Deg, Alea tertegun ketika melihat dokter baru diapotek tempatnya bekerja. Yang diperkenalkan anak bosnya. Wajahnya mengingatkan akan cinta pertamanya diwaktu SMA yang pergi tanpa kabar selama delapan tahun.
Wajah yang sama tapi nama yang berbeda. Apa Alea sudah salah mengenal orang. Dia sangat yakin kalau dokter didepannya adalah
orang yang dulu teman sakaligus orang yang dia cintai. Tidak ada beda sedikitpun dari wajahnya.
Namanya dokter Haikal Fernanda. Dokter spesialis penyakit dalam yang baru datang dari kota. Dia hanya menatap dingin ke semua karyawan ketika memperkenalkan diri. Tanpa melihat sedikitpun ke arah Alea.
Mengapa dia tidak mengenali Alea?
Apa lamanya waktu berpisah membuatnya melupakan Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dia Mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part#15
''Hallo'' terdengar suara Haikal diseberang.
Suaranya terdengar lembut membuat Alea tertegun sebentar. Bahkan Alea sempat memuji Haikal dalam hati bisa juga berkata lembut. Tapi penilaian Alea tidak bertahan lama karna setelah dia bicara suara Haikal berubah.
''Hallo'' katanya lagi.
''Assalamu'alaikum dok, ini saya''
''Saya siapa?''
''Saya orang yang dokter suruh pergi membeli jus Alpukat''
''Ooo kamu, ada apa menelpon saya?'' tanya ketus.
''Saya mau menanyakan jus Alpukatnya pakai gula atau tidak?''
''Tidak, pakai madu sedang saja. Saya tidak suka terlalu manis''
''Pakai madu bisa kak? jangan terlalu banyak madunya. Yang sedang saja'' tanya Alea sama karyawan jus tanpa mematikan teleponnya
''Bisa kak'' jawab karyawan.
''Oh ya. Alpukatnya harus yang bagus. Saya tidak mau pas minum jusnya terasa ada pahit-pahitnya. Pokoknya yang kualitas premium. Jangan pakai es dan susu kental manis. Saya mau jus yang sehat. Yang tidak pakai campuran selain madu'' jelas Haikal.
''Tunggu dulu kak'' kata Alea sama karyawan jus yang mau memotong alpukatnya.
''Kalau anda mau yang kualitas premium dan sehat. Kenapa anda tidak beli sendiri saja alpukatnya. Anda juga buat sendiri. Saya membeli jusnya ditempat penjual pinggir jalan. Mana ada yang seperti itu'' omel Alea kesal.
''Apa dipinggir jalan. Tidak higienis kamu harus cari direstoran mewah. Kalau perlu yang ada bintangnya''
''Anda kirain disini itu kota besar yang gampang mencari restoran mewah seperti keinginan anda. Kalau anda mau ada bintangnya. Kenapa anda tidak terbang saja kelangit. Disana banyak bintang bertaburan'' jawab Alea mulai kesal.
''Pokoknya kamu harus belikan saya jus seperti yang saya minta. Kalau tidak masalah tadi tidak sampai dengan kamu membelikan jus saja'' ancam Haikal.
Alea mematikan teleponnya dengan kesal. Dia membatalkan pesan tadi kepada karyawan penjual jus dan mengatakan alasan kenapa dia tidak jadi membeli jus.
''Suruh saja orangnya mencari sendiri kak. Seperti ngidam saja harus dituruti kemauannya'' ucap karyawan jus.
''Hehe, iya kak. Maaf sebelumnya'' jawab Alea tidak enak hati.
Alea terus pergi ketempat penjual jus lainnya. Dan setelah mencari beberapa tempat akhirnya Alea bisa menemukan sesuai dengan yang diminta Haikal. Walaupun restorannya tidak begitu mewah. tapi disini menyediakan buah yang dengan kualitas bagus untuk jus. Dengan harga yang tidak murah pastinya.
Sementara Haikal senyum-senyum sendiri ketika tahu Alea kesal dengan permintaanya. Dia sengaja mempersulit Alea.
''Aku yakin kamu tidak akan bisa menemukan seperti yang aku minta'' gumam Haikal mengetuk meja dengan jarinya. Perawat yang melihat Haikal senyum sendiri dari luar ruangan setelah menerima telepon jadi heran. Dia merasa ada yang aneh dengan dokternya. Untung perawat Haikal sudah berkeluarga jadi dia tidak begitu tertarik kepada Haikal.
Pasiennya sudah mulai datang. Haikal kembali sibuk dengan pasien-pasiennya.
Sejam kemudian Alea sampai diapotik dengan membawa jus pesanan Haikal. Dia kemudian menghampiri perawat yang ada di depan ruang praktek Haikal.
''Kak Yuli tolong berikan jus ini kepada dokter Haikal. Tadi dia menyuruh saya membelikan'' ucap Alea malas masuk.
''Tunggu sebentar Lea. Kakak tanya kedalam dulu'' jawab Yuli meninggalkan Alea yang berdiri diluar ruangan.
Tidak lama Yuli keluar dari dalam ruang praktek.
''Kata dokter Haikal kamu disuruh mengantar sendiri kedalam. Kebetulan tidak ada pasien didalam'' ucap Yuli.
''Ok, makasih kak'' jawab Alea dengan terpaksa masuk kedalam ruang praktek.
Dia lihat Haikal sibuk mengecek buku tanpa menghiraukan kedatangan Alea.
''Ini jusnya dok, kalau begitu saya permisi dulu'' ucap Alea meletakan jus didepan Haikal.
''Tunggu dulu. Saya mau minum lansung disini. Apa rasanya sesuai dengan yang saya pesan. Kalau tidak kamu harus pergi mencari lagi'' kata Haikal cuek. Emosi Alea sudah sampai di ubun-ubun rasanya. Tapi dia masih berusaha menahannya.
''Ini orang tidak tahu terima kasih. Setidaknya hargai aku yang mencari kesana kemari'' batin Alea.
Haikal mulai meminum jus tersebut. Dia terkejut Alea bisa mendapatkan jus yang sesuai dengan permintaanya. Tapi dia tidak mau memuji Alea. Bisa turun gensinya didepan Alea.
''Hmm, rasanya lumayan namun sedikit kemanisan. Kali ini saya maafkan. Tapi lain kali tidak ada kata maaf untuk mu'' ucap Haikal angkuh.
''Anda seorang dokter. Tapi kelakuan anda tidak mencerminkan title yang anda punya'' sindir Alea. Dia langsung keluar dari sana dengan emosi yang sudah meledak.
''Masih saja ada yang salah. Padahal aku sudah susah payah mencarinya. Bilang terima kasih kek. Ini tidak malah mengancam segala'' omel Alea tanpa memperdulikan perawat yang duduk didepan pintu. Yuli menatap Alea pergi dengan mengomel membuatnya bertanya-tanya dalam hati. Apalagi ketika dia melihat Haikal tersenyum sendiri didalam ruangan.
''Kenapa mereka aneh? Yang satu marah yang satu tersenyum'' gumam Yuli mengrenyitkan alisnya.
Sedangkan Haikal merasa senang. Ketika dia berhasil menjahili Alea. Dia bahkan ingin tertawa melihat wajah kesal Alea. Sebenarnya Haikal juga mendengar omelan Alea ketika keluar. Tapi dia tidak marah. Sebaliknya dia merasa senang.
Alea sampai di parkiran motornya. Tapi dia merasa seperti ada yang kelupaan.
''Aduh giro masih sama aku. Gara dokter halu aku jadi lupa memberikan giro kepada bang Tris'' ucap Alea menepuk keningnya. Dia kembali kedalam untuk memberikan giro kepada Tristan.
Alea masuk keruang resep. Semua orang diruangan itu sibuk meracik resep yang masuk. Alea langsung mencari Tristan yang sedang duduk dimeja kasir.
''Ini gironya bang'' ucap Alea.
''Oh ya Lea. Kata Tasya ditempat tinggal dokter Haikal banyak ulat. Dia menyuruh membersihkan. Kamu besok siang yang bersihkan ya'' kata Tristan.
''Aku tidak bisa bang. Besok masih ada sales yang datang'' tolak Alea.
''Setahu saya besok tidak banyak sales yang masuk. Kamu bisa membersihkannya ketika sales tidak ada'' ucap Tristan.
''Kenapa harus aku sih bang? Kenapa tidak cari orang lain saja?'' tanya Alea.
''Saya tidak percaya dengan orang lain. Takutnya nanti barang-barang dokter Haikal ada yang hilang. Kamu hanya perlu menyapu dan menganti sperainya saja. Apa susahnya sih. Nanti saya masukan kedalam uang lemburmu'' jawab Tristan. Mata Alea jadi cerah ketika mendengar uang lembur. Tapi dia mau nego dulu dengan Tristan.
''Aku mau uangnya diberi sekarang. Abang mau kasih berapa kalau aku mau membersihkannya?'' tanya Alea.
''Ya elah ni anak pakai nego segala. Besok pas gajian saja saya berikan'' jawab Tristan.
''Aku ragu, ntar bang Tris lupa lagi. Kalau gak diberi sekarang. Bang Tris cari saja orang lain'' ucap Alea pura-pura menolak.
''Iya- iya. Ini seratus ribu untukmu'' Tristan menyerahkan selembar uang seratus ribu.
''Terlalu sedikit. Bang Tris kirain gampang membersihkannya. Aku mau dua ratus'' nego Alea.
''Huft, dasar mata duitan, nih'' ucap Tristan sambil menambah satu lembar uang seratus ribu lagi.
''Ok deal. Besok aku bersihkan. Lumayan dapat menambah uang belanja dapur untuk beberapa hari'' jawab Alea senang.
Alea keluar ruang resep dengan wajah senang. Kekesalannya kepada Haikal hilang seketika. Haikal yang melihat wajah senang Alea ketika melewati ruang prakteknya menjadi heran.
''Dia seperti bunglon, moodnya bisa berubah seketika'' gumamnya.