Ku Buang Calon Suamiku

Baru saja selesai mengatur nafas setelah bertemu dengan buaya buntung nya, malah sekarang kedatangan pula ular berbisa yang sangat pandai mengatur bicara. padahal Damera begitu emosi dan rasa nya siap juga mengantam Aira yang sok memasang wajah seolah tanpa dosa, memang luar biasa sekali penampilan penjahat utama ini ketika menemui korban nya.

Kali ini lebih berat untuk menjaga sikap bagi Damera, tadi dengan Danil biasa leluasa mengamuk tanpa batas dan terus menghantam nya agar emosi bisa hilang. tapi kali ini dia tidak bisa, karena Damera juga mengambil peran seolah olah ia tidak tah semua kebusukan sahabat yang sudah sangat ia percayai ini tentu nya.

Padahal rasa nya susah sekali mau bersikap seolah tidak ada apa apa pada wanita yang ada di hadapan nya ini, memang butuh kepandaian yang luar biasa agar bisa bermuka dua. sedangkan Damera tidak bakat dalam hal itu, membuat dia begitu ricuh untuk bersikap pada Aira yang sangat licik ini.

Untung nya Juna memberi kode bahwa dia tidak masalah walau pun mau menunjukan sikap sedang kesal pada Danil, dengan begitu Aira jadi yakin bahwa Mera sedang sangat marah dan tidak berusaha menyembunyikan sesuatu dari nya, sebab di sana mereka berdua pasti sudah berbicara soal penolakan nya Mera ini.

"Astaga, kamu kelihatan sedang marah." Aira memegang tangan Mera.

"Aku emosi lagi karena dia datang, perut ku juga tambah sakit." jawab Damera mengusap keringat di dahi nya.

"Hati hati dengan kandungan mu, nanti malah ada apa apa." Aira ingin tau apa memang sudah di gugurkan kandungan nya Mera.

"Memang sudah ku buang, Aira!" jawab Damera tersenyum kecil.

Seketika Aira tertegun karena memang benar ada nya bahwa anak yang ada di dalam perut Damera sudah tidak ada lagi, benar apa yang tadi Danil katakan dan Mera mengatakan hal itu bukan cuma membohongi Danil saja, sebab dengan Aira dia pun mengatakan hal yang sama.

"Kenapa kau lakukan itu? apa kau berubah pikiran dan tidak mau membesarkan nya!" kaget Aira membuat Mera tersenyum puas.

"Karena aku tidak mau lagi ada kenangan sedikit pun dari dia, sudah cukup semua ini dan aku ingin menata hidup yang baru!" tegas Damera.

"Berarti kau sudah sungguh melupakan Danil ya? masa sih secepat itu, padahal kalian pacaran lama." Aira tersenyum kecil.

"Sekarang mungkin saja belum, namun ku pastikan bahwa bajingan itu tak akan pernah hadir lagi dalam hidup ku! kau tentu mendukung aku kan?" Damera menatap Aira yang masih tertegun heran akan sikap tegas nya Damera sekarang.

Rasanya Damera menjadi sosok yang berbeda hanya dalam waktu tiga malam saja, semua nya langsung berubah dan ia bisa bangkit dari rasa sakit nya. anak yang kata nya mau di pertahan kan pun sudah tidak ada lagi, pertanda Mera memang sungguh ingin membuang kisah Danil dari hidup nya yang sekarang.

"Aira?"

"Ah iya! tentu saja aku mendukung mu, aku cuma tidak menyangka bahwa kau sudah bangkit." angguk Aira.

"Cuma kau yang ku punya sekarang, kau lah teman ku satu satu nya." Mera memegang tangan Aira.

"Kamu tenang saja pokok nya, aku akan terus mendukung keputusan apa pun yang kamu ambil." janji Aira.

Mera berkhayal andai saja Aira memang tulus dan tidak ada sangkut paut nya dengan masalah ini, pasti rasa nya bahagia sekali punya teman yang begitu pengertian. tapi nyata ini cuma harapan Mera saja, Aira tak lebih hanya seorang bermuka dua yang menginginkan semua uang dan juga harta nya Mera.

"Terima kasih ya, kamu baik sekali padaku." Mera tersenyum manis.

"Kayak sama siapa saja sih kamu, kita tuh udah sama sama sejak dulu. walau pun Danil juga teman aku, tapi aku ya jelas belain kamu karena dia yang salah!" Aira menepuk tangan Mera lembut seperti biasa nya saat mereka ngobrol

Padahal rasa nya dalam hati saat ini, Damera ingin membalikan meja ini dengan kasar karena sangking jengkel nya pada Aira yang sangat berbisa ini. tapi dia tidak bisa karena sekarang harus bermain halus, sebisa mungkin akan ia balas orang orang ini tanpa mereka tau bahwa Mera adalah pelaku nya.

...****************...

"Bagai mana, Juna?" Damera menghubungi asisten nya.

"Saat ini aman, mereka sedang ngobrol di cafe dan terlihat Danil agak kesal pada Calista." jawab Juna.

"Bagus, pastikan semua nya berjalan sesuai rencana." ujar Damera.

"Siap, Nona! semua sudah saya siap kan, hanya tinggal menunggu waktu nya saja." Juna menjawab mantap dari telefon.

Di meja nomor dua puluh satu, terlihat Danil dan Calista sedang duduk berdua karena Lista yang memaksa untuk mengajak Danil bertemu. karena kasihan maka Danil pun menemui nya sambil ingin mengatakan bahwa hubungan mereka di akhiri sampai sini saja, karena Danil ingin fokus mengejar Damera dulu yang sekarang menjauh.

"Aku tidak mau lagi kita saling ketemu dan ini yang terakhir kali nya!" tegas Danil.

"Loh kamu enggak bisa begitu ya, Danil! aku tidak mau tau dan kamu harus nikahi aku." Calista mendesak terus.

"Dari dulu sampai sekarang aku tidak akan pernah menikahi kamu!" geram Danil yang muak akan sikap Lista.

"Jangan lari ya kamu, kemarin kamu sendiri yang bilang bahwa akan menikahi aku apa bila harta Mera sudah pindah tangan! sekarang tidak perlu harta dia, karena aku juga dapat bagian dari Papa." Calista mulai berteriak.

"Kau pikir aku bodoh sekali sampai mau menikahi barang bekas seperti mu!" Danil mencibir Calista sinis.

"Apa maksud kamu? aku tidak ada pernah berhubungan dengan pria lain!" elak Calista kesal.

"Mau aku putarkan video nya? jangan berpikir aku ini bodoh sekali, begitu banyak pria yang menyetubuhi mu!" Danil memang tau semua itu.

Calista menyedot orange jus nya agar tidak terlihat panik, Danil pun meminum americano nya sambil menyeringai pada Calista yang berlagak ingin menjebak diri nya. tidak tau saja bahwa Danil pun seorang buaya, tidak bisa mau di akali begitu saja.

"Kok aku nafsu sekali sih melihat dia." batin Danil yang mulai gelisah.

"Anjir, malah kepengen di goyang begini." Calista juga tersentak.

"Mari kita bicara lagi setelah hati tenang." ajak Danil memegang tangan Calista.

"Aku tau maksud kamu apa!" Calista menarik tangan nya.

"Mau enggak nih?" Danil menaikan alis nya sebelah.

Dasar sudah sama sama gatal dan memang tiba tiba saja gairah memuncak naik, maka mereka berdua pun berjalan meninggal kan cafe untuk mencari hotel. Juna yang sudah siap segera mengikuti, sembari senyum tidak lepas dari bibir nya.