NovelToon NovelToon
HAMIL ANAK CEO : OBSESI IBU TIRI

HAMIL ANAK CEO : OBSESI IBU TIRI

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Ibu Tiri / Pelakor jahat / Nikahmuda / Selingkuh
Popularitas:876
Nilai: 5
Nama Author: EkaYan

Dikhianati sahabat itu adalah hal yang paling menyakitkan. Arunika mengalaminya,ia terbangun di kamar hotel dan mendapati dirinya sudah tidak suci lagi. Dalam keadaan tidak sadar kesuciannya direnggut paksa oleh seorang pria yang arunika sendiri tak tahu siapa..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EkaYan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dilema

Langkah gontai membawa Arunika kembali ke kamar kostnya. Udara Yogyakarta siang itu terasa pengap, seolah ikut merasakan beratnya beban di hatinya.

Informasi tentang Roy benar-benar membuatnya terpukul. Bukan hanya karena pria itu tidak bisa diharapkan, tetapi juga karena kenyataan bahwa ia telah berhubungan dengan seorang suami dan calon ayah. Rasa jijik pada dirinya sendiri semakin menggerogoti.

" Tadi Arsen kesini Nika..kamu gak bilang sama dia kalo mau pergi..?" Yuli berdiri di belakang indah.

" Enggak Yul..aku lagi pengen sendiri "

" Kamu kenapa Nika..aku lihat akhir akhir ini seperti kurang sehat.? Mau aku kerokin.?"

" Enggak usah Yul ..aku habis dari klinik. Sebentar lagi juga sembuh "

" Oh ..ya udah ..kalo ada apa-apa cerita ya.!"

Yuli dan Nika adalah sama sama pendatang di kota ini, Yuli bisa merasakan bagaimana sulitnya hidup jauh dari keluarga, apalagi Nika baru kehilangan ibunya. Sebagai seorang teman Yuli ingin membantu.

Sesampainya di kamar, Nika merebahkan diri di kasur lusuhnya. Air mata kembali mengalir tanpa bisa dicegah. Ia merasa begitu bodoh dan naif.

Bagaimana bisa ia sebodoh itu hingga terjebak dalam situasi seperti ini?

Namun, di tengah keputusasaannya, ia kembali teringat pada bayi yang dikandungnya. Malaikat kecil tak berdosa yang kini menjadi bagian dari dirinya. Demi dia, Arunika harus kuat. Ia tidak boleh terus meratapi nasib. Ia harus bangkit dan mencari jalan keluar.

Sesuai rencananya, besok pagi ia akan pergi ke rumah sakit ibu dan anak. Selain untuk memeriksakan kandungannya, ia juga ingin bertanya kepada dokter atau pihak rumah sakit mengenai kemungkinan untuk menitipkan bayinya pada orang tua asuh setelah lahir.

Ia tidak ingin membebani Arsen lebih jauh, dan ia juga sadar bahwa ia belum siap secara mental dan finansial untuk menjadi seorang ibu tunggal.

Malam itu, Arunika mencoba memejamkan mata, berharap esok hari akan membawa sedikit pencerahan. Namun, bayangan wajah Roy dan istrinya yang sedang berbahagia terus menghantuinya. Ia merasa seperti benalu dalam kebahagiaan orang lain, meskipun ia adalah korban dalam situasi ini.

Keesokan harinya, Arunika bangun dengan mata sembap namun dengan tekad yang lebih bulat. Setelah membersihkan diri dan berpakaian sederhana, ia berpamitan pada Yuli yang tampak prihatin dengan keadaannya.

"Nika, kamu yakin nggak apa-apa pergi sendiri?" tanya Yuli dengan nada khawatir.

Arunika mengangguk lemah. "Iya, Yul. Aku harus kuat."

Yuli menggenggam tangan Arunika sejenak. "Kalau ada apa-apa, kabari aku ya."

"Pasti," jawab Arunika sambil tersenyum tipis.

Dengan langkah pelan namun pasti, Arunika menuju halte bus. Perjalanan ke rumah sakit terasa begitu panjang dan melelahkan.

Di dalam bus yang penuh sesak, ia terus mengelus perutnya yang masih rata. "Kamu harus kuat ya, Nak. Ibu akan melakukan yang terbaik untukmu," bisiknya dalam hati.

Sesampainya di rumah sakit, Arunika langsung menuju bagian pendaftaran dan mengambil nomor antrean untuk poli kandungan.

Sambil menunggu gilirannya, ia memperhatikan ibu-ibu hamil yang lain dengan tatapan sendu. Mereka tampak bahagia dan didampingi oleh suami tercinta.

Sebuah pemandangan yang kontras dengan keadaannya.

Setelah menunggu cukup lama, namanya akhirnya dipanggil. Dengan jantung berdebar, Arunika memasuki ruang pemeriksaan.

Dokter kandungan wanita yang tampak ramah menyambutnya dengan senyuman.

Setelah melakukan pemeriksaan USG, dokter menjelaskan kondisi kehamilannya yang masih sangat awal namun sehat. Arunika mendengarkan dengan saksama setiap penjelasan dokter, berusaha mencerna semua informasi yang diberikan.

Setelah selesai pemeriksaan, Arunika memberanikan diri untuk menyampaikan maksudnya yang sebenarnya.

"Dokter... maaf, saya ingin bertanya sesuatu," kata Arunika dengan suara pelan.

"Iya, Mbak, ada yang bisa saya bantu?" jawab dokter itu lembut.

Arunika menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Saya... saya sedang hamil di luar nikah. Dan saya merasa belum siap untuk menjadi seorang ibu. Apakah di sini ada informasi mengenai adopsi atau orang tua asuh?"

" Mbaknya sudah memberi tahu ayah bayi ini? Barangkali dia mau bertanggungjawab!"

"Saya sudah bertanya padanya Dok..dan dia tidak mau bertanggung jawab, dia malah menyuruh saya untuk menggugurkan bayi ini. " Yah Nika bisa saja menggugurkan janinnya tapi ketakutan akan Dosa dan resiko yang ditanggung selalu menghantui.

Dokter kandungan itu menghela napas pelan mendengar penuturan Arunika. Ia sudah seringkali menemui kasus serupa.

"Saya mengerti, Mbak. Itu bukan keputusan yang mudah. Di rumah sakit ini, kami memiliki bagian konseling dan pekerja sosial yang bisa membantu Mbak dalam situasi ini. Mereka memiliki informasi mengenai prosedur adopsi dan juga program orang tua asuh."

"Apakah saya bisa bertemu dengan mereka, Dok?" tanya Arunika dengan nada penuh harap.

"Tentu saja bisa, Mbak. Sebentar saya panggilkan pekerja sosial kami. Beliau yang akan menjelaskan lebih detail mengenai opsi-opsi yang ada," jawab dokter sambil menekan tombol interkom di mejanya.

Tak lama berselang, seorang wanita berjilbab dengan wajah teduh memasuki ruangan. "Assalamualaikum, Dokter. Ada yang bisa saya bantu?" sapanya ramah.

"Waalaikumsalam, Bu Amel. Ini Mbak Arunika, beliau ingin berkonsultasi mengenai kemungkinan adopsi atau program orang tua asuh," jelas dokter.

Bu Amel mengangguk dan tersenyum lembut pada Arunika. "Mari, Mbak, kita bicara di ruangan saya saja agar lebih nyaman."

Arunika mengikuti Bu Amel keluar dari ruang pemeriksaan dokter menuju sebuah ruangan yang lebih tenang dan privat. Di ruangan itu, Bu Amel mendengarkan dengan sabar cerita Arunika, sesekali memberikan anggukan tanda mengerti.

Setelah Arunika selesai bercerita, Bu Amel menjelaskan berbagai hal terkait adopsi dan program orang tua asuh. Ia menerangkan mengenai persyaratan, prosedur, serta dukungan yang bisa diberikan oleh pihak rumah sakit dan yayasan terkait.

"Untuk program orang tua asuh, biasanya ada keluarga yang bersedia menampung dan merawat bayi Mbak setelah lahir hingga proses adopsi selesai atau sampai Mbak merasa siap untuk merawat sendiri. Mereka akan memberikan kasih sayang dan kebutuhan dasar bayi Mbak," jelas Bu Amel.

Arunika mendengarkan dengan saksama, mencoba mencerna setiap informasi yang diberikan. Hatinya terasa sedikit lebih ringan mendengar adanya pilihan seperti itu.

"Bu Amel, saya mau tanya... apakah orang tua asuh akan membiayai kebutuhan kehamilan saya sampai melahirkan? Jujur, sekarang hal ini yang memberatkan saya!" tanya Arunika dengan nada cemas.

Bu Amel mengangguk penuh pengertian. "Pertanyaan yang bagus sekali, Mbak Arunika. Mengenai pembiayaan selama kehamilan, ini bisa bervariasi tergantung pada kebijakan yayasan atau keluarga calon orang tua asuh yang bersedia membantu. Beberapa yayasan memang memiliki program dukungan finansial untuk ibu hamil yang berencana menitipkan anaknya, terutama untuk biaya pemeriksaan rutin dan persalinan."

Bu Amel melanjutkan dengan hati-hati, "Namun, penting untuk dipahami bahwa fokus utama program orang tua asuh adalah kesejahteraan bayi setelah lahir. Meskipun demikian, kami akan berusaha menjembatani komunikasi antara Mbak dan calon orang tua asuh. Jika ada keluarga yang memiliki kemampuan dan kerelaan untuk membantu biaya kehamilan, tentu itu akan sangat baik. Ini akan menjadi bagian dari kesepakatan yang akan dibicarakan lebih lanjut."

"Jadi, tidak ada jaminan ya, Bu, kalau biaya kehamilan saya akan ditanggung?" tanya Arunika, sedikit merasa harapannya menciut.

"Betul, Mbak. Tidak ada jaminan pasti. Tetapi, kami akan mengupayakan yang terbaik. Kami akan mencatat kebutuhan Mbak dan menyampaikan hal ini kepada calon orang tua asuh yang potensial. Selain itu, kami juga akan menginformasikan jika ada program bantuan lain dari rumah sakit atau lembaga sosial yang bisa Mbak manfaatkan selama kehamilan," jawab Bu Amel dengan nada menenangkan.

"Lalu, bagaimana proses untuk bertemu dengan calon orang tua asuh itu, Bu?" tanya Arunika lagi, mencoba mencari kejelasan.

"Setelah Mbak mantap dengan pilihan ini, kami akan membantu mempertemukan Mbak dengan keluarga-keluarga yang telah melalui proses seleksi dan dinyatakan layak menjadi orang tua asuh. Pertemuan ini akan menjadi kesempatan bagi Mbak untuk mengenal mereka lebih dekat, bertanya, dan melihat apakah ada kecocokan hati. Keputusan akhir tetap berada di tangan Mbak," jelas Bu Amel.

"Apakah saya boleh meminta waktu untuk memikirkannya lagi, Bu?" tanya Arunika, merasa banyak informasi yang perlu ia pertimbangkan.

"Tentu saja boleh, Mbak Arunika. Ini adalah keputusan besar dan penting. Mbak berhak untuk mempertimbangkan segala sesuatunya dengan matang. Kami akan selalu siap membantu dan menjawab pertanyaan Mbak jika ada hal lain yang ingin diketahui," jawab Bu Amel dengan senyum tulus.

Arunika merasa sedikit lega mendengar jawaban Bu Amel. Setidaknya, ada harapan meskipun tidak pasti mengenai bantuan biaya kehamilan. Yang terpenting baginya saat ini adalah memastikan bayinya akan mendapatkan keluarga yang baik dan penuh kasih sayang.

"Terima kasih banyak, Bu Amel. Penjelasan Ibu sangat membantu," ucap Arunika dengan tulus.

"Sama-sama, Mbak Arunika. Jangan ragu untuk menghubungi kami kembali jika Mbak sudah mengambil keputusan atau jika ada hal lain yang perlu didiskusikan. Kami di sini untuk mendukung Mbak," kata Bu Amel.

Setelah pertemuan itu, Arunika keluar dari ruangan Bu Amel dengan pikiran yang lebih tenang namun juga penuh pertimbangan. Ia menggenggam erat hasil USG di tangannya, menatap gambar janin kecil yang kini menjadi sumber kekuatan sekaligus kebimbangannya. Perjalanan ini masih panjang, namun setidaknya ia tidak merasa sendirian lagi.

Ada orang-orang yang bersedia membantunya menemukan jalan terbaik untuk dirinya dan calon buah hatinya.

1
partini
wah temen lucknat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!