut ibunya akan mengamuk dan benar saja tak lama terdengar bunyi benda jatuh .
Pranggggg