Semenjak kematian 'DIA' Aqila makin brutal dan makin bringas. Ia tak segan-segan untuk membunuh mereka yang sudah mengusik ketenangannya. Dia tak akan pernah menyerah dan berhenti untuk mencari seseorang yang sudah membunuh 'DIA.
"Darah dibalas dengan darah."
"nyawa dibalas dengan nyawa."
"penghianat tetaplah penghianat, mereka hanya sampah masyarakat yang hanya bisa membuat meresahkan. Jika hidupnya tak guna kenapa tidak mati saja?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuniar Febriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Satu minggu setelah kejadian di Markas TENGKORAK
Kini Aland, Wili, Arga, dan Gibran sedang berada di rooftop sekolah, dan mereka sedang merokok dan sekalian membahas sesuatu dari yang berfaedah dan unfaedah. Seperti ini contohnya.
"Eh lo tau gak?" tanya Wili membuat suasana malah menjadi serius.
"Tau apaan?" tanya Arga penasaran.
"Kalo kalian tutup mata, kalian bakalan gak bisa liat apa-apa," jawab Wili dengan muka seriusnya.
Krik krik krik
"Gak jelas," ucap Aland dengan datarnya.
"Iya gak jelas kaya hubungan si Arga sama Alea," ucap Gibran dan mendapatkan tatapan tajam dari Arga.
Dan Gibran malah mendapatkan gaplokan manja dari Arga karena Gibran malah membahasnya yang malah membuat ia kena mental.
"Apa hubungannya, sama gua gubluk," kesal Arga yang karena hubungannya dengan Alea dibawa-bawa, dan yaa meskipun itu memang benar adanya.
"Ya ada lah," jawab Gibran dengan tatapan mengejek ke arah Arga yang ada di seberangnya.
"Apaan?" tanya Arga.
"Sama-sama gak jelas, lo kaya di hosting sama Alea," jawab Gibran membuat Arga kesal.
"Anjir lo, orang kaya lo tuh emang paling pantes buat gua ajak baku hantam!" tegas Arga dan Arga pun malah menerjang Gibran tapi ditahan oleh Wili.
"Udah-udah kalian ini ya, sama-sama goblok malah bertengkar," cibir Wili dan mereka pun tak jadi untuk berkelahi.
"Iya juga sih gak ada untungnya juga gua berantem sama lo yang nyatanya lebih gua yang bakalan menang ketimbang sama lo," cibir Gibran dan itu membuat Arga kesal bukan main.
"Lo kok nyebelin banget sih anak ngen? dan juga lo itu percaya dirinya turunin dikit deh," sinis Arga.
"Percaya diri itu emang harus, tapi sadar diri lebih penting."
Jleb!
Ucapan Aland menghunus sampai usus Gibran, tidak banyak bicara. Tapi sekali bicara langsung mematahkan semangat orang lain. Yang lainnya melihat Gibran yang kena mental pun tertawa.
"Aduh kasihan, si Gibran kena mental sama Aland," ledek Wili tapi tidak ditanggapi oleh Gibran.
"Nih gua punya kabar yang lebih faedah dari pada si Gibran," ucap Arga dan yang lainnya langsung menoleh ke arah Arga.
"Kabar apaan?" tanya Wili.
"Bakalan ada siswi baru yang datang ke kelas kita," jawab Arga membuat Wili menatap datar ke arah Arga.
"Itu mah sama aja gak penting bangsat, mereka yang bakalan pindah masa iya kita yang harus heboh gitu?" tanya Wili yang sekalian mencibir, masa iya cuman orang mau pindahan harus heboh.
"Yee kan gua cuman ngasih tau aja, siapa tahu lo kepincut tuh sama Murid baru," ucap Arga sambil memutar bola matanya malas.
"Dih, mau secantik apapun cewe di luaran sana. Ayang Wilona yang tetap jadi juaranya di hati Aa Wili," ucap Wili mengucapkan kata itu dengan bangganya.
"Sip si paling Ayang Ilona," ucap Arga yang sedikit jengah dengan tingkat bucin akut Wili terhadap Wilona.
"Kamu iwri yaaa? iwrii gak bisa bucin?" tanya Wili sambil meledek Arga.
Tapi saat Arga ingin membalas perkataan Wili, tapi langsung ditatap tajam oleh Aland. Dan hal itu membuatnya Arga langsung diam.
"Hah murid baru di kelas XII? emangnya bisa? kan bentar lagi kelas XII mau ulangan," ucap Gibran untuk mencairkan suasana yang tadinya agak tegang karena aura yang dikeluarkan oleh Aland.
"Ya kan mungkin mereka tuh anak orkay, you know lah. Lu banyak duit lu pasti bisa lakuin apa aja yang lo mau," ucap Arga dan yang lain pun bertepuk tangan hebat.
"Wih tumben lu ngomong bener dan masuk akal, sarapan apa lu tadi?" tanya Wili yang sepertinya agak emm mengejek Arga:v
"Sialan lo," umpat Arga.
"Kelas," ucap Aland dengan dinginnya dan bangkit dari duduknya.
"Hah maksudnya?" tanya Gibran yang masih tak paham dengan apa yang dibicarakan oleh Aland. Maklum dia masih tak paham dengan bahasa orang es kutub.
"Ck, katanya kita ke kelas jangan bolos," ucap Wili dan yang lainnya pun hanya ber'oh'ria.
Akhirnya mereka berempat pun masuk ke kelasnya masing-masing. Saat Aland, Wili, dan Arga memasuki kelas, di sana sudah ada guru dan tiga orang siswi baru.
"Assalamualaikum Ibu guru yang cantik," ucap Wili saat memasuki kelas dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari BuRik (Bu Rika).
"Waalaikumussalam, kalian ini dari mana saja? kenapa baru nongol? terus kenapa kamu ngucapin salam? tumben-tumbenan. Kerasukan setan yang mana itu?" tanya BuRik beruntun membuat Arga dan Wili pusing.
"Aduh Ibu Guruku yang cantik membahana melebihi kecantikan miper, kalo nanya satu-satu atuh Bu, biar saya and the geng gak pusing," protes Wili.
"Heh kamu tuh ya! banding-bandingin saya sama miper! kali-kali ke bandingin Ibu sama Una," cerocos BuRik.
"Aduh Bu jangan sama Una deh, saya gak mau loh ntar pacar saya ngambek karena saya tau sama Una," ucap Arga mendramatis.
"Udah ah stres saya lama-lama. Sekarang kalian duduk di kursi masing-masing," ucap BuRik yang sudah tak tahan dengan kelakuan mereka.
"Kapan Bu duduknya?" tanya Wili dengan polosnya.
"Tahun depan! ya sekarang lah!" ucap BuRik yang sudah emosi dan kehabisan kesabarannya.
Aland yang sudah tak tahan pun langsung menarik kerah mereka berdua seperti menarik anak kucing. BuRik yang melihat pun bernapas lega, memang di antara mereka bertiga Aland lah yang paling waras.
"Baiklah anak-anak sudah cukup dramanya, kalian bertiga silahkan perkenalkan nama kalian," ucap BuRik kepada ke tiga gadis yang berdiri dari tadi menyaksikan drama antara BuRik dan murid badungnya.
"Kenalkan nama gua Putri."
"Tika."
"Lisa."
Ucap mereka bertiga.
"Nah sekarang kalian duduk di bangku yang kosong," ucap BuRik dan mereka bertiga pun menganggukan kepalanya dan duduk di bangku yang kosong.
"Baiklah anak-anak karena sekarang para guru sedang mengadakan rapat mengenai camping kelas 10 dan kelas 11 maka hari ini di jamkos kan," ucap BuRik membuat mereka menganggukan pertanyaannya.
"Tapi Bu kenapa cuman anak kelas 10 dan anak kelas 11 saja?" tanya seorang murid perempuan.
"Kan kelas 12 bentar lagi mau ujian, jadi sekolah tidak mau menganggu waktu belajar kalian atau menganggu waktu persiapan kalian," jawab BuRik.
"Pah kok gitu Bu? kami pun ingin ikut camping seperti yang lainnya," ucap Arga dan diangguki oleh yang lainnya yang setuju atas perkataan Arga.
"Kalo kalian memang mau ikut dan tidak keberatan jika waktu persiapan untuk ujian, nanti Ibu akan ajukan kalau anak kelas 12 juga ingin ikut camping tahun ini," ucap BuRik membuat kelas IPA 1 tersenyum senang.
"MAKASIH BU RIKA YANG CANTIK," ucap seluruh siswa dan siswi 12 IPA 1 dan BuRik hanya terkekeh pelan melihat ke antusiasnya muridnya.
"Ya sudah Ibu permisi," ucap BuRik dan pergi meninggalkan kelas.
"Anjay gak sabar gua buat camping entar," ucap Wili dengan senangnya.
"Idih norak lo," cibir Arga.
"Yang norak gua, kok anda yang sewot?" sinis Wili.
Saat Arga ingin membalas ucapan Wili, ucapan terpotong karena ada orang yang duduk di meja mereka bertiga.
"Hai, boleh kenalan gak?" ucap Putri dengan genitnya.
"Gak," jawab Wili dengan datarnya.
"Ah masa sih sayang," ucap Putri yang malah bergelayut manja eh tidak seperti monyet. Tapi langsung dihempaskan oleh Wili hingga Putri terjatuh dan malah ditertawakan oleh siswa dan siswi yang lain.
"Yahahah kasian, makanya jadi cewe kegatelan."
"Malu gak? Malu gak? Malu lah masa enggak!"
"Lah emangnya lonte punya rasa malu?"
"Lah iya juga ya."
Begitulah ucapan para siswa dan siswi membuat mereka bertiga pergi dari hadapan Aland dkk.
"Dahlah lonte dan jamet makin merajalela," ucap Wili dan diangguki oleh yang lainnya.
"Kantin," ucap Aland dan bangkit dari duduknya dan diikuti oleh yang lainnya.