Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Ceklek
Tania langsung menyambut Alva dengan senyum menggoda diiringi pakaian haram yang selalu berhasil membuat Alva tidak tahan melihatnya.
"Sayang," Tania memberikan kecupan manis.
"Mm" Alva berjalan kedalam apartemen dan duduk di sofa.
Kenapa dia melihatku biasa saja, batin Tania.
"Sayang bagaimana penampilanku pagi ini?" Tanya Tania sembari mendekati Alva.
Pria itu menatap penampilan Tania yang sedang mengenakan lingerie merah maroon.
Aku tidak bohong tapi kenapa Tania terlihat biasa saja mengenakan pakaian ini, batin Alva.
"Lumayan," jawab pria itu dengan senyum tipis.
Tania memudarkan senyuman nya, sudah cukup dia terlihat bahagia didepan Alva jika responnya hanya begitu saja.
"Sayang ini baru satu hari kau tidur dengan wanita itu tapi kenapa sikapmu sangat berbeda," ucap Tania.
"Berbeda darimana aku masih sama saja Tania."
"Tidak! Kau berubah aku sangat kecewa dengan sikap mu yang seperti ini," ucap Tania berkaca kaca.
"Sayang hey jangan seperti itu, ini hanya perasaan mu saja aku tidak pernah berubah," kata Alva sembari memeluk Tania.
"Aku takut kau akan berpaling dan lepas dari genggaman ku," ujar Tania.
"Tidak sayang lagipula pertunangan kita sebentar lagi bukan jadi mama dan papa ku juga sudah menganggap mu sebagai putrinya."
Alva tidak ada yang bisa mengambil mu dari pelukan ku, batin Tania.
Alva terus memeluk Tania untuk menenangkannya namun pria itu tidak melakukan apapun walau Tania sudah memberikan kode.
"Baiklah aku harus pulang sekarang," ucap Alva.
"Pulang? Kau tidak menginap disini?"
"Tidak Tania ada banyak hal yang harus ku kerjakan."
Apa, aku sudah menyerahkan pekerjaan pada Rain lalu mengerjakan apa? Batin Alva.
"Baiklah aku akan menunggumu datang kembali," ucap Tania sembari melepas pelukannya.
Alva mencium kening Tania lalu bergegas pulang, rasanya apartemen Tania tidak ada kenyamanan sehingga membuatnya ingin pulang walau rumahnya tak kalah sepi.
Tring..tring
Alva melihat ponselnya berbunyi dan dia tersenyum melihat nama yang tertera.
"Halo?"
"Ya sayang kenapa?" Tanya Alva.
"Hay kak," ucap Aliva dari balik sambungan.
"Bagaimana kabarmu kenapa tidak pernah menghubungi kakak mm?"
"Baik kak, Aliva mau saja menghubungi kak Alva tapi kak Alvi melarang, katanya kak Alva sangat sibuk tapi ternyata tidak terlalu sibuk," jawab Aliva.
"Benarkah? Kak Alvi dimana?"
"Ini sedang menguping disamping Aliva."
"Katakan pada kak Alvi untuk mengizinkan mu pindah kerumah kak Alva."
"Hey jangan macam-macam kau ya," saut Alvi dengan cepat.
Alva tersenyum mendengar Alvi, mereka adalah tiga bersaudara yang harmonis. Alvi merupakan putra pertama dan Alva kedua lalu disusul Aliva.
Alvi tidak akan mengizinkan Aliva pergi dari rumah karena Alva saja mereka harus bertengkar beberapa bulan baru Alvi ingin berbicara lagi.
"Ah ya bagaimana kabar mama papa?" Tanya Alva.
"Baik kak tapi mereka sedang berlibur," jawab Aliva.
"Benarkah? Kenapa mereka tidak memberitahuku."
"Karena kau anak pungut," jawab Alvi ketus.
"Cihh!!"
"Sudahlah kenapa kalian bertengkar terus menerus, ah ya kak Alva kapan kapan Aliva pergi ke rumah kakak ya."
Alva berpikir sejenak mengenai keberadaan Laura dirumahnya secara Alvi dan Aliva sangat mengenal Tania jadi apa yang akan ia jelaskan nanti tidak mungkin Alva mengatakan yang sebenarnya.
"Baiklah datang saja."
"Kak Alvi," Aliva menunjukkan panggilan masuk dari seseorang yang membuat keduanya sumringah.
"Kak Alva sudah dulu ya kami ada urusan mendadak," ucap Aliva.
Alva mengangguk walaupun ia ingin bertanya kenapa mereka terlihat antusias memutuskan sambungan namun diurungkan.
"Halo kak Laura," ucap Aliva.
"Aliva maaf mengganggu tapi aku hanya ingin memastikan apakah kau bisa datang ke butik besok untuk membuat ukuran?" Tanya Laura.
"Bisa kak bisa," jawab Aliva.
"Bagaimana dengan pakaian ku?" Saut Alvi.
"Aku sudah merancangnya, akan ku kirimkan gambar nanti jika kau menyukainya datang saja bersama Aliva," jawab Laura.
Alvi mengangguk sembari tersenyum.
"Sebentar aku akan menunjukkan gambar mentahnya," Laura berjalan menuju meja sebelah.
Alvi mengambil ponsel Aliva saat melihat cara berjalan Laura yang sedikit pincang.
"Laura kau baik baik saja? Kenapa dengan kakimu?" Tanya Alvi.
"Baik baik saja, ada insiden kecil yang terjadi di rumah," jawab Laura sembari tersenyum tipis.
"Sudah di obati?"
Bagaimana cara mengobatinya aku juga bingung, batin Laura.
Tok..tok..tok
"Sudah ya jangan lupa untuk datang besok sampai jumpa," ucap Laura lalu memutuskan sambungan.
Wanita itu berjalan menuju pintu utama lalu membuka pintu.
"Silahkan masuk," ucap Laura.
Alva mengernyitkan dahi dengan sambutan manis dari Laura, wajah polos dengan coretan hitam diwajahnya membuat gadis itu terlihat semakin cantik.
Alva mengangguk dan mempersilahkan Laura untuk berjalan terlebih dahulu dan saat wanita itu berjalan Alva langsung memegang lengan Laura.
"Ada apa dengan kakimu kenapa pincang?" Tanya Alva.
"Tadi terkilir sedikit," jawab Laura.
"Aiihhh kau ini!" Alva langsung mengangkat tubuh Laura dan mendudukkannya di sofa.
"Mana yang sakit?" Tanya Alva sembari memeriksa kaki Laura.
Alva meletakkan ke-dua kaki Laura diatas pangkuannya lalu melihat mata kaki wanita itu memerah.
"Kenapa bisa terkilir dan terkilir dimana?" Tanya Alva.
"Aku mengenakan hak sepatu terlalu tinggi dan lantainya sedikit licin jadi aku terkilir didepan pintu," jawab Laura.
"Ckk!!" Alva membuka dan membuang sepatu yang membuat kaki itu lecet.
Alva terus memijit sembari meniupnya hingga Laura merasa dia tidak pantas berada diposisi itu.
Untuk pertama kalinya aku merasa dijadikan ratu, batin Laura.
"Alva ini tidak terlalu sakit nanti juga akan sembuh," ucap Laura.
"Diam! Ini salahmu bagaimana jika program kehamilan terganggu hanya karena kau ceroboh," kata Alva ketus.
Dan pada akhirnya aku memang tidak pantas disebut sebagai ratu karena aku hanya peran pembantu dalam hubungan seseorang, batin Laura.