Hanya cerita fiksi
Tidak terkait dengan agama manapun
maaf jika ada yang kurang berkenan 🙏
Bella Amanda awalnya adalah gadis cantik yang begitu periang. Tapi sikapnya lambat laun berubah ketika orang-orang membandingkan dirinya dengan adiknya sendiri yang katanya lebih cantik, lebih pintar dan lebih segala-galanya.
Bukan hanya itu Bella juga harus menelan pil pahit saat suaminya dengan tega bermain belakang dengan Belinda, adiknya sendiri dan diharuskan menikah.
Sanggupkah Bella tetap bertahan dengan pernikahannya atau memilih menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon airarahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bella Sakit
Pagi telah menyapa, Bella yang biasanya bangun pagi dan menyiapkan sarapan untuk Erlan sekarang masih bergelung dengan selimutnya. Kepalanya terasa berat dan agak sedikit flu.
Erlan pun sama masih bergelung dengan selimut. Semalam mereka baru saja melakukan kegiatan panas seperti biasa. Rasanya ada yang kurang kalau belum ada kegiatan extra sebelum tidur.
Bella masih meringkuk bagai bayi saat Erlan membuka matanya. Erlan sampai mengerutkan kening karena biasanya saat dia membuka mata istrinya sudah tidak ada disebelahnya. Erlan melirik jam yang menggantung di dinding. Siapa tau dia yang bangun kepagian.
Erlan kucek-kucek matanya. Dia takut salah melihat. Jam dinding sudah menunjukkan angka setengah 7 tetapi Bella masih bergelung di dalam selimut.
“Sayang… bangun yuk” kata Erlan sambil mengusap lembut rambut Bella.
Bella menggerakkan tubuhnya dengan malas.
“Jam berapa yank?” tanya Bella dengan suara seraknya.
“Setengah 7” jawab Erlan masih membelai rambut Bella. Dia mencium kening istrinya kemudian baru menyadari kalau Bella sedang sakit saat ini.
Mendengar kata setengah 7 membuat Bella langsung mendudukkan tubuhnya. Dia sudah sangat kesiangan.
“Kamu sakit ini yank, tidur aja lagi” kata Erlan kembali membaringkan tubuh Bella.
“Sebentar aku ambil termometer dulu” kata Erlan sambil menyingkap bed cover yang menutupi tubuhnya kemudian bangkit untuk mencari kotak obat.
Tak lama kemudian dia sudah kembali dengan termometer digital berwarna putih di tangannya.
Erlan langsung mengecek suhu tubuh istrinya yang hari ini terlihat letih itu.
“Kamu demam yank. Kita ke dokter ya?” ucap Erlan setelah termometer menunjukkan angka 38 derajat celcius.
Bella menggeleng.
“Istirahat aja sembuh kayaknya yank. Kamu gak usah khawatir” ucap Bella menenangkan Erlan yang sudah terlihat cemas.
“Ya sudah, aku akan jagain kamu di rumah” putus Erlan pula.
Bella kembali menggeleng.
“Di rumah ada mama. Sekarang kan ada pertemuan lagi dengan Pak Reno” kata Bella mengingatkan Erlan dengan janji temu mereka dengan Reno.
Erlan menghela nafas kasar.
“Tapi kalau ada apa-apa kabari ya” ucap Erlan kemudian.
“Iya sayang…” jawab Bella tersenyum.
“Sekarang bantuin aku mandi ya” imbuhnya.
“Kan masih sakit!” protes Erlan.
“Kan pakai air hangat yank” Bella tetap memaksa mandi.
Lagi-lagi Erlan mengalah.
Dia angkat tubuh mungil istrinya untuk mandi bersama.
Selesai mandi Erlan mengeringkan rambut istrinya memakaikan baju yang nyaman kemudian kembali menidurkan Bella di tempat tidur.
Setelahnya dia kemudian bersiap untuk bekerja. Sebelum keluar kamar dia menghampiri istrinya dan menghadiahi ciuman mesra.
“Cepat sembuh ya sayang. Mas kerja dulu” ucap Erlan setelah ciumannya berakhir. Rasanya dia enggan meninggalkan istrinya seorang diri.
“Iya sayang. Aku cuma demam aja kok. Sayang gak usah khawatir” ucap Bella menenangkan Erlan.
Erlan mencium kening Bella sekali lagi baru setelahnya keluar dari kamar.
Di meja makan sudah ada Daniel, Rahel dan Belinda.
Daniel mengerutkan kening karena melihat Erlan keluar seorang diri.
Kemarin Belinda tidak ikut makan malam, sekarang Bella yang tidak ikut sarapan.Begitulah kira-kira yang ada dipikiran Daniel. Belum Daniel sempat bertanya, Erlan sudah menjelaskan lebih dulu.
“Bella sakit dan tidak bisa ikut sarapan pa” ucap Erlan yang seolah paham apa yang ada di benak Daniel.
“Ya Tuhan, sakit apa anak papa?” tanya Daniel khawatir.
Rahel sendiri sudah bangun dari duduknya dan langsung ke kamar Bella. Pasalnya Bella sangat berbeda dengan Belinda. Dia terlalu tertutup dan tidak mau berterus terang bila sakit. Bahkan pernah memaksakan ke kampus padahal sedang sakit. Dia tidak suka membuat orang khawatir.
“Demam pa, panasnya 38. Aku mau minta Bu Marni buatkan bubur dulu ya pa” ucap Erlan tanpa melirik pada Belinda yang hanya menunduk. Erlan masih kesal dengan ulah pacar Belinda kemarin.
Daniel pun menganggukkan kepalanya.
“Makan dulu Belinda, nanti kamu terlambat ke sekolah” titah Daniel.
“Iya , pa” jawab Belinda patuh.
…
Di dalam kamar, Rahel pun melihat kondisi Bella.
“Kamu sakit apa nak?” tanya Rahel sambil mengelus-elus rambut putrinya.
“Demam biasa aja ma, sama kayak mau flu. Rasanya malas gak pengen ngapa-ngapain” jawab Bella.
Rahel yang sudah berpengalaman kemudian cukup paham apa yang dialami Bella.
“Kapan kamu terakhir datang bulan nak?” tanya Rahel kemudian.
“Harusnya sih sudah ma, ini perutnya udah mulai kram” jawab Bella.
Senyum Rahel langsung terkembang sempurna.
“Jangan-jangan kamu hamil nak?” tebak Rahel.
“Masak sih ma? Tapi perutku sudah sakit seperti mau mens” elak Bella.
“Memang rasanya seperti itu. Coba mama minta Erlan buat beli testpack dulu ya” ucap Rahel riang sekali kemudian keluar kamar Bella.
Saat keluar dari kamar Bella, terlihat Erlan datang dengan nampan berisi bubur di tangannya.
“Lan, coba kamu beli testpack ya. Sepertinya Bella hamil” ucap Rahel antusias.
Mata Erlan langsung berbinar bahagia.
“Yang benar ma?” tanya Erlan masih tidak percaya.
“Mama sangat yakin, sini buburnya” jawab Rahel, “Beli 2 sekalian ya” imbuhnya.
“Iya ma” jawab Erlan kemudian buru-buru menuju apotik. Saking buru-burunya dia sampai lupa berpamitan pada Daniel dan Belinda yang sedang sarapan.
“Papa mau lihat kakakmu dulu ya, Erlan buru-buru sekali Papa jadi khawatir” ucap Daniel kemudian naik ke kamar Bella.
Belinda hanya mengangguk saja kemudian melanjutkan makannya. Hari ini dia sudah membawa mobil sendiri ke sekolah.
Dengan tergesa Daniel menuju kamar Bella.
“Bella kenapa?” tanya Daniel yang terlihat ngos ngosan.
“Gak apa-apa” jawab Rahel tersenyum sambil menyuapi Bella bubur. Walau Bella sudah mengatakan dia bisa sendiri tapi Rahel ingin sekali memanjakan putri sulungnya itu.
“Tadi Papa lihat Erlan buru-buru sekali soalnya” sahut Daniel pula.
Rahel hanya tersenyum sedangkan Bella tersenyum kikuk. Dia takut kalau dugaan mamanya salah dan membuat semua orang kecewa.
“Ya sudah Papa berangkat kerja dulu ya” Daniel mencium puncak kepala istri dan anaknya bergantian sebelum meninggalkan rumah.
Tak lama kemudian Erlan sudah kembali dengan sekantong plastik berisikan 5 testpack sekaligus.
“Sebenarnya bagusnya pagi baru bangun tidur, tapi coba saja dulu” ucap Rahel memberi tahu.
Tanpa diminta Erlan kemudian menggendong istrinya menuju kamar mandi.
“Sayang…aku bisa sendiri” protes Bella karena Erlan terlalu berlebihan menurutnya.
“Gak apa-apa sayang” kata Erlan bersikukuh mengangkat Bella.
“Jangan diliatin” protes Bella karena Erlan menungguinya di dalam kamar mandi. Erlan terkekeh kemudian keluar dari sana. Tapi dia tetap berdiri di depan pintu kamar mandi.
Bella menutup mulut tidak percaya melihat hasil testpack tersebut. Dua garis merah walau satunya masih sedikit buram tapi hasilnya memang ada dua garis.
“Sudah sayang?” tanya Erlan dari luar.
Bella mengangguk. Dia membereskan semua alat-alat itu dan keluar menemui suaminya. Dia langsung berhamburan kepelukan Erlan.
“Aku hamil sayang” ucap Bella terharu.
Erlan senang bukan main.
“Terima kasih sayang” ucap Erlan seraya mencium wajah Bella dengan gemas.
Rahel yang mendengar itu pun mendekat ke lorong kamar mandi di kamar Bella.
“Gimana?” tanya Rahel penasaran karena melihat anak dan menantunya berpelukan sambil menangis.
“Aku hamil ma” jawab Bella masih bercucuran air mata.
Rahel menutup mulutnya saking senangnya. Dia langsung memeluk anak dan menantunya itu.
“Selamat ya , sebentar lagi kalian akan menjadi Mama dan Papa” ucap Rahel bahagia sekali.
Bersambung...