NovelToon NovelToon
Shadow Skriptor

Shadow Skriptor

Status: tamat
Genre:Spiritual / Vampir / Tamat
Popularitas:574
Nilai: 5
Nama Author: Yusup Nurhamid

Di bawah cahaya rembulan buatan Mata Samara, terletak Negeri Samarasewu, kota sihir yang diatur oleh hukum yang kaku dan Dewan Lima Bintang yang elitis. Di sinilah Yusuf, seorang pemuda yang bukan penyihir, menjalani hidupnya sebagai Skriptor Bayangan—seorang ahli yang diam-diam menyalin, menerjemahkan, dan memalsukan mantera-mantera kuno untuk para penyihir malas dan pasar gelap. Keahliannya bukan merapal sihir, melainkan memahami arsitekturnya.
​Kehidupan Yusuf yang berbahaya hancur ketika ia tertangkap basah oleh Penjaga Hukum Sihir saat sedang menyalin mantera pertahanan tingkat master yang sangat terlarang: Mantera Pagar Duri Nirwana. Dalam pelariannya, Yusuf terpaksa merapal mantera kabut murahan, sebuah tindakan yang langsung menjadikannya buronan.
​Terjebak di Distrik Benang Kusut, Yusuf bertemu dengan Rumi, seorang makelar licik yang menawarkan jalan keluar. Namun, kebebasan datang dengan harga yang mengerikan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arsitek, Ahli Aliansi, & Dinding Logika

​Kemenangan melawan armada Samarasewu pada akhirnya hanya memberikan Yusuf waktu, bukan kedamaian. Di pagi hari setelah konfrontasi, Pulau Gantung Veridia dipenuhi dengan energi baru—bukan semangat heroik, melainkan kombinasi ketakutan yang terpendam dan rasa hormat yang enggan. Yusuf tahu ia harus bergerak cepat sebelum gelombang Samarasewu berikutnya tiba atau sebelum politik internal Veridia yang kacau kembali menguasai.

​Langkah pertama adalah Rumi. Rumi diikat dengan jaring sulur Nenek Tula dan ditahan di sel sementara di bawah Menara Kristal Cermin. Yusuf menugaskan Nenek Tula untuk menjaga Rumi. "Rumi memiliki memori struktural tentang kode Samarasewu yang tidak dimiliki siapa pun di sini. Dia akan berguna, bahkan jika dia membenciku," kata Yusuf, memberikan Pena Pemberat kepada Nenek Tula. "Pegang ini. Jika dia mencoba berkhianat, gunakan Pena ini untuk menulis mantera penyegelan di sekelilingnya. Jangan ragu."

​Nenek Tula mengangguk, sorot mata tuanya menunjukkan bahwa ia menikmati peran barunya sebagai penjaga yang bersenjatakan alat Arsitek Sihir.

​Yusuf kemudian menghadap Dewan Tetua Reruntuhan di ruang komando. Ona dan anggota dewan lainnya telah berubah sikap. Rasa hormat mereka nyata, dipicu oleh ketakutan akan Korsin yang lolos dan kekuatan Yusuf yang tak terduga.

​"Kita tidak bisa hanya bertahan," tegas Yusuf, menggoreskan skema kasar di atas meja batu dengan sepotong arang, sebuah versi Mantera Asal yang disederhanakan. "Kita akan membangun Mantera Asal Terpadu—sebuah jaringan sihir yang menggunakan Mantera Asal sebagai fondasinya dan Veridia sebagai strukturnya. Kita akan menyalurkan semua sihir liar pulau ke dalam fondasi, menjadikannya satu entitas hidup. Ini akan menjadi Dinding Logika yang tidak bisa dipecahkan atau ditipu oleh sistem Samarasewu."

​Rencana ini disambut dengan keheningan yang panjang. Para Tetua, yang terbiasa menggunakan sihir secara mandiri dan individual, terkejut dengan gagasan kolektivitas dan struktur.

​"Kau ingin kami menyalurkan energi kami ke dalam tanah?" tanya salah satu Tetua, suaranya dipenuhi ketidakpercayaan. "Itu akan membuat kami rentan! Bagaimana jika pulau ini memberontak?"

​"Pulau ini tidak akan memberontak, jika kalian membiarkan aku menjadi Arsiteknya," balas Yusuf. "Aku akan menulis kode yang menjamin keamanan. Tapi aku tidak bisa melakukannya sendiri. Aku butuh tim yang memahami energi liar dan struktur batu."

​Tepat pada saat itu, pintu ruang komando terbuka, dan dua sosok baru melangkah masuk. Mereka dipimpin oleh seorang Tetua yang tampak cemas.

​Yang pertama adalah seorang wanita bernama Azura. Ia adalah seorang Aura-Seer yang cerdik, seorang wanita muda dengan mata yang selalu memancarkan warna viridian yang tenang. Ia tidak merapal mantera secara fisik, tetapi ia memiliki kemampuan unik untuk melihat dan menganalisis aliran energi sihir murni—bahkan kekacauan Kabut Kuno. Di Samarasewu, ia akan menjadi peramal gila; di Peti Mati Benua, ia adalah sensor terhebat. Azura mengenakan pakaian kulit yang praktis dan membawa tas alat yang penuh dengan kristal pengukur dan kawat sihir halus. Sifatnya terstruktur dan analitis, sebuah kontras yang menarik dengan energi liar di sekitarnya.

​Di sampingnya adalah Miyaz. Miyaz adalah kebalikan dari Azura. Ia adalah seorang Penyihir Batu yang bertubuh kekar, dengan tangan yang dipenuhi bekas luka dan debu mineral. Ia bukan seorang Skriptor, tetapi seorang Mekanik Sihir yang memahami bagaimana energi bekerja dalam materi fisik, khususnya bebatuan kuno Veridia. Ia percaya pada kerja keras dan koneksi langsung dengan alam. Sikapnya tenang, bersahaja, dan penuh kesabaran, yang ia gunakan untuk berinteraksi dengan bebatuan Gantung Veridia, yang sebagian besar masih hidup secara sihir.

​"Kami datang karena kami melihat sinyal yang kau buat di menara," kata Azura, matanya yang viridian terpaku pada skema arang Yusuf. "Sinyal itu memiliki keindahan matematis yang gila. Tapi ada beberapa titik panas struktural di skemamu. Mantera yang kau rancang akan menyebabkan Resonansi Balik jika dipicu oleh serangan Korsin yang lebih terorganisir."

​Yusuf mendongak, terkejut. Hanya Skriptor yang sangat ahli atau mereka yang memiliki kemampuan melihat energi murni yang dapat mendeteksi cacat halus itu. "Di mana?"

​Azura melangkah maju, Pena Pemberatnya yang dipegang Nenek Tula bergetar saat ia mendekat. Azura menunjuk ke garis skema yang menghubungkan fondasi pulau ke Menara Kristal Cermin. "Tepat di persimpangan Mantera Gravitasi Gantung pulau ini. Mantera yang kau desain menciptakan alur yang terlalu sempit. Ia akan berfungsi sebagai corong yang dapat meledak jika Korsin menggunakan energi terfokus."

​Miyaz mengangguk setuju, suaranya dalam dan bergetar seperti gempa kecil. "Bebatuan di bawah reruntuhan lama tidak akan mampu menahan tekanan. Aku bisa merasakan urat sihir bebatuan itu retak hanya dari ide ini."

​Yusuf merasakan kegembiraan intelektual yang luar biasa. Akhirnya, ia menemukan orang-orang yang berbicara dalam bahasanya—bahasa arsitektur, struktur, dan energi.

​"Aku butuh kalian berdua," kata Yusuf, segera melupakan Dewan Tetua. "Azura, aku butuh matamu untuk memetakan seluruh jaringan energi liar di bawah pulau—setiap titik panas, setiap kebocoran. Miyaz, aku butuh tanganmu untuk mengukir dan memperkuat urat sihir bebatuan agar Mantera Asal Terpadu dapat mengalir tanpa merobek pulau ini."

​Azura dan Miyaz setuju tanpa meminta imbalan apa pun, termotivasi oleh keindahan tantangan teknis dan keinginan untuk mempertahankan rumah baru mereka dari Samarasewu.

​Dewan Tetua, yang melihat efisiensi dan keahlian ketiga orang ini, akhirnya mundur. Ona, menyadari bahwa kekuatan telah bergeser dari politik ke kompetensi, memberi Yusuf restu yang enggan.

​Proyek Mantera Asal Terpadu dimulai dengan intensitas yang gila.

​Azura segera menjadi mata dan telinga Yusuf. Ia berdiri di berbagai titik tinggi di Veridia, matanya menyala hijau terang saat ia memproyeksikan jaringan energi pulau. Ia melihat sihir Veridia bukan sebagai kekacauan, melainkan sebagai sungai dan delta yang tak terhitung jumlahnya, semuanya mengalirkan energi ke Inti Veridia. Azura memberikan Yusuf data yang paling berharga: Pola Aliran Stabil dari sihir liar, yang memungkinkan Yusuf untuk menulis kode yang tidak menentang, melainkan merangkul kekacauan itu.

​"Ini dia, Yusuf," kata Azura, menunjuk ke sebuah pola yang menyerupai laba-laba raksasa yang bercahaya. "Jika kau menyalurkan energi melalui jalur ini—jalur alami Kabut Kuno—kau tidak perlu membangun fondasi baru. Kau hanya perlu menguatkan jalur yang sudah ada."

​Sementara itu, Miyaz bekerja di kedalaman. Ia adalah mitra Yusuf yang paling penting dalam aspek fisik. Miyaz akan turun ke urat bebatuan yang rapuh, menggunakan palu rune yang berat. Ia tidak merapal mantera; ia mengukir simbol-simbol Amplifikasi Struktural dengan tangannya. Setiap pahatan Miyaz memperkuat batu, mengubahnya menjadi konduktor yang andal untuk Mantera Asal Terpadu.

​"Aku bisa merasakan batu-batu ini bernapas, Skriptor," ujar Miyaz suatu kali, saat ia sedang menyelesaikan sebuah segel amplifikasi. "Mereka senang dengan keteraturan. Mereka lelah dengan kekacauan yang tak berarti."

​Yusuf, di pusat komando di gua lamanya, menggunakan Pena Pemberat untuk menulis kode utama. Berdasarkan data Azura dan fondasi Miyaz, ia mulai merangkai Mantera Simfoni Terpadu. Ini adalah mantera epik, yang terbentang di atas perkamen Mantera Asal. Mantera itu harus memastikan bahwa setiap kali Veridia diserang, setiap helai energi sihir liar di pulau itu akan secara otomatis dialihkan dan digunakan sebagai pertahanan kolektif. Mantera itu juga harus menjamin bahwa tidak ada penyihir individu yang dapat menarik terlalu banyak energi dan membuat pulau menjadi rentan.

​Ini adalah pekerjaan yang menguras pikiran. Yusuf harus menghitung variabel tak terhingga dari setiap penyihir buangan, setiap gelombang Kabut Kuno, dan setiap retakan di batu. Beban mentalnya jauh lebih besar daripada saat ia berurusan dengan birokrasi Samarasewu. Di sana, ia berurusan dengan kebohongan; di sini, ia berurusan dengan kebenaran universal sihir.

​Saat Yusuf tenggelam dalam pekerjaannya, Nenek Tula memberinya pengawasan politik dan psikologis yang penting. Ia memastikan Dewan Tetua tetap patuh dan mengawasi Rumi yang mulai menunjukkan gejala sindrom penarikan sihir karena dipaksa terikat.

​Suatu malam, Rumi memohon kepada Nenek Tula. "Aku bisa membantu Yusuf. Aku tahu bagaimana Korsin akan menyerang selanjutnya. Korsin akan mengirimkan Jarum Sinyal Bayangan—sebuah mantera pelacak yang tidak mengandalkan gelombang eter, tetapi meniru mantera alam Veridia itu sendiri. Jika ia melakukannya, Mantera Asal Terpadu akan melihatnya sebagai bagian dari dirinya dan runtuh!"

​Rumi, dalam keputusasaannya, memberikan informasi yang sangat penting. Itu adalah serangan yang hanya dapat dilakukan oleh seorang penyihir yang sangat mahir, dan hanya dapat diprediksi oleh seseorang yang berbagi pikiran yang sama dengan Korsin.

​Nenek Tula menyampaikan pesan ini kepada Yusuf. Seketika, Yusuf menghentikan Mantera Simfoni Terpadu yang sedang ia tulis. Ia menyadari bahwa Dinding Logiknya memiliki kerentanan fatal terhadap mimikri sihir liar.

​"Azura! Miyaz!" teriak Yusuf melalui saluran komunikasi sihir sederhana yang baru ia buat. "Kita harus memasukkan protokol Filter Mimikri! Miyaz, kita butuh saluran pembuangan energi cepat di selatan—batu di sana terlalu berpori! Azura, aku butuh data tentang mantera badai liar yang paling stabil. Kita akan menggunakan mantera badai itu sebagai template untuk filter kita."

​Pekerjaan mereka berlipat ganda. Yusuf, Azura, dan Miyaz bekerja tanpa tidur, mengubah desain Mantera Asal Terpadu pada menit-menit terakhir. Azura memetakan pola badai Veridia yang paling stabil, dan Yusuf menyalin pola itu ke dalam Pena Pemberat sebagai template filter. Miyaz, dengan palunya, bergegas membangun saluran pembuangan energi darurat untuk mencegah ledakan.

​Saat fajar menyingsing, Yusuf menyelesaikan simpul terakhir dari Mantera Simfoni Terpadu: Protokol Azura-Miyaz. Ia berdiri di Inti Veridia, tempat energi pulau paling pekat.

​Dengan napas yang dalam, Yusuf meletakkan Pena Pemberat di atas titik fokus Inti Veridia dan mengucapkan kata-kata yang bukan kata-kata sihir, melainkan kode penyelesaian.

​Mantera itu aktif.

​Seluruh Pulau Gantung Veridia bergetar, tetapi bukan karena gempa, melainkan karena harmoni. Seluruh energi sihir liar pulau itu, yang tadinya kacau, kini menyatu menjadi satu, berdenyut dengan ritme yang stabil. Mantera Asal Terpadu telah dihidupkan. Yusuf kini telah mengubah seluruh pulau menjadi satu mantera pertahanan raksasa.

​Namun, tepat setelah menyelesaikan mantera itu, Jarum Sinyal Bayangan yang diprediksi Rumi tiba, menusuk lapisan Kabut Kuno. Jarum itu mencoba meniru sihir alam Veridia, namun Mantera Simfoni Terpadu Yusuf, yang kini dilengkapi dengan Filter Mimikri yang didasarkan pada pola badai, segera mendeteksi kesalahan nada pada sihir tiruan itu.

​Sihir pulau itu, alih-alih runtuh, justru bereaksi. Jarum Sinyal Bayangan itu terpental kembali ke arah asalnya dengan kekuatan yang diperkuat, membawa kembali pesan yang jelas kepada Korsin dan Dera: Petir!

​Yusuf tersenyum. Ia telah berhasil. Ia bukan lagi buronan yang bersembunyi di balik mantera palsu. Ia adalah Arsitek Pertahanan Peti Mati Benua, dan ia memiliki tim yang membantunya menulis masa depan yang lebih baik. Namun, ia tahu, Korsin tidak akan menyerah, dan pertarungan sesungguhnya baru saja dimulai.

1
Yusup Nurhamid
bagus
Yusup Nurhamid
waahh tamatt
Yusup Nurhamid
GOOOOODDD👍
Arfan Miyaz
bagus ceritanya
Arfan Miyaz
👍
Fitria Utami
bagus alur nya
Tsukasa湯崎
Mantap jiwa!
Yusup Nurhamid: Terimakasih kk😄
total 1 replies
minan zuhri
Suka alur ceritanya.
Yusup Nurhamid: Terimakasih kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!