NovelToon NovelToon
Aku Akan Mencintaimu Suamiku

Aku Akan Mencintaimu Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Paksa / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Aku belum bisa mencintai sosok pria yang telah menikahiku. Kenapa? Karena, aku tak mengenalnya. Aku tidak tahu dia siapa. Dan lebih, aku tak menyukainya.

Pria itu lebih tua dariku lima tahun. Yah, terlihat begitu dewasa. Aku, Aira Humaira, harus menikah karena usiaku sudah 23 tahun.

Lantas, kenapa aku belum siap menikah padahal usiaku sudah matang untuk melaju jenjang pernikahan? Yuk, ikutin kisahku bersama suamiku, Zayyan Kalandra

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Belum Siap

Zayyan melirik. “Ibu dan Mbak Santi?” tebaknya sambil menyuap nasi.

Aira buru-buru menggeleng. “Ah, nggak kok Kak. Aku nggak mau jelekin mereka.”

Zayyan tersenyum, lalu mengelus kepala Aira lembut. “Kamu memang berhati baik, Aira. Itu yang bikin aku yakin memilihmu.”

Aira selalu senang Zayyan mengelus kepalanya.

“Oh ya,” kata Zayyan, mengambil salah satu gelas dari nampan. “Ini, tadi Mbah Sukri buatin minuman buat kamu. Katanya biar kamu makin sehat. Dia lihat kamu tadi kayak kecapekan.”

“Minuman apa ini?”

Zayyan mengangkat bahu. “Aku juga nggak tau. Katanya sih jamu warisan leluhur. Tapi jangan tanya aku isinya apa. Warisan leluhur biasanya misterius. Bisa buat sehat... bisa juga buat semangat.” Ujung kalimatnya ditambah senyum geli.

Aira menatap gelas itu dengan kening sedikit berkerut. "Buat semangat?" gumamnya.

Zayyan malah tertawa kecil dan menyendok makanannya tanpa menjelaskan lebih lanjut. Sementara Aira hanya bisa menatap minuman itu dengan curiga...

“Emm… manis juga rasanya,” ucap Aira setelah meneguk minuman itu.

Zayyan menyunggingkan senyum. “Baguslah kalau kamu suka. Sekarang, sambil makan ya. Biar ada tenaga… buat tidur.”

Tak butuh waktu lama, piringnya bersih tanpa sisa. “Alhamdulillah, makanannya enak banget, Kak.”

“Alhamdulillaaah,” jawab Zayyan sambil membereskan nampan itu ke tepi dekat pintu.

Aira memutar-mutar gelas kosongnya, menimbang-nimbang sesuatu yang ingin dia utarakan. “Kak… aku mau bilang sesuatu.”

Zayyan menoleh. “Apa?”

“Cuti kerjaku cuma tiga hari. Jadi… besok itu hari terakhir aku libur. Lusa aku udah harus masuk ngajar lagi.”

Zayyan mengangguk pelan. “Iya. Nggak apa-apa, Aira. Aku ngerti kok.”

“Jadi, boleh nggak… besok kamu temenin aku pergi ke suatu tempat?” Aira menatap wajah suaminya, seolah menyembunyikan sesuatu di balik permintaannya.

Zayyan tidak berpikir panjang. “Tentu saja. Kenapa enggak?”

Jawaban itu membuat Aira sedikit lega. Tapi rasa sesak tetap menyesaki dadanya. Ia tak bisa menipu dirinya sendiri. Hatinya masih terikat pada bayang-bayang masa lalu.

"Aira, kenapa? Kok nunduk?" tanya Zayyan, suara prianya terdengar pelan namun tajam menangkap perubahan ekspresi itu.

“Eh?” Aira tersentak dan menggeleng cepat. “Enggak, kok. Nggak apa-apa.”

Namun Zayyan sudah beranjak lebih dekat. Kini ia berlutut di hadapan Aira, matanya menatap lurus, serius.

“Kak Zen?”

Zayyan mengangkat tangannya, menyentuh pundak Aira dan mendorongnya perlahan ke belakang sampai terbaring. Gerakannya tidak tergesa, tapi terasa sangat pasti.

“Aku ingin melakukannya, Aira,” ucapnya pelan.

Deg!

Jantung Aira seakan ingin melompat.

“Tolong… jangan menolak lagi.” Suara Zayyan terdengar berat. “Aku pria normal… dan kadang, aku nggak bisa sepenuhnya mengendalikan keinginan ini. Tapi lebih dari itu… aku butuh kamu. Bukan cuma karena tubuhmu. Tapi karena kamu adalah istriku.”

Aira menggigit bibirnya, masih ragu.

Zayyan mendekatkan wajahnya dan mengecup leher Aira dengan lembut. Kehangatan dari bibirnya menyalurkan perasaan. Zayyan sedang jujur.

Aira memejamkan mata, mencoba mengabaikan bayang-bayang masa lalu. Tapi tubuh dan hatinya sekarang ada di sini… bersama pria ini. Pria yang meski belum ia cintai sepenuhnya, tapi mulai menanamkan rasa.

Tangan kanan Zayyan perlahan menyusur sisi tubuh istrinya, menelusuri kulit yang hangat dan lembut, hampir menyentuh batas paha.

“Aku… aku belum siap,” bisik Aira.

Zayyan tidak menjawab. Ia hanya menarik Aira lebih dekat ke dadanya, menunduk dan kembali mencium leher istrinya, kali ini lebih dalam, seolah hendak membungkam kegelisahan yang mengambang di antara mereka.

"Emhh!!" Aira menahan kontrol diri.

“Aira…” bisiknya lirih di antara hela napas. “Maafkan aku, tapi aku ingin kita saling merasakan. Aku ingin kamu tahu bahwa aku mencintaimu dengan caraku sendiri.”

Aira terdiam. Membiarkan aliran perasaan yang membuncah dalam dirinya untuk memaknai setiap sentuhan. Satu bekas merah tampak jelas di lehernya. Bukan luka, melainkan jejak dari sebuah perasaan yang belum bisa dinamai sepenuhnya.

Zayyan menatap Aira dengan pandangan yang dalam. Wajah Aira mulai memerah, napasnya terasa hangat. Ia tampak gugup di wajah cantiknya.

"Ahh… Humairaku," desah Zayyan, lalu menautkan bibirnya ke bibir istrinya dengan kelembutan yang tak tergesa.

Dalam pelukan malam dan cahaya lampu yang temaram, Zayyan memimpin setiap gerakan dengan sabar. Langkah-langkah yang awalnya canggung, berubah menjadi tarian perasaan yang perlahan menyatu. Setiap pelukan, setiap ciuman, adalah jawaban dari kerinduan dan keinginan untuk diterima sepenuhnya.

Zayyan tersenyum senang, "Jamu mbah Sukri, membuat tubuh Aira terasa lebih cepat merespons sentuhanku. Surga kecilnya langsung bisa kusinggahi tanpa melukai." Dia merasa beruntung.

Aira menemukan dirinya luluh dalam pelukan seorang pria yang kini mulai dikenalnya lebih dalam. Surga kecilnya direnggut oleh seseorang yang belum bisa ia cintai, namun anehnya... ia halal. Bahkan, setiap sentuhan dan dekapan dari laki-laki itu adalah pahala yang dijanjikan Tuhan.

Bukan aib. Bukan dosa. Bukan pula zina yang membuat hati dikecam rasa bersalah. Tapi justru menjadi ladang amal, bagi dua jiwa yang saling terikat dalam ikatan suci. Betapa aneh, betapa uniknya. Dalam agama, cinta tak selalu menjadi syarat, cukup akad dan tanggung jawab, maka segalanya berubah menjadi ibadah.

Meski belum bisa menerimanya sepenuhnya, Aira tak bisa menyangkal. Ada rasa tenang yang merayap diam-diam. Zayyan memperlakukannya dengan pengertian, seolah ia tahu cara menyentuh hati dan tubuh Aira tanpa melukai.

"Aira... apa kamu bahagia?" bisik Zayyan ketika segalanya hampir mencapai titik puncak.

Aira hanya merangkul pundak suaminya. Pelukan itu seperti restu diam-diam. Dan dalam pelukan itu pula, Zayyan menyerah pada kejujuran tubuhnya. Desahan lembut keluar dari bibir Aira, diikuti dirinya. Sebuah akhir yang bukan sekadar pelepasan, tapi juga permulaan dari kedekatan yang berbeda.

Aahh~

Akhirnya mereka bisa menyatu bersama.

"Zayyan... tolong cintaiku seutuhnya dan jangan hianati aku. Besok, aku akan akhiri hubunganku dengan Harry."

Batin Aira menggema di ruang hatinya yang masih remuk, namun mulai menemukan ketenangan dalam pelukan pria yang kini menjadi suaminya.

Malam itu, tubuhnya tak lagi menolak. Ia pasrah, bukan karena cinta yang membara, tetapi karena kesadaran bahwa inilah jalan yang dipilih. Zayyan pun menyempurnakan haknya sebagai seorang suami, menanamkan semua benih cintanya dengan kelembutan dan pengertian.

Aira tertidur lelap, dalam dekapan laki-laki yang -ia harap- suatu saat bisa ia cintai dengan sepenuh jiwa.

Pagi menjelang.

Suara ayam jantan bersahutan dari kejauhan. Adzan subuh berkumandang merdu dari musholla terdekat, memanggil jiwa-jiwa yang ingin bersujud. Namun anehnya, Aira masih tertidur.

Jam sudah menunjukkan pukul lima lebih sepuluh menit saat ia perlahan membuka matanya. Hening itu buyar oleh suara gaduh dari luar kamar.

“Astagfirullah, Sunan! Sampeyan pulang jam piro iki, mabuk maneh?!” Suara Bu Sukamti membahana, marah besar.

Aira terduduk, tersentak. Ia segera merapatkan selimut ke dadanya dan mendengarkan. Dari balik pintu terdengar langkah kaki yang terseret, suara botol yang terjatuh, dan makian pelan seorang pemuda.

Sunan pulang dalam keadaan mabuk. Lagi.

Walau ini bukan kali pertama, tetap saja membuat suasana rumah kacau. Teriakan, umpatan, dan nada sedih seorang ibu yang kecewa membuat Aira menyadari: rumah ini pun menyimpan luka-lukanya sendiri.

1
Aksara_Dee
amorfati Amerta
Aksara_Dee: aku aja nyicil bab gak kelar-kelar ka.. isi kepala penuh kata-kata tapi lagi males ngetik 🫣
Miu Nih.: aahh soo deep 🥺
aku mikir sampe keras sampe2 gk bisa mampir kemana 😆😆 ,, smpe blm punya tabungan bab buat bessyyoookk...
total 2 replies
Aksara_Dee
owalahh kasian..
Miu Nih.: aahh rasanya begini ya kalo kebawa cerita sendiri,, bahaya kalo jadi gamon gini 😱😱

nasib up ku besok piyeeee----
Aksara_Dee: tidak bisa berkata-kata, karena mengenang cerita Marcel di novelku tahun brpa aku lupa. nasibnya sama dengan tukimo.
sampe skrg aku gak bisa move on dr tokoh yg aku ciptakan sendiri huft
total 3 replies
Aksara_Dee
yg penting cintanya mewah
Aksara_Dee: Lo e you too🩷🩷
Miu Nih.: love you full buat kamu akaks~ ❤❤
total 2 replies
Remot Tivi
🤭❤️‍🔥🤨👀😳💢🫢🫣🥺🤯😨
Remot Tivi
🥺🕊️❤️🙏🏼😳😂🙈🔥😢💭🕵️‍♂️
Remot Tivi
🥺💔😤👊😳🧍‍♂️🌀📱🔥🤐😡🙏🫣📷🙄🚪
Remot Tivi
🥹❤️‍🔥😳💔😅🥰🤭🫣👏
Remot Tivi
😲😟
Remot Tivi
😍💖😊🥰😅😳
Remot Tivi
😲🏠💫🥺😰💔🚬💨😭🥵😳
Remot Tivi
😱💔😡😭😞💪
Remot Tivi
😱😬😡😳👀💔
Remot Tivi
😯💔💫
Remot Tivi
😂😅😳😆
Rini Antika
beruntung bgt Aira dicintai secara ugal"an.. semangat terus Up nya cantikku, 🌹 mendarat biar tambah semangat
Miu Nih.: aaahh~ akhirnya aku dapat koment begini. rasanya sepecial banget ❤❤
total 1 replies
Remot Tivi
iklan lewat 🤗 semangat Thor
😢💔😔
Remot Tivi
😲💍🏠😓👰🤔
Remot Tivi
😊💖🤗
Remot Tivi
😟💍😭✨😅😳🚬🤔💔
Rini Antika
kayaknya Bapaknya Zayyan selingkuh sama Ibunya Harry deh
Miu Nih.: bukan selingkuh kak, tepatnya........
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!