Hari bahagia yang harus nya menjadi milik nya ternyata bukan milik nya. sakit, kecewa itu yang Vania rasakan. Mencintai orang yang tak mencintai nya selama ini. Sang pria mencintai nya hanya karena kasihan.
Yuk baca hanya di Novel Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisah Cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
***** Selamat Membaca *****
Di rumah kediaman keluarga Damian, Yunita memikirkan nama Vania dia seperti mengenal nama itu dan wajah itu. Tapi dia lupa wajah siapa itu.
"Ada apa? Apa yang kamu pikir kan?" sang suami.
"Itu mas, saya kepikiran nama gadis yang kemarin salah sangka yang datang mengira Daffa yang mengajak nya bertunangan gak tau Arvin." ucap Yunita sambil dia tersenyum mengejek.
"Oh Vania nama itu seperti nama putri mu yang kamu tinggalkan dulu." ucap ayah Clarissa.
Sesaat Yunita terdiam dia mencoba mengingat saat dia pergi bersama dengan ayah dari Clarissa dan Aurora.
"Kamu benar mas, dia putri ku."
"Terus kalau tau dia putri mu kamu mau apa? Mau bawa dia tinggal di rumah ini! Jangan harap saya mengizinkan dia masuk kedalam rumah ini. Hanya putra dan putri kandung ku saja yang boleh masuk kedalam rumah ini orang asing di larang tinggal di rumah ini, kecuali dia mau menjadi babu di rumah ini." ucap Damian
"Ya ampun Mas! Siapa juga yang mau membawa gadis itu, saya juga gak mau." ucap Yunita.
"bagus lah. Dengar Yunita saya sengaja menyematkan nama mu di nama putri ku Clarissa agar dia merasa memiliki ibu seutuh nya. jangan sampai dia tau jika Vania putri kandung mu."
"Iya mas saya juga gak akan mengakui dia sebagai anak. Sudah saya mau suruh bibi menyiapkan makan siang." jawab Yunita.
******
Di tempat Vania di kampus saat jam istirahat dia memilih untuk duduk sendiri di belakang kampus.
Arvin yang memang ingin mendekati Vania langsung mendekat saat melihat Vania duduk sendiri.
"Hai boleh saya duduk di sini?" tanya Arvin.
Vania melirik dengan lirikan kebencian saat tau siapa yang ada di dekat nya. Dia sudah tak ingin berdekatan dengan orang yang ada hubungan nya dengan Daffa. Tanpa menjawab vania memilih pergi dan duduk di tempat lain.
Arvin yang melihat vania pindah tempat duduk mengikuti nya hingga membuat vania kesal.
"Apa kamu gak ada kerjaan ngikuti saya. kenapa sekarang jadi mata - mata Daffa iya." kesal vania.
"Saya ada kerjaan ini lagi ingin menghibur gadis cantik yang lagi patah hati, takut nya dia bunuh diri."
"Saya gak selemah itu. minggir." usir vania saat dia akan pergi dari hadapan Arvin ponsel nya berdering dia langsung menjawab panggilan dari ayah nya.
"Iya ayah ada apa?" tanya vania dengan nada yang bahagia saat mendapat telpon dari nomor ayah nya.
"Anda anak pemilik ponsel?" tanya pria di sebrang telpon.
"Iya ini siapa? Anda bukan ayah saya?"
"Saya dari pihak berwajib ingin memberi tahu jika ayah anda mengalami kecelakaan dan kondisi kritis. dia ada rumah sakit permata."
Mendengar tentang ayah nya kecelakaan air mata nya turun begitu saja. Dia langsung berlari membuat Arvin menatap heran.
"Vania ada apa? tanya Arvin heran.
Vania tak memperdulikan pertanyaan Arvin dia berlari begitu saja dengan air mata yang mengalir deras. Claudia yang melihat Vania berlari dengan menghapus air matanya merasa heran tapi dia tak mungkin mengejar Vania, karena Vania berlari dengan kencang. Dia langsung mencari ojek untuk di antar kerumah sakit.
Aurora juga melihat Vania berlari tapi dia tak perduli, Walau dia pernah dekat dengan Vania saat tau Daffa masih mencintai Vania membuat Aurora membenci Vania karena akan melukai kakaknya.
Sepanjang jalan Vania menangis membuat tukang ojek yang membawa nya takut orang salah paham. Arvin dari belakang mengikuti Vania yang naik ojek hingga sampai di rumah sakit. Vania berlari menuju ke ruang di mana ayah nya berada. Saat sampai Arvin terkejut saat melihat ayah Vania terbaring dengan banyak luka.
"Apa yang terjadi." batin Arvin saat melihat dari luar pintu.
Sedangkan Vania menangis saat melihat begitu banyak luka di tubuh ayah nya dan di bagian kepala juga di perban.
"Ayah...! Bagaimana bisa ayah terluka. Vania sudah bilang jangan ngebut." Vania mengira ayah nya jatuh dari motor.
"Ayah tidak ngebut nak! Ada truk dari arah belakang yang menabrak ayah." ucap pak Herman dengan terbata.
"Ayah harus sembuh." ucap Ayah Vania.
Arvin yang melihat Vania menangis merasa kasihan, saat dia akan masuk seseorang menyentuh pundak nya.
"Anda siapa pasien?" tanya seorang petugas polisi.
"Saya calon suami nya ada apa ya pak." tanya Arvin yang mengaku sebagai calon suami Vania tanpa Vania ketahui.
"Begini kami sudah meminta keterangan warga sekitar kejadian mereka memang melihat korban di tabrak dengan sengaja. Hingga korban terpental jauh. Tapi warga tak melihat plat nomor truk itu." ucap nya.
"Tabrak? Begini pak jika benar ini kasus tabrakan yang di sengaja, saya ingin pihak berwajib mencari pelakunya hingga dapat agar pelakunya mendapat hukuman." pinta Arvin.
"Baik kami akan mencari pelakunya sampai dapat kalau begitu saya permisi." ucap nya.
Diruangan ayah Vania dia tak tega melihat ayah nya kesakitan dengan begitu banyak luka.
"Nak jangan nangis, jika ayah gak ada kamu harus kuat jaga diri kamu nak, sebentar lagi tugas ayah selesai, Tapi kamu jangan takut ayah selalu ada di dekat mu nak." ucap pak Herman dengan mengelus kepala putrinya.
"Tidak ayah! ayah jangan bicara seperti itu. ayah dunia Vania gak ada yang tulus menyayangi Vania seperti ayah. Vania mohon ayah jangan tinggalin Vania sendirian di dunia ini Vania takut ayah." Vania menangis sejadi - jadi nya di hadapan ayah nya.
"Maafin ayah nak. Ayah gak bisa bersama kamu selamanya." pak Herman berbicara dengan tersendat - sendat. Hingga akhirnya dia menutup mata setelah menghapus air mata putrinya
Kecelakaan itu membuat pendarahan di bagaian kepala pak Herman tak bisa di hentikan. Vania yang melihat ayah nya memejamkan mata menangis histeris dia benar - benar kehilangan dunia.
"Ayah....! Ayah bangun ayahhh. Vania sama siapa ayah...! Jangan tinggalin Vania ayahhh." teriak histeris Vania saat tau ayah nya sudah pergi untuk selama - lamanya.
Dokter yang memeriksa pak Herman tak bisa berkata apa - apa lagi. Vania tak tahu harus berbuat apa. Dunia nya seakan hancur setelah kepergian ayahnya.
Arvin yang melihat Vania menangis histeris langsung masuk dan menenangkan Vania.
"Sabar Van iklas kan." ucap Arvin.
Vania langsung mendorong tubuh Arvin saat Arvin ingin menyentuh pundak nya. Dia tak ingin berdekatan dengan orang yang ada hubungan dengan Daffa.
"Pergi kamu saya gak butuh belas kasih dari orang - orang kaya. Apalagi yang ada hubungan dengan Daffa. Pergi." usir Vania.
Dia bukan sombong tapi hatinya sudah terlanjur terluka hingga tak ingin berdekatan dengan yang ada hubungan nya dengan sang mantan.
Vania mengurus biaya administrasi ayah nya dengan sisa uang tabungan nya. Dengan berat hati dan air mata dia melangkah keluar menuju tempat pembayaran rumah sakit.
"Izin kan saya bantu kamu mengurus jenazah ayah kamu Van." pinta Arvin.
"Saya gak butuh bantuan orang - orang yang ada ikatan dengan dia. Cukup sekali saya tersakiti tidak untuk yang kedua kali, saya mohon pergilah." pinta Vania dengan suara yang sudah serak dan mata yang penuh air mata.
Arvin tak bisa memaksa Vania dia sadar sulit untuk dia masuk kedalam hati Vania, karena luka yang di berikan Daffa terlalu dalam. Di tambah lagi cinta pertama nya meninggalkan nya untuk selamanya.
kan kalian sepasang kekasih
Dasar daffa lelaki brengseknya gak ketulungan😠😠😠😠
mau Sam Vania,tapi tidak mau melepaskan anak manja itu
dan rakus
untung z Arvin keburu datang,, nikahin Vania Vin,, Vania udah minum obat buat P*r*n*s*ng, kasian dia takutnya malah tersiksa,,,
Arvin lg luka z bisa²nya ya curi² kesempatan/Facepalm/ btw Arvin harus bangga loh karena dia pria pertama yg bisa cium Vania/Chuckle//Chuckle/
siapa ya kira² yg mau culik Vania??Daffa kah??
yakin bgt si pasti orang tuanya si Daffa gak bakalan merestui hubungan kalian.