Tragedi menimpa Kenanga, dia yang akan ikut suaminya ke kota setelah menikah, justru mengalami kejadian mengerikan.
Kenanga mengalami pelecehan yang di lakukan tujuh orang di sebuah air terjun kampung yang bernama kampung Dara.
Setelah di lecehkan, dia di buang begitu saja ke dalam air terjun dalam keadaan sekarat bersama suaminya yang juga di tusuk di tempat itu, hingga sosoknya terus muncul untuk menuntut balas kepada para pelaku di kampung itu.
Mampukah sosok Kenanga membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak bisa memutar waktu
Malam itu seperti biasanya Sigit menyelinap ke rumah Kenanga setelah dia memastikan semua orang tertidur, dia juga membawa helaian rambut Kenanga yang sudah dia bersihkan dan dia simpan di kotak bersama jepit rambut yang sudah rusak karena terinjak itu.
"Mas Sigit" panggil Kenanga melambaikan tangannya sambil tersenyum manis di teras rumah panggung miliknya.
"Mas Sigit bawa apa?" tanya Kenanga
"Apa ini milikmu?" tanya Sigit menyodorkan kotak itu
Kenanga membukanya dengan antusias, tapi senyumnya seketika hilang setelah membuka kotak itu, dia menatap Sigit dengan tatapan datar dan menutup kembali kotak itu sambil memunggungi Sigit.
"Kenanga, apa yang terjadi di hari itu? Tolong cerita padaku supaya aku bisa menolongmu" bujuk Sigit
"Tidak" jawab Kenanga pelan
"Dirga tidak meninggalkan kamu kan? Dia sama dengan kamu tapi mungkin dia masih hidup dan itu sebabnya dia tidak di sini bersama kamu" tanya Sigit
"Dia meninggalkan Kenanga, meninggalkan Kenanga" jawab Kenanga terlihat kesal
"Tapi jam tangannya aku temukan di sungai itu, sungai yang mengarah langsung ke air terjun Dara, apa kamu juga ada di sana?" tanya Sigit tak takut sama sekali meski sekarang Kenanga mulai berubah ke sosok aslinya.
Sosok perempuan berpakaian pengantin putih yang basah, rambutnya juga basah dan keningnya penuh dengan darah, bahkan darahnya sampai mengotori pakai pengantinnya yang berwarna putih.
"Mas Sigit tidak mau pergi seperti orang orang itu setelah melihat Kenanga seperti ini?" tanya Kenanga
"Tidak, aku tidak takut padamu, kamu tetap Kenangaku yang cantik, yang lugu dan..."
"Kenanga sudah tidak ceria lagi seperti dulu mas, semuanya sudah di renggut dari Kenanga, cinta, kepercayaan, perlindungan bahkan rasa hormat, semuanya Kenanga berikan pada ayah mas Sigit tapi dia mengkhianati semuanya, Kenanga menganggap dia sebagai seorang ayah, seorang juragan yang baik dan begitu terhormat, tapi dia menghancurkan hidup Kenanga, dia membuat Kenanga seperti ini" jawab Kenanga
"Apa maksud kamu?" tanya Sigit tak mengerti
Kenanga lalu mengusap wajah Sigit hingga dia tertidur pulas, Kenanga akan memperlihatkan bagaimana bejatnya Wisnu sudah membuat hidup Kenanga hancur.
Dalam alam bawah sadar Sigit.
Beberapa bulan sebelum pernikahan Kenanga.
"Kenapa aku tiba tiba ada di rumah, lalu kenapa ini siang hari bukankah tadi masih malam" gumam Sigit yang tiba tiba saja berada di rumahnya, dan duduk di sofa ruang tamu rumahnya.
"Mas Sigit! Kenapa ambil jepit rambut Kenanga, rambut Kenanga jadi berantakan!" pekik Kenanga yang sedang berlari ke arah luar rumah Wisnu sambil membawa sapu di tangannya.
"Kenanga...." gumam Sigit tak percaya
Dia di bawa Kenanga ke kejadian beberapa bulan sebelum Kenanga menikah dan masih bekerja di rumahnya sebagai asisten rumah tangga.
"Hahaha... Rambut kamu mirip mbak Kunti di pohon delima depan" ledek Sigit yang suaranya terdengar di luar halaman rumah Wisnu.
"Mana ada kuntilanak di pohon delima" ketus Kenanga
"Ada, ini di depanku" jawab Sigit tertawa lagi karena Kenanga kembali mengejarnya
Sigit keluar dan bisa melihat Kenanga sedang mengejar Sigit yang berlari kesana kemari dengan membawa jepit rambut Kenanga, dan Kenanga mengejarnya dengan masih menggenggam sapu di tangannya. Sigit tanpa sadar terkekeh melihat kejadian itu bisa dia saksikan secara langsung.
"Sigit! Apa yang kamu lakukan! Jemput Zainab sekarang juga, katanya dia mau membeli peralatan menjahit" ucap Wisnu yang muncul di belakang Sigit, mengagetkan Sigit yang sedang melihat pemandangan dirinya yang sedang bahagia bersama Kenanga.
"Sejak dulu bapak memang pengganggu" gerutu Sigit
"Sigit akan ke sana langsung pak" jawab Sigit memberikan jepit rambut Kenanga dan mengacak rambutnya sebelum pergi.
"Kenanga kemari" panggil Wisnu
"Iya juragan, apa juragan mau minum kopi?" tanya Kenanga menunduk sopan
"Sigit memang keterlaluan, rambut kamu jadi berantakan, sini aku bantu pakaikan jepit rambut itu" ucap Wisnu
"Tidak perlu juragan, saya bisa sendiri" jawab Kenanga tapi Wisnu meminta Kenanga berbalik dan dia memakaikan jepit rambut itu di rambut Kenanga meski Kenanga menolak.
"Rambut kamu bagus, wangi juga dan lembut" ucap Wisnu mengecup rambut Kenanga tanpa sepengetahuan Kenanga
"Padahal Kenanga panas panasan juragan" ucap Kenanga yang kemudian berbalik
Sigit melotot melihat perlakuan ayahnya itu pada Kenanga yang lebih mirip perlakuan seorang lelaki pada orang yang dia sayangi.
"Kamu cantik, masih muda dan pastinya masih bisa memiliki keturunan, Kenanga..."
"Iya juragan"
"Kamu mau tidak jadi istri keduaku? Aku akan membahagiakan kamu dan menjaga kamu" Tanya Wisnu membuat Kenanga dan Sigit terkejut bahkan Sigit sampai mundur beberapa langkah saking tidak percayanya.
"Juragan... Saya... Maafkan saya juragan, saya tidak bisa, saya menghormati juragan sebagai orang tua saya sendiri, jadi tidak mungkin saya..."
"Tidak apa apa, aku hanya menyampaikan keinginan Dasih saja, dia bilang dia kasihan sama kamu yang hidup sendirian, jadi ingin kamu jadi madunya" ucap Wisnu berbohong
"Jadi ini keinginan ibu Dasih?" tanya Kenanga dan Wisnu mengangguk
"Maaf, saya tidak bisa menerima itu, juragan juga pasti berat menyampaikan ini pada saya karena juragan begitu mencintai ibu Dasih" ungkap Kenanga
"Kamu benar, aku melakukan semua ini karena Dasih" jawab Wisnu mengusap rambut Kenanga dan memeluknya
Kenanga yang saat itu hanya menganggap perhatian Wisnu sebagai seorang ayah sama sekali tidak menolak pelukan itu, bahkan dia tersenyum lembut karena merasa Wisnu juga tidak sakit hati dengan penolakannya.
"Buatkan aku kopi, dan bawa ke ruang kerjaku" ucap Wisnu setelah melerai pelukannya
"Baik juragan" jawab Kenanga pergi ke arah dapur dengan masih di tatap Wisnu.
"Wangi tubuhmu itu seperti candu Kenanga, tak seperti Kenanga tapi kamu seperti mawar yang sedang tumbuh, begitu wangi dan aku yang akan mencicipinya pertama kali bagaimanapun caranya" gumam Wisnu menghirup wangi rambut Kenanga yang masih tersisa di tangannya.
"Bapak bajingan! Kamu sudah menampar ku karena aku mencintai Kenanga tapi kamu sendiri mengincarnya! Kamu bapak yang memalukan!" bentak Sigit di depan wajah Wisnu yang sama sekali tidak melihatnya.
Srak.
Sedetik kemudian Sigit sudah kembali berada di hutan tempat dia pingsan karena di pukul, dia melihat dirinya tergeletak tak berdaya dan Dirga yang sedang berusaha menyelamatkan Kenanga dari orang orang yang memakai topeng di wajahnya, bahkan perut Dirga sampai di tusuk dan di injak agar dia tidak bisa bergerak.
"Mas Dirga!" pekik Kenanga yang langsung membuyarkan lamunan Sigit
Dia berlari kearah pohon besar tempat suara Kenanga berasal, di sana Sigit melihat bagaimana Kenanga sedang di gagahi oleh ayahnya sendiri.
"Anjing kamu Wisnu! Lepaskan Kenanga! Lepaskan dia bajingan!" bentak Sigit yang bahkan tidak bisa menolong Kenanga yang telah tak berdaya di depannya.
"Kenanga! Kenanga! Wisnu sialan lepaskan Kenangaku!" bentak Sigit terus menerjang ke arah Wisnu tapi tubuhnya terus menembus orang orang itu tanpa bisa menyakiti mereka yang sedang tertawa puas melihat ketidakberdayaan Kenanga.
"Wisnu!" teriak Sigit yang sekarang sudah terbangun di ranjang rumah Kenanga
"Hiks... Hiks... Mereka membuang ku dan mas Dirga ke air terjun itu, tubuh mas Dirga hanyut tapi tubuh Kenanga tenggelam ke dasar air terjun itu mas" ucap Kenanga dengan tatapan kosong.
kenanga tutut blasa mu aq mah hayok
menarik di awal bab