Agam Maheswara adalah menantu pengganti yang menggantikan calon suami Kiara Aditama yang berhalangan hadir karena terluka dalam sebuah pengrebekan.
Agam Maheswara sebagai menantu tidak mendapatakan perlakuan sebagi menanntu pada umumnya. Dirinya selalu ditindas dan diperlakukan sebagai pembantu rumah tangga yang harus menyelesaikan pekerjaan rumah.
Agam Maheswara berniat untuk membuka jati dirinya untuk membalas rasa sakit hatinya kepada keluarga istrinya yang sesungguhnya dirinya telah jatuh hati dengan Kiara Aditma istri yang dinikahinya. Akankan mereka bisa bersatu? Mari kita saksikan keseruan kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arshie_ge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menungguku
Mama Sandra juga merasa khawatir dengan keadaan Kiara. Kiara badannya tidak hanya keluar keringat tetapi juga panas yang cukup tinggi sehingga Mama Sandra meminta Agam untuk menunggu Kiara hingga tidak tidur semalaman. Agam bahkan dengan rela tidak tidur semalaman hanya menjaga Kiara. Bahkan sesekali Agam mengompres Kiara dengan peralatan seadanya karena mau ke dokter cuaca tidak memungkinkan karena cuaca di sekitar villa tidak bersahabat.
Setelah badan Kiara agak turun panasnya, mama Sandra meninggalkan mereka berdua.
Pagi begitu cerah suara kumandang adzan subuh membangunkan Kiara. Tiara pelan-pelan membuka matanya dan melihat kalau Agam tertidur di kursi dekat ranjangnya.
Kiara merasa tubuhnya sudah dah mulai membaik dan pelan-pelan bangun dari tidurnya, dan tanpa pikir panjang Kiara mencium pipi Agam yang tertidur di kursi.
“Sayang, terimakasih kamu ternyata begitu baik sehingga rela menungguku dan merawatku di kala aku sakit!” ucap Kiara kemudian bergegas menuju kamar mandi.
Agam yang sudah terbangun dari tadi pura-pura belum bangun sehingga merasakan semuanya hingga tubuhnya bergetar. Agam mengusap pipinya dan tersenyum puas.
Namun tiba-tiba dirinya bangun dan berlari menuju kamar mandi.
“Kiara…, Kiara kamu lagi ngapain?” tanyanya tak kala sedang mengetuk pintu kamar mandinya.
“Mandi kak!” ucapnya pelan tapi terdengar oleh Agam. Agam dengan cepat langsung membuka pintu kamar mandi yang kebetulan tidak dikunci.
“Kiara…? Kamu jangan mandi dulu! Tadi malam suhu badan kamu tinggi sekali!” ucap Agam penuh kuatir.
“Aku tidak apa-apa kak! Aku sudah sembuh,” ucap Kiara yang langsung menyambar handuk yang berada di dekatnya. Namun sebenarnya tubuhnya sudah terendam dengan air yang ada di bathub sehingga tidak kelihatan.
Agam yang sok tahu dengan kesehatan dengan paksa tiba-tiba menggendon Kiara yang sedang mandi untuk dibawanya kembali ke ranjang.
“Kak tolong lepaskan aku! Aku tidak apa-apa,” ucap Kiara yang terus meronta dari gendongan Agam.
“Ok, kalau begitu. Setelah kamu mandi kita ke dokter!” ucap Agam yang akhirnya menurunkan Kiara kembali ke dalam bathup.
Kiara yang tidak nyaman dengan posisi mandinya langsung mempercepat aktivitas mandinya dan bergegas keluar untuk mengganti bajunya.
Sementara itu Agam langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, namun tiba-tiba Agam kembali lagi mendekati Kiara yang duduk di kursi meja rias kamar.
“Kiara, nanti kita sholat bareng di mushola villa. Kamu tunggu dulu ya?” ucapnya dan hanya mendapat balasan anggukan dari Kiara.
Agam dengan cepat mandi dan langsung bergegas mengganti bajunya kemudian mengajak Kiara menuju mushola. Mereka berdua berjamaah dengan Agam sebagai imamnya.
Setelah solat subuh mereka berdua menuju dapur untuk membuat teh hangat. Mereka berdua ngobrol dengan baik dan tidak ada pertengkaran di antara mereka berdua.
Papa Bagas dan mama Sandra memperhatikan mereka berdua secara diam-diam dibalik pintu dapur kemudian papa mengajak mama untuk kembali ke kamarnya.
“Ayo ma, biarkan mereka berdua bersama-sama menikmatinya. Kita yang tua cukup menikmatinya di ranjang,” bisik papa Bagas genit.
“Papa, norak ah! Kita sudah tua pa? lagian tadi malam juga sudah! Encok pa!” bisik mama Sandra hingga papa Bagas dengan sangat memaksa langsung menggendong istrinya kembali ke tempat tidur. Mama Sandra yang mendapat perlakuan seperti itu langsung menggelayut kan tangannya ke leher suaminya.
Papa Bagas meskipun sudah tua tapi tubuhnya masih nampak bugar sehingga tidak bisa kalah dengan yang muda.
Sementara itu yang muda seperti Agam masih canggung menghadapi istrinya. Dan ujung-ujungnya mereka berdua akan ribut lagi.
“Kiara, ayo makan ini dulu! Habis itu kita jalan-jalan keluar untuk melihat pemandangan di pegunungan,” ucap Agam yang dengan tiba-tiba menyodorkan sepotong kue panggang kepada Kiara yang baru saja diambil dari oven listrik.
“Aku tidak bisa makan kak kalau pagi seperti ini!” ucap Kiara yang sebenarnya tidak mau dipaksa-paksa.
“Kamu itu ya, makan ya makan! Awas kalau sakit lagi, nanti siapa yang mengurusnya!” bentak Agam dengan nada agak keras hingga akhirnya membuat Kiara menangis.
“Hik…, hik…, kakak jahat!” ucapnya langsung berlalu menuju ke kamar. Agam mendesah dengan pelan. Agam kemudian mengambil roti tersebut untuk dibawa ke kamarnya.
“Kiara janganlah seperti itu! Ayo kamu harus makan. Aku tidak mau kamu sakit lagi nanti aku takut kalau dimarahi kakek!” ucapnya pelan-pelan sambil meletakan makanan tersebut di meja dekat kamar.
“Aku tunggu kamu dalam waktu 15 menit untuk keluar, tentunya setelah kamu makan. Kita akan pergi naik motor!” ucap Agam yang bergegas mengganti baju dengan kaos dan celana jin ditambah jaket kulitnya.
“Ini jaket untuk kamu! Kamu juga harus pakai biar tidak sakit karena masuk angin!” ucap Agam berlalu meninggalkan Kiara.
Kiara masih bengong menatap kepergian suaminya. Dalam hatinya Kiara tidak percaya dengan perubahan suaminya. Kiara takut kalau perubahan suaminya itu hanyalah jebakan untuk dirinya.
Kiara duduk di sofa kemudian memakan semua yang diambilkan oleh Agam. Setelah selesai Kiara mengganti bajunya dengan kaos dan celana jin serta tidak lupa memakai jaket pemberian Agam. Kiara melirik pisau lipat yang ada di meja kemudian memasukkannya ke dalam saku jaketnya.
Kiara berjalan keluar mencari Agam yang ternyata sudah berada di luar. Agam nampak menyalakan motor gedenya yang hendak dipakai untuk keluar.
Agam dengan wajah datarnya langsung mengambil helm dan dipasangkan di kepala Kiara.
“Kamu pakai helm ini! Keselamatan itu penting apalagi kita akan berjalan-jalan naik motor,” ucapnya dengan masih memasang wajah datarnya.
Kiara masih diam saja tidak bergeming. Agam langsung naik ke motornya kemudian meminta Kiara duduk di jok belakang bersamanya.
Tidak berapa lama kemudian Agam sudah berada di jalanan bersama Kiara. Dengan pelan Agam mengendarai motornya namun Agam jengkel karena Kiara masih tidak mau memeluknya.
Agam dengan kesal langsung menarik gasnya hingga Kiara yang kaget langsung memeluk tubuh nya.
“Bagus Kiara, itu namanya barulah istri yang baik!” gumamnya lirih.
Agam dengan terus semangat melajukan kendaraan motor gedenya dengan kencang dan membuat Kiara semakin memeluk tubuh suaminya.
“Kak, aku mohon janganlah terlalu kencang aku takut!” ucapnya yang ketakutan sambil terus memejamkan matanya.
“Astaga katanya pendekar wanita? Masa begini saja takut?” ledek Agam kepada Kiara.
“Aku takut kalau dibonceng tapi kalau nyetir aku tidak takut!” ucap Kiara hingga akhirnya Agam tiba-tiba menghentikan motornya kemudian menepikan motornya.
Apa yang tadi kamu bilang? Tidak takut kalau nyetir di depan? Baguslah kalau begitu kamu gantikan aku. Kamu yang ada di depan,” ucap Agam yang langsung turun dari motornya.
Kemudian Kiara beringsut ke depan dengan yang mengemudikan motornya dia. Agam langsung naik di boncengan belakang. Agam nampak tersenyum puas bisa ngerjain Kiara.
Setelah mesin motor menyala Agam langsung memanfaatkan moment itu dan memeluk Kiara dengan erat dan kepalanya disandarkan dibahu Kiara.
“Kak! janganlah kau manfaatkan kesempatan ini dengan seperti ini. Lihatlah hampir semua orang yang berpapasan dengan kita memperhatikan kita!” ucap Kiara dengan keras tapi Agam pura-pura tidak mendengarkannya.
Karena jengkel tidak didengarkan oleh Agam, Kiara langsung melajukan kendaraannya dengan kencang, hingga Agam ketakutan kalau terjatuh.
“Kiara kau pelankan dikit motornya! Ingat kita belum merasakan surganya dunia!” ucap Agam memberi peringatan pada Kiara.
“Bodho amaat, saalah kakak kenapa sudah ada tidak pernah mencobanya,” ucapnya lirih tapi tidak terdengar oleh Agam.
“Plak…,” Agam menampol kepala Kiara hingga akhirnya Kiara mengurangi kecepatan motornya.
Tidak berapa lama kemudian mereka berdua sampai di tempat yang mereka tuju. Kiara memarkirksn kendaraannya dengan aman.
Terimakasih para pembaca yang setia, atas kontribusi anda dalam memberikan komentar, like, hadiah dan votenya. Akankah mereka berdua sudah merasakan benih cinta, kita simak kisah berikutnya ya?