NovelToon NovelToon
Cinta Dan Kultivator

Cinta Dan Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: J.Kyora

Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

SMA Bina Harapan (Bipan)

Lokal Kelas 1 A4/10 A4

"Ingin aku jadi pacarmu?!"

"Huh! ... Kamu hanya seekor katak yang mengidamkan angsa, Nero! " Rizka membanting kotak hadiah di tangannya ke lantai, lalu menginjaknya dengan kejam. Disambut gemuruh sorak ejekan seisi ruangan, hampir seluruh siswa-siswa di kelas menertawakan Nero, bahkan ada yang sampai terpingkal-pingkal. Beberapa lainnya memukul mukul meja, keributan berlangsung cukup lama.

Seorang anak laki-laki tinggi besar berjalan ke arah Nero, diikuti oleh dua temannya di belakang, dengan kasar ia memegang kuat rahang Nero.

"Berani-beraninya kau memiliki pemikiran kotor untuk Nona tercantik di sekolah ini, bercermin lah biar kau tau seberapa tidak pantasnya dirimu, bodoh!" Anak laki-laki itu mendorong Nero ke belakang hingga ia hampir jatuh terjengkang.

Anak-anak lainnya kembali tertawa dan bersorak.

Muka Nero merah padam, ia menjadi sangat malu, wajahnya menunduk dan melirik kotak coklat yang di bungkusnya tadi malam dengan sangat hati-hati kini telah hancur berantakan. Bekas injakan telah membuat kado valentin itu remuk tak berbentuk bersama isinya.

Nero merasa ingin menjerit, hatinya hancur tak tertahankan dan ia berlari keluar kelas dengan air mata menggenang. Seluruh anak-anak di kelas tertawa dan terbahak memandanginya berlari keluar.

"Bodoh! bodoh! bodoh!"

Teriaknya berulang-ulang memukuli dinding belakang sekolah dengan lengannya, ia benar-benar hanyalah seekor katak yang memimpikan berpacaran dengan seekor angsa, kenapa tidak sedari awal ia menyadarinya?

Air matanya mengalir, ia mengingat menabung selama berbulan untuk membeli coklat mahal sialan itu, hanya untuk kemudian mendapat penghinaan dan perlakuan yang memalukan.

Nero terus terisak dan tidak menyadari seorang gadis cantik telah lama berdiri di belakangnya, ketika berbalik ia terkejut.

"Nadia, kamu disini?" Membalikkan tubuhnya ia buru-buru menghapus air mata. Sangat memalukan menangis di depan seorang gadis, tetapi usahanya itu sia-sia, Nadia telah lebih dahulu mengulurkan sapu tangan merah jambu kepadanya. Putus asa, Nero mengambil sapu tangan itu lalu mengusap air matanya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Nadia. Mata jernihnya memandang Nero dengan iba.

Nadia sangat baik kepadanya, diantara semua siswa di sekolah ini, hanya Nadia yang selalu perhatian kepada Nero. Berbeda dengan anak-anak lain di sekolah ini, Nero adalah siswa terpilih beasiswa, sementara kebanyakan para siswa lain disini adalah anak-anak orang kaya. Tidak heran sebab SMA ini adalah sekolah swasta yang sangat mahal, namun begitu pendidikannya juga sangat berkualitas, dengan guru-guru yang kompeten, gedung-gedung yang bagus, perlengkapan sekolah dan kurikulum yang sangat lengkap. Termasuk kegiatan ekstrakurikuler yang semuanya difasilitasi dengan gedung-gedungnya sendiri.

Sekolah ini juga sangat luas. adalah mimpi bagi Nero bisa sekolah di sini, tanpa beasiswa yang diperjuangkannya sewaktu masih SMP, bahkan dengan uang pensiunan ayahnya, untuk pendaftaran saja ia sudah akan sangat kekurangan.

Bersyukur beasiswa yang didapatkannya menanggung seluruh biaya sekolah selama ia masih mengikuti pendidikan. Efek sebaliknya, ia tidak dipandang sejajar oleh siswa-siswa lain. Kebanyakan siswa adalah anak pejabat tinggi negara, pengusaha, profesional seperti dokter atau pengacara, bahkan anak beberapa artis terkenal juga bersekolah di sini.

Lantas apa yang membuat Nero begitu punya keberanian untuk melamar Rizka menjadi pacarnya?

Kejadiannya berawal dari tiga bulan sebelumnya, ketika Rizka mendekati Nero agar Nero membuatkan PR untuknya. Selalu dan hampir semua PR Rizka dikerjakan oleh Nero, semenjak itu benih-benih rasa suka tumbuh dihati Nero. Kecantikan Rizka yang bahkan bisa membuat anak-anak kaya lainnya tergila-gila padanya, juga efektif membuat Nero lupa diri dan lupa kesenjangan mereka yang sedalam jurang tak berdasar. Alhasil dalam kemabukkan perasaannya sendiri, katak yang salah mengartikan pertemanan itu mencoba melamar angsa, dan ia pun terjatuh dengan memalukan.

"Aku tidak baik-baik saja, Nadia," jawab Nero menggelengkan kepalanya.

Nadia memandangi Nero dengan bola mata jernihnya. Raut wajahnya yang ceria dan memikat, dengan rambut hitam berkilau lurus sepunggung, seragam sekolah dan penampilannya menunjukan statusnya sebagai anak orang yang berada.

Ia tidak tahu bagaimana harus menghibur Nero, Nero pasti kesakitan namun tidak ada yang dapat ia katakan, jadi Nadia hanya memilih diam, lalu menarik tangan Nero dan duduk di bangku yang ada di dekat situ.

Keduanya memandang ketengah danau di belakang sekolah.

Nadia dan Nero masih duduk dalam bisu, hampir setengah jam dan tidak satu patah katapun terucap, Nero akhirnya bangkit.

"Terimakasih, Nadia, aku akan balik ke rumah saja sekarang." Ia menoleh ke Nadia dengan wajah sendu, tidak lagi ada semangat di wajahnya.

"Aku akan menemanimu," ujar Nadia.

"Tidak perlu, kamu harus melanjutkan jam pelajaran," Nero menolak tawaran Nadia.

Selesai berpamitan Nero melangkah pergi, Nadia menatapnya dengan pandangan iba. Ia tidak masalah dengan Nero tentang status atau kesenjangan sosial, ia senang berteman dengannya hanya karena merasa Nero anak yang baik, karakternya berbeda dengan kebanyakan siswa-siswa lainnya yang angkuh dan sombong. Namun sejak Rizka mendekati Nero, Nadia waktu itu memilih untuk menjaga jarak, ia agak tidak suka dengan Rizka.

Nero mengayuh sepeda BMX nya dengan perasaan tidak menentu, hari ini ia pulang sekolah sebelum jam pelajaran usai.

Melemparkan sepeda itu begitu saja di garasi yang bahkan tidak ada mobilnya. ia melewati ruang tengah dan melihat mamanya sedang memasak di dapur.

Mamanya bertanya dengan heran, "Kenapa pulang cepat hari ini Nero?"

"Ada rapat di sekolah, Ma, jadi jam pelajaran berakhir," sahutnya berbohong.

Mau tidak mau ia melakukannya agar mamanya tidak bertanya lagi.

Dengan bergegas ia masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. Nero membanting tubuhnya ke atas tempat tidur, lalu menutupi kepalanya dengan bantal.

Ia ingin mengusir kejadian tadi dari kepalanya, namun semakin kuat ia berusaha, semakin ia tidak bisa menghilangkannya.

Dalam letih pikirannya, Nero pun akhirnya jatuh tertidur.

Nero terbangun setelah tertidur beberapa jam lalu memeriksa ponselnya, ia melihat banyak panggilan tidak terjawab, semuanya dari Nadia. Gadis itu sepertinya sangat mengkhawatirkan ku, bathin Nero. Namun ia tidak dalam mood untuk berbicara dengan siapa pun, membuka WA Nero melihat pesan dari Nadia.

["Nero, bagaimana kabarmu?,

Ini aku copy pelajaran siang tadi agar kamu tidak ketinggalan pelajaran. Hubungi aku segera"]

Nero mengetikan pesan balasan singkat, ["Jangan khawatir, aku baik-baik saja"]

Namun balasan dari Nadia dengan cepat masuk. ["Siapa yang khawatir bodoh, aku hanya memberimu copy pelajaran"]

Nero tersenyum, namun ia mengabaikan pesan itu, dan melemparkan ponselnya di atas kasur.

Nero menaiki tangga di dalam kamarnya, tangga itu menuju loteng yang dulu adalah kamarnya sendiri. Sebelum ia menghuni kamarnya yang sekarang, Nero tinggal di kamar loteng ini dan kakak laki-lakinya di kamar bawah.

Lemari dan tempat tidur yang masih lengkap, meja belajar dan buku-bukunya ketika masih SMP, semua masih bersih dan rapi, karena secara berkala ia membersihkannya dari debu.

Nero membuka pintu yang mengarah balkon, memandangi lautan genteng rumah-rumah tetangganya, jalanan dan gedung gedung tinggi di kejauhan.

Melihat ke kejauhan, ia merasa sangat kesepian. Wajah cantik Rizka terus terbayang di pelupuk matanya, ia tidak menyangka akan ditolak dengan kejam oleh gadis itu.

Selama ini dengan susah-payah membantu kesulitan-kesulitan Rizka dalam pelajaran. Pernah saat ulangan ia menukar kertas ujian dengannya dan mengisi semua jawaban untuk Rizka, mendapatkan nilai 100 waktu itu dan betapa senangnya gadis itu mendapat nilai sempurna.

Tiba-tiba melintas bayangan kaki putih panjang Rizka menginjak kado hadiahnya, Nero menggigil dan menutup wajah dengan kedua tangannya. Kesakitan menyeruak lagi di hatinya, perasaannya seperti tersayat-sayat, dan lebih dari itu, rasa malu yang ditanggungnya bahkan lebih hebat lagi.

Ia tidak yakin bagaimana caranya untuk menghadapi semua orang besok di sekolah.

Nguuuuung...

Nguuuuung...

Tiba-tiba terdengar suara berdengung, Nero

tersentak.

Suara apa itu?!

Ia celingak-celinguk memastikan dari arah mana

datangnya suara tersebut.

Nguuuuung...

Nguuuuung...

Tiba-tiba ia merasakan lantai yang diinjaknya bergetar, atap rumahnya bergemuruh.

"Gempa ..!!"

Nero terlonjak kaget dan melompat masuk kembali

ke dalam kamar lotengnya dengan panik, namun darahnya tersirap melihat pemandangan di depannya, seluruh tubuhnya menegang.

...

1
Rahmat Anjaii
lanjut thoorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!