Apakah masih ada cinta sejati di dunia ini?
Mengingat hidup itu tak cuma butuh modal cinta saja. Tapi juga butuh harta.
Lalu apa jadinya, jika ternyata harta justru mengalahkan rasa cinta yang telah dibangun cukup lama?
Memilih bertahan atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Kesiangan
Seharian itu Doni benar-benar melayani Mala bak ratu, demi bisa mengambil hati Mala.
"Sayang, ini sudah sore, kenapa Bu Ningrum belum juga datang?" tanya Doni sambil sesekali melihat pelataran dari jendela kamar Mala.
Ia berharap ada mobil yang berbelok ke rumahnya. Namun sepertinya keinginannya itu nihil.
"Sabar mas, mungkin Bu Ningrum sedang dalam perjalanan menuju kemari."
"Aku sabar kok sayang, cuma heran saja, masa asisten kok kerjaannya lelet. Mungkin perlu di kasih peringatan, atau kalau perlu di ganti dengan yang baru, biar tidak sesuka hati kalau bekerja."
Mala yang sejak tadi membaca buku, mendongakkan kepalanya sambil menghirup nafas panjang.
"Bu Ningrum itu sudah mengabdi pada keluarga ku sejak lama mas. Sejak aku masih kecil malah. Dan aku tahu pekerjaannya bagus kok." ucap Mala membela asisten papanya.
Tak berselang lama, terdengar suara handphone Mala. Wanita itu segera mengangkatnya ketika nama bu Ningrum tertera dalam layar. Karena kebetulan handphonenya ada dipangkuan nya.
"Assalamu'alaikum Bu Ningrum." sapa Mala sesopan mungkin.
Mendengar nama bu Ningrum di sebut, Doni menoleh ke arah istrinya dan ikut mendengarkan dengan seksama.
"Oh begitu, ya sudah bu, tidak apa-apa. Kalau putra ibu sudah sembuh saja, nanti bisa datang ke tempat saya."
"Iya bu, sama-sama, Wa'alaikumussalam." Mala menutup percakapan dengan asisten papanya.
"Gimana sayang, sudah sampai mana bu Ningrum?" tanya Doni dengan antusias.
"Bu Ningrum tidak bisa kesini mas. Tadi saat di kantor, ia justru di telepon jika anaknya sakit, dan harus segera di bawa ke rumah sakit. Kita akan urus semuanya setelah anak bu Ningrum sembuh."
Doni membuang nafas kasar. Orang yang ditunggu-tunggu sejak tadi pagi malah tidak datang.
"Sepertinya bu Ningrum itu memang perlu di ganti sayang. Soalnya dia tidak konsisten, dan tidak bertanggungjawab."
"Mas, kasian bu Ningrum kalau diberhentikan dari jabatannya. Dia itu seorang single parent."
Doni menghirup nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkan pelan-pelan. Ia harus bisa menata hatinya di dekan Mala.
Ia tidak ingin terlihat terlalu menginginkan pelimpahan kekuasaan itu. Toh masih banyak waktu untuk mengambil semuanya.
Malam itu Doni terpaksa tidur dengan berdua dengan Mala. Ia mendengkur dengan sangat keras, sehingga membuat istrinya terbangun.
Mala membelai wajah suaminya lembut dengan penuh cinta. Lalu menatapnya lama, hingga tak sengaja melihat layar handphone suaminya menyala.
"Siapa yang menghubungi mas Doni malam-malam seperti ini? Apa mungkin ibu?" gumam Mala.
Di dorong rasa penasaran, ia membuka mengambil handphone tersebut. Ia mengernyitkan dahi ketika nama Siska muncul di layar itu.
"Siapa Siska?" gumamnya sambil mengernyitkan dahi.
Mala terdiam sekian detik karena bingung mau menjawab panggilan itu, membiarkannya saja atau membangunkan suaminya.
Akhirnya ia lebih memilih membiarkan saja, karena itu adalah privasi suaminya. Ia juga berpikir jika suaminya tidak mungkin menduakan cintanya, karena ia sangat perhatian dengannya.
Walau tidak sempat merawatnya ketika sudah pulang dari rumah sakit, karena ibunya juga sedang sakit. Akhirnya Mala kembali meletakkan benda pipih itu lalu kembali memejamkan matanya.
**
Lamat-lamat terdengar suara adzan subuh. Mala membangunkan suaminya untuk melaksanakan sholat.
Tapi suaminya itu hanya menggeliat saja. Akhirnya ia lebih memilih berusaha untuk duduk di kuris roda sendiri, dan memutar rodanya menuju toilet.
Dengan susah payah, Mala berwudhu, lalu mengenakan mukenanya. Bahkan untuk melakukan hal ringan seperti itu saja, ia sampai mengeluarkan keringat.
Setelah selesai, barulah ia melaksanakan sholat subuh dengan tetap duduk di kursi roda.
Ia memanjatkan doa pada Sang Kuasa, semoga kedua orang tuanya ditempatkan di surga. Dan ia juga memohon untuk dirinya sendiri, agar diberi kesembuhan, dan bisa segera berjalan.
Setelah selesai melaksanakan kewajibannya, ia kembali membangunkan suaminya, tapi tetap saja laki-laki itu tidak kunjung bangun.
Akhirnya Mala kembali melakukan kegiatan lain, yakni membaca Al-Qur'an. Sorot matahari mulai memasuki kamarnya.
Mala menghentikan aktivitasnya membaca Al-Qur'an, dan untuk yang kesekian kalinya ia membangunkan suaminya.
"Apaan sih bu, berisik banget." ucap Doni ditengah ia tidur. Ia tak sadar jika dirinya masih tidur di rumah Mala.
"Mas, kamu kok belum bangun juga sih. Ini sudah siang lho. Sholat subuh mu bisa terlewatkan." ucap Mala, perlahan Doni mulai bereaksi mendengar ucapan istrinya tadi.
'Aduh, cerewet banget sih nih orang. Ngga tahu orang lagi tidur enak apa. Mana betah aku lama-lama disini. Jika apa-apa selalu diingatkan. Kaya anak kecil saja.' batin Doni dengan kesal.
"Eh, iya sayang. Maafkan mas ya, beberapa pekerjaan di kantor banyak sekali. Jadi mas kurang istirahat, dan akhirnya bangun kesiangan." ucap Doni dengan posisi masih di atas tempat tidur.
"Iya mas, tidak apa-apa. Entah di terima atau tidak, yang penting kamu melaksanakan sholat subuh dulu."
"Iya sayang." Doni bangkit dari tidurnya, lalu berjalan gontai menuju kamar mandi.
. y.. benar si kata Mahes klo pun hamidun lg kan ada suami yg tanggung jawab,... 😀😀😀
alhmdulilah akhirnya, Doni dan Siska bisa bersatu, nie berkat mbak ipah jg Doni dan Siska menyatu... d tunggu hari bahagianya... 🥰🥰🥰👍👍👍
tebar terus kebaikanmu... Siska, bu Mirna dan Doni syng padamu, apalagi Allah yg menyukai hambanya selalu bersyukur... 😘😘😘😘
nie yg akhirnya d tunggu, masya Allah kamu benar 2 sudah beetaubat nasuha, dan kini kamu bahkan membiayai perobatan bu Mirna dan jg menjaganya... tetaplah istiqomah Siska... 👍👍👍😘😘😘