Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelukan hangat bunda
Yudha pergi dengan membawa amarah, sudah tidak bertemu dengan istrinya, sekarang harus siap menerima Omelan sang ibu, apa lagi dengan perut yang mulai keroncongan.
"sebelum pulang lebih baik aku beli dulu makanan, karena pasti nanti ibu akan ngomel ngomel, bikin kepala makin pusing saja." sepanjang perjalanan Yudha hanya bisa mengomel dalam hatinya, ternyata kepergian Halwa membawa dampak yang besar pada keluarganya, terutama untuk ibunya.
Yudha menghentikan laju montornya di salah satu warung pinggir jalan, memesan seporsi nasi goreng dan teh hangat, dan tak lupa Yudha juga memesankan satu bungkus untuk ibunya saja, untuk adik dan kakaknya bodoh amat batin Yudha, mereka udah besar dan punya uang sendiri, jadi biar mereka sendiri yang memikirkan kebutuhan perutnya.
sesampainya dirumah Yudha langsung menemui ibu nya yang sedang duduk manis di depan televisi, menonton acara kesayangannya di Chanel yang punya ikon ikan terbang.
" Bu, ini Yudha bawakan nasi goreng." Yudha menyerahkan bungkusan kresek kecil ke pada ibunya.
" loh kok cuma satu yud, buat mbak mana? mbak juga laper, dari tadi nungguin kamu pulang, kok malah kamu pulang cuma bawa nasi buat ibu saja, emang dirumah ini cuma ada ibu saja." omel yeni pada adiknya.
" mbak kan punya uang, beli saja sendiri." Yudha membalas Omelan kakaknya cuek dan memilih untuk segera mandi, membersihkan tubuh yang sudah mulai lengket dan bau keringat.
saat melewati dapur, Yudha dikagetkan dengan pemandangan yang ada di dapur, banyak cucian kotor menumpuk di tempat cucian piring dan mulai mengeluarkan aroma yang kurang sedap, belum lagi banyak tumpukkan baju kotor di keranjang depan kamar mandi.
' ini apa apa an baru beberapa hari Halwa pergi dari rumah ini, tapi keadaan rumah sudah tidak karu karuan, sebenarnya apa saja yang dilakukan ibu dan mbak Yeni dirumah, kenapa sampai berantakan dan bau seperti ini' yudha meraup mukanya kasar, ada rindu yang tiba tiba mengusik hatinya, rindu sosok Halwa yang lembut, rajin dan selalu cekatan menyiapkan semua kebutuhannya tanpa ia suruh.
dengan gontai Yudha mulai mengguyur tubuhnya dengan air, entah kenapa saat ini pikirannya mulai tertuju pada Halwa, wanita yang tak pernah Yudha anggap ada, bahkan hanya diperlakukan layaknya seorang pembantu, bentakan dan hinaan yang selalu Yudha lontarkan kala Halwa meminta hak nafkahnya untuk sang putri.
" aaaah kenapa juga aku mikirin wanita itu, tapi bagaimana kalau dia tidak kembali, pasti makin kacau rumah ini, secara mbak Yeni dan ibu, sama sekali tidak mau menyentuh pekerjaan rumah, huuuft kenapa hanya karena Halwa hidup orang satu rumah bisa sekacau ini sih, aaaah sial."
" aaaaaaaaa ibuuuu......" terdengar suara gaduh dari arah dapur, Yeni teriak memanggil manggil ibunya, saat mau mencuci piring ada tikus bersliweran dan itu membuat Yeni jijik sekaligus takut.
" kenapa sih Yen, malam malam teriak teriak nggak jelas, ibu nyuruh kamu membersihkan dapur, bukannya teriak nggak jelas gini." sungut Bu Imah kesal.
" aaah ibu nggak tau saja, disini banyak tikusnya Bu, aku nggak mau beresin ini sendirian, ibu bantuin dong." rengek Yani berharap ibunya mau membantu membersihkan semua kekacauan di dapur yang sudah mirip kapal pecah.
" enak saja kamu minta ibu kerja, ibu ini sudah tua, apa gunanya punya anak perempuan sudah sebesar kamu, Halwa saja tidak pernah mengeluh, pokoknya ibu nggak mau tau, selama Halwa belum balik kerumah ini, pekerjaan rumah kamu yang mengerjakan, dan jangan pernah protes apapun kalau kamu masih mau tinggal dirumah ini." setelah berucap Bu Imah segera meninggalkan Yeni dan memilih kembali ke kamarnya untuk istirahat.
dengan perasaan kesal akhirnya, mau tidak mau Yeni membersihkan semua hinggal kembali bersih lalu melanjutkan dengan memasukkan cucian baju kotor ke mesin cuci lantas menggilingnya dengan terus menggerutu tak jelas.
" semua gara gara Halwa, berani beraninya dia pergi dari sini, lihat saja besok aku akan menyeretnya kembali kerumah ini, enak saja dia pergi begitu saja, sedangkan masih sah menjadi istrinya Yudha, aku nggak Sudi kalau terus ibu menyuruhku melakukan pekerjaan kotor ini, lama lama kulitku tidak halus lagi dan sekarang saja kuku kuku cantikku sudah mulai patah, aaah dasar wanita tidak tau berterima kasih, sudah untung adikku mau menikahinya, tapi dia malah bertingkah."
🌸🌸🌸🌸
sedangkan dirumah Bela saat ini sedang ngumpul Halwa dan Hasna yang sedang menikmati makan malam dengan tenang dan nyaman.
" gimana wa hari ini, apa keluarga itu masih mengganggumu?" tanya Bela disela sela acara makan malamnya.
" hu um, tadi mas Yudha datang lagi mencariku tapi aku sembunyi dan tidak ingin menemuinya, males saja bel, pasti dia akan memintaku pulang hanya untuk dijadikan pembantu gratisan oleh keluarganya, ogah."
" nah itu, akhirnya kamu sadar juga " sahut bela dengan ekspresi menggoda
"tau lah kenapa aku bisa sebodoh itu selama ini, tapi semua sudah berakhir, dan aku nggak mau mengulanginya lagi, sepertinya surat pengadilan belum terkirim ke mas Yudha karena dia mencariku hanya karena butuh, buktinya dia sempat meminta pegawaiku untuk mengambilkan bahan bahan sembako dan meminta aku untuk membayar, tapi mereka sudah paham dan menolaknya, terlihat mas Yudha sangat kesal, aku suka dengan itu bel, wajahnya lucu sekali."
"dasar orang orang aneh tuh Yudha dan keluarganya, urat malunya seperti sudah hilang, jadi sikapnya selalu ngaco." bela menggeleng gekengkan kepalanya heran.
" owh iya wa, aku sudah nemuin sekolahan yang cocok untuk Hasna, aku yakin Hasna akan aman disana."
" owh ya, dimana bel?"
"sekolah nomer satu di kota ini, besok biar aku sama mba Ida yang urus, kebetulan kepala sekolahnya masih saudara suaminya mba Ida, jadi kamu tenang aja, biar nanti aku sana mba Ida yang urus semuanya, kamu terima beres saja, oke !"
" makasih ya bel, aku nggak tau, gimana nasibku sana Hasna kalau tidak ada kamu, dan titip salam juga sama mba Ida, bilang terimakasih banyak dariku." Halwa menatap haru ke arah sahabatnya itu, tak terasa ada buliran bening yang mulai menetes dikedua bola mata indahnya.
" sudah aah jangan sedih sedihan gitu, aku itu sayang banget sama kamu juga Hasna, kalian itu sudah seperti keluarga untukku, jadi jangan lebay gitu deh wa, nangis Kan jadinya." bela mengusap matanya sambil tersenyum haru ke arah sahabatnya yang sudah dia anggap seperti keluarga.
" jadi Hasna mau pindah sekolahan ya bund? kapan?." Hasna yang dari tadi hanya diam menyimak kini ikut berkomentar memecah keharuan antara ibu dan sahabatnya.
" iya demi kebaikan Hasna, Hasna mau kan?" Halwa menimpali dengan senyuman hangat sambil menyentuh punggung tangan sang anak dengan lembut.
" mau bund, Hasna tau kok apapun yang bunda lakukan itu pasti untuk kebaikan Hasna, kan bunda sayang banget sama Hasna, nggak kayak papa yang selalu kasar dan tidak perduli dengan Hasna."
" Hasna, bunda tidak pernah mengajari Hasna untuk membenci papa nak, saat ini papa sedang hilaf, doakan saja semoga papa dibukakan hatinya ya sayang."
" iya bund, maafin Hasna ya, kalau Hasna sangat kecewa dengan papa, Hasna pingin seperti teman teman Hasna yang lain, yang disayang sama papanya." Hasna menunduk dalam, rasa kecewanya pada sang papa teramat dalam, hati gadis kecil itu sudah terlanjur terluka dengan sikap kasar yang selama ini diberikan oleh seseorang yang dipanggilnya papa, Halwa merengkuh tubuh gadis kecilnya ke dalam pelukan, untuk memberinya cinta dan kekuatan lewat pelukan hangat sang bunda.