"Kaila terpaksa menukar seragam sekolahnya dengan status istri rahasia seorang CEO arogan demi sebuah wasiat. Di dalam menara kaca yang dingin, ia harus bertahan di antara aturan kaku sang suami dan ancaman para musuh bisnis yang siap menghancurkan hidupnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Kaila si Nyonya Muda
Ceritakan kepadaku sebelumnya jika kau memang berniat untuk mempermalukan seluruh keluarga ini dengan perilaku rendahmu di sekolah.
Adnan melangkah maju dengan aura yang sangat mencekam hingga bayangannya menutupi tubuh mungil Kaila yang sedang gemetar hebat di tengah ruangan.
Tatapan matanya yang semula protektif kini berubah menjadi sangat dingin dan sangat menusuk hingga ke dasar relung hati Kaila yang paling dalam.
"Tuan, saya bersumpah bahwa foto itu sama sekali tidak benar dan saya tidak pernah melakukan hal sehina itu," rintih Kaila dengan suara yang nyaris hilang.
Ia merasakan seluruh tenaganya seolah tersedot keluar saat melihat wajah mertuanya yang nampak sangat merah padam menahan amarah yang meledak meledak.
Kaila mencoba meraih lengan jas Adnan untuk meminta sedikit kepercayaan namun pria itu justru menarik tangannya dengan gerakan yang sangat kasar dan sangat menghina.
Di atas meja kaca yang berkilau, foto rekayasa itu seolah tertawa mengejek ke arah Kaila yang kini sedang berada di titik terendah dalam hidupnya.
"Bukti sudah terpampang nyata di depan mata, dan kau masih berani menyangkalnya dengan wajah polosmu itu?" bentak sang mertua dengan nada yang sangat merendahkan.
Wanita paruh baya itu melemparkan selembar kertas kontrak pernikahan mereka ke arah wajah Kaila hingga sudut kertasnya menggores pipi gadis itu sedikit.
Kaila hanya bisa mematung sambil merasakan perih yang mulai menjalar di pipinya namun rasa sakit di hatinya jauh lebih mendominasi saat ini.
Ia menyadari bahwa statusnya sebagai Kaila si nyonya muda hanyalah sebuah gelar kosong yang tidak memiliki kekuatan apa pun untuk melindunginya dari fitnah kejam.
"Singkirkan gadis ini dari hadapanku sekarang juga sebelum aku memanggil pihak keamanan untuk menyeretnya keluar," perintah sang ibu kepada Adnan.
Adnan tidak mengucapkan sepatah kata pun melainkan ia justru mencengkeram pergelangan tangan Kaila dengan sangat kuat hingga gadis itu memekik tertahan.
Ia menyeret Kaila keluar dari ruang tamu utama menuju arah lobi dengan langkah yang sangat lebar dan sangat tidak memedulikan rasa sakit yang diderita istrinya.
Kaila tersaruk saruk mengikuti langkah Adnan sambil terus berusaha menghapus air mata yang terus jatuh jatuh membasahi seragam sekolahnya yang sudah nampak sangat kusut.
"Sakit, Tuan Adnan, tolong lepaskan tangan saya karena Anda sedang menyakiti saya dengan sangat hebat," tangis Kaila pecah di koridor yang sunyi.
Adnan akhirnya berhenti tepat di depan pintu mobil yang sudah terbuka lebar dan menghempaskan tubuh Kaila ke dalam kursi belakang dengan sangat kasar.
Ia menutup pintu kendaraan tersebut dengan dentuman yang sangat keras hingga membuat telinga Kaila terasa berdenging dan kepalanya menjadi sangat pening.
Pria itu kemudian masuk ke sisi lain dan memberikan perintah kepada supir untuk segera melajukan kendaraan meninggalkan kediaman keluarga Dirgantara yang angkuh itu.
"Kau pikir aku akan percaya begitu saja pada air mata buayamu itu setelah melihat foto yang sangat memuakkan tadi?" tanya Adnan dengan nada sangat rendah.
Kaila hanya bisa meringkuk di sudut kursi sambil memeluk tas sekolahnya yang terasa sangat berat karena penuh dengan rahasia dan penderitaan yang bertubi tubi.
Ia menatap keluar jendela kaca yang gelap dan melihat bayangan dirinya yang nampak sangat menyedihkan dan sangat tidak berdaya sebagai seorang istri kontrak.
Keheningan di dalam mobil mewah itu terasa jauh lebih menyiksa daripada teriakan mertuanya tadi karena ia merasakan kebencian yang nyata dari pria di sampingnya.
"Siapa laki laki yang ada di dalam foto itu, dan apa hubunganmu sebenarnya dengan dia di sekolah?" desak Adnan sambil mencengkeram rahang Kaila.
Kaila terpaksa menatap sepasang mata elang yang kini nampak sangat kelam dan sangat dipenuhi oleh api cemburu yang dibalut dengan kemarahan besar.
Ia ingin menyebutkan nama Rio namun ia teringat akan ancaman Adnan yang akan menghancurkan masa depan sahabatnya tersebut jika ia sampai terlibat masalah.
Ketakutan yang sangat besar kini mulai merayap di dalam benak Kaila karena ia menyadari bahwa kejujuran mungkin akan membawa petaka bagi orang lain yang tidak bersalah.
"Saya tidak mengenalnya, mungkin itu adalah orang lain yang sengaja mengambil gambar saya dari sudut yang salah," dusta Kaila dengan bibir yang gemetar.
Adnan mendengus sinis lalu melepaskan cengkeramannya dan memalingkan wajahnya ke arah lain seolah olah ia tidak sudi lagi melihat wajah Kaila yang penuh kebohongan.
Gadis itu merasa hatinya hancur berkeping keping karena satu satunya orang yang ia harapkan bisa menjadi pelindungnya kini justru menjadi hakim yang paling kejam baginya.
Ia meraba kalung pemberian Adnan di balik seragamnya dan merasa benda itu kini terasa sangat panas dan sangat mencekik lehernya hingga ia sulit untuk bernapas.
"Besok aku akan datang ke sekolahmu dan aku sendiri yang akan mencari tahu siapa laki laki itu melalui rekaman kamera pengawas," ujar Adnan dengan sangat dingin.
Kaila tersentak hebat saat mendengar rencana tersebut karena ia tahu bahwa kedatangan Adnan ke sekolah akan memicu masalah baru yang jauh lebih besar lagi.
Ujian sekolah dan tekanan rumah yang datang secara bersamaan seolah olah sedang berusaha untuk menenggelamkan jiwanya ke dalam dasar samudra yang sangat dalam.
Ia hanya bisa berdoa di dalam hati agar ada sebuah keajaiban yang bisa menyelamatkan nasibnya dan nasib kakeknya dari badai yang akan segera menerjang hari esok.