NovelToon NovelToon
Perjalanan Menuju Surga Abadi

Perjalanan Menuju Surga Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Morning Sunn

Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 18: Konsolidasi Roh Semu dan Ujian Medan Magnet Qi

Langit Kota Abadi Fana diselimuti kabut tipis ketika pagi menjelang.

Namun bagi Yu Chen, hari itu terasa lebih berat dari biasanya.

Ia berdiri di depan salah satu toko batu roh di distrik selatan.

Penjaga toko — pria paruh baya berjubah hitam — menatap wajahnya dengan pandangan dingin.

“Maaf, Tuan, transaksi menggunakan Batu Roh dengan segel ini tidak lagi kami layani.”

Yu Chen menatap sekilas cincin penyimpanan di tangannya. Batu-batu roh di dalamnya masih utuh, tapi lambang kecil yang dulu berwarna biru kini berubah menjadi merah.

Tanda Daftar Hitam.

“Sejak kapan aturan itu berlaku?” tanyanya datar.

“Perintah baru dari Aliansi Perdagangan Wilayah Timur,” jawab penjaga itu. “Nama Anda terdaftar di bawah sanksi Sekte Naga Hijau. Mohon jangan menciptakan masalah.”

Yu Chen tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya berbalik dan berjalan keluar dari toko, langkahnya pelan namun matanya tajam.

Ia sudah menduganya — sejak insiden di Paviliun Langit Terbuka, Sekte Naga Hijau tidak akan membiarkan wajahnya bebas berkeliaran.

Kini, bahkan sistem perdagangan resmi pun menutup pintunya.

“Jadi, aku benar-benar mulai menjadi bayangan,” gumamnya pelan.

Menjelang malam, Yu Chen tiba di distrik barat kota — tempat di mana Qi spiritual lebih gelap dan udara berbau besi.

Dengan teknik penyembunyian aura dari Ning Rou, ia memasuki gang sempit yang berakhir di halaman kecil berisi sumur tua.

Dari balik bayangan, sosok berjubah putih muncul dengan langkah ringan.

“Ning Rou.”

Wanita itu menatapnya cemas, lalu menarik napas panjang. “Kau bodoh sekali datang ke sini dalam kondisi ini. Sekte Naga Hijau sudah menaruh kepalamu di daftar buruan internal.”

Yu Chen menatapnya serius. “Aku tidak punya pilihan. Aku butuh tempat latihan yang aman. Setiap toko dan paviliun sudah menolak aku.”

Ning Rou menatapnya lama, lalu membuka gulungan kecil dari lengan bajunya.

“Kalau begitu, satu-satunya tempat yang mungkin bisa kau gunakan adalah Lembah Magnet Qi.”

“Lembah Magnet Qi?”

“Itu tempat aneh di luar barat kota. Medan Qi-nya tidak stabil, seperti medan magnet yang saling bertabrakan. Banyak kultivator yang mencoba berlatih di sana dan mati karena tekanan energinya.”

Yu Chen mengerutkan alis. “Kau ingin aku berlatih di tempat yang bisa membunuhku?”

Ning Rou menatapnya dalam-dalam. “Tidak. Aku ingin kau berlatih di tempat yang tidak bisa ditemukan oleh Paviliun Langit Gelap.”

Ia terdiam. Ada kebenaran pahit di balik kata-kata itu.

“Lembah itu bisa membantumu membuka sisa meridianmu. Tapi ingat, jangan serakah. Sekali saja kau kehilangan kendali, tubuhmu bisa meledak dari dalam.”

Yu Chen mengangguk. “Aku mengerti.”

Sebelum pergi, Ning Rou menatapnya lagi, kali ini dengan suara pelan. “Yu Chen… kalau kau bertahan hidup dari lembah itu, jangan kembali ke kota ini. Dunia sudah mulai memperhatikanmu.”

Dua hari kemudian, di bawah langit mendung, Yu Chen tiba di pinggiran Lembah Magnet Qi.

Dari kejauhan, lembah itu tampak seperti jurang raksasa dengan kabut ungu kehijauan yang naik dari dasarnya.

Petir kecil sesekali menari di udara, meski tak ada awan hujan.

Begitu ia melangkah masuk, rambutnya langsung berdiri karena arus Qi yang melonjak tak beraturan.

Setiap hembusan angin membawa getaran listrik halus yang menusuk kulit.

“Qi di sini... bukan dari satu sumber. Ia saling bertabrakan seperti dua aliran sungai,” gumamnya.

Ia berjalan ke tengah lembah, lalu duduk bersila di atas batu besar.

Aura naga di tubuhnya berputar lembut, menyesuaikan ritme dengan Qi liar di sekitarnya.

Dengan perlahan, ia mulai menjalankan Teknik Naga Mengubah Tulang — memaksa tubuhnya menahan tekanan Qi, sambil mengaktifkan Nada Hening Pedang Jiwa dari Jurus Pedang Abadi Kesembilan.

Qi dari lembah mengalir masuk melalui pori-porinya, keras dan menyakitkan.

Seolah ribuan jarum menembus setiap meridian yang belum terbuka.

Tubuhnya bergetar. Keringat mengalir deras.

Namun ia tidak berhenti.

“Qi ini... tidak murni, tapi kuat. Jika aku bisa menjinakkannya, aku bisa membuka jalur Qi ke seluruh tubuhku.”

Ia menutup mata, memusatkan kesadarannya.

Di dalam tubuhnya, meridian-meridian yang dulu tertutup mulai bergetar.

Namun tiba-tiba, rasa sakit menusuk hebat.

Aliran Qi liar memaksa masuk, menghancurkan jalur yang belum siap. Darah mengalir dari sudut bibirnya.

Dalam pikirannya, suara bisikan terdengar lagi — suara yang dulu muncul di Ujian Jiwa.

“Ambil jalan cepat… gunakan energi itu… gunakan kekuatan naga sepenuhnya…”

Bayangan hitam muncul di balik pikirannya, menawarkan kekuatan instan yang menggoda.

Yu Chen menggertakkan gigi.

“Tidak… aku tidak butuh kekuatan yang menelan jiwaku sendiri.”

Dengan teriakan keras, ia menyalurkan seluruh Qi Pondasi Spiritual-nya, menekan energi gelap itu.

Kristal naga di dadanya bergetar, lalu memancarkan cahaya keemasan yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

Crack!

Satu meridian terbuka.

Lalu satu lagi.

Dan satu lagi.

Dalam hitungan menit, suara “retakan” spiritual terdengar beruntun, seperti rantai yang putus.

Udara di sekitar bergetar, dan badai Qi kecil terbentuk di atasnya.

Tahap 8 — Pembukaan Meridian.

Tubuhnya memancarkan aura stabil namun kuat, seperti naga yang baru terbangun dari tidur panjangnya.

Namun sebelum ia sempat bernapas lega, langkah ringan terdengar di antara kabut lembah.

Seorang pria muda berjubah hitam dengan senyum dingin muncul dari balik kabut.

“Indah sekali,” katanya pelan. “Kau benar-benar menaklukkan lembah ini sendirian, Yu Chen.”

Yu Chen berdiri, menatap waspada. “Mu Feng.”

Pria itu tersenyum lebar, menatapnya seperti pemburu yang akhirnya menemukan mangsanya.

“Tenang saja, aku tidak datang untuk membunuhmu,” katanya. “Sebaliknya, aku ingin menawarkan kerja sama.”

Yu Chen tidak menjawab. Tangannya sudah berada di gagang pedangnya.

Mu Feng mengangkat tangannya dengan santai.

“Paviliun Langit Gelap tidak butuh nyawamu, hanya warisanmu. Kau tahu itu, bukan? Dengan warisan naga di tubuhmu, kami bisa membuka gerbang Sekte Timur Langit yang terkubur.”

Yu Chen menatapnya dingin. “Kalau begitu, kau harus melewati pedangku dulu.”

Mu Feng tersenyum tipis.

“Sepertinya aku sudah menduga jawaban itu.”

Ia melempar benda kecil ke tanah. Sebuah artefak spiritual berbentuk cakram berwarna ungu berdenyut aneh. Begitu menyentuh tanah, medan Qi di sekitar mereka menjadi kacau.

Batu-batu terangkat ke udara. Udara bergetar hebat.

“Coba bertahan di dalam Medan Magnet Terbalik ini kalau bisa,” ejek Mu Feng.

Yu Chen menghunus pedangnya. Aura pedang keemasan keluar pelan, mengiris udara.

Ia menarik napas panjang, lalu menjalankan Nada Hening Pedang Jiwa.

Saat pedangnya bergerak, getaran spiritualnya menyatu dengan Qi liar lembah.

Gelombang suara halus menyebar seperti musik lembut — tapi di baliknya ada kekuatan yang mampu menembus daging dan tulang.

Serangan Mu Feng berbalik arah, terpental oleh tekanan spiritual pedang itu.

Namun sebelum pertempuran memuncak, Mu Feng melompat ke belakang dan tersenyum.

“Bagus. Sekarang aku tahu kenapa kami mencarimu.”

Ia mundur perlahan, meninggalkan satu gulungan kecil di tanah.

Yu Chen menatapnya curiga.

“Apa ini?”

“Petunjuk menuju Batu Roh tingkat tinggi. Di wilayah utara. Jika kau ingin naik ke Ranah Jiwa Baru Lahir… kau akan pergi ke sana. Dan di sanalah kami akan menunggumu.”

Mu Feng berbalik, menghilang ke dalam kabut.

Yu Chen berdiri sendirian di tengah lembah, tubuhnya masih bergetar karena medan magnet yang belum reda.

Ia menatap gulungan di tanah.

“Perangkap… atau peluang.”

Ia mengambil gulungan itu perlahan.

Lalu menatap langit lembah yang berwarna ungu kehijauan.

“Baiklah, Paviliun Langit Gelap,” katanya pelan. “Kita lihat siapa yang benar-benar mengendalikan nasib.”

Cahaya keemasan samar muncul dari pedangnya, memantul di matanya — tajam, fokus, dan tak lagi ragu.

1
sitanggang
diawal namanya siapa berubah jd siapa 🤣🤣
sitanggang
buruknya terlalu banyak tingkatan dan namanya gak jelas
Nanik S
Jadikanlah cerita ini lebih hidup
Nanik S
NEXT
Nanik S
Darah boleh sama tapi perjalanan hidup dan waktu pasti berbeda
Nanik S
Cuuuuuuus#t
Nanik S
Akhirnya Mu Feng dan Bsi Luang pergi juga
Nanik S
Laaaanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya bagus tapi kurang hidup
Nanik S
Lanjutkan terus
Nanik S
Dunia Beku... berarti hamparan Es
Nanik S
Siapakah yang menatap Yu Chen diatas langit
Nanik S
Siap mengambil Kunci ke Tiga
Nanik S
Bai Luang.... ternyata msh mengejar Yu Chen
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
kalau bayangan Yu Chen bisa bertarung.. hebat sekali seperti Klon
Twilight: terimakasih ya kak sudah membaca novel saya😄🙏
total 1 replies
Nanik S
Mu Feng apakah masih mengejar lagi
Nanik S
Sungguh bagus ceritanya
adi ambara
dalam tak sedar..dirinya sombong yg tak kelihatan walau dirinya sendiri...org yg sombong tak bisa berfikiran jernih..
Nanik S
Naik Tingkat... Yu Chen.. musuhmu selalu mengejsrmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!