Kehilangan akibat peperangan dari pengkhianatan. Membuat Hui Wen juga tiada pada akhirnya. Tapi keinginan yang belum tercapai membawa keluarganya ke dalam kedamaian membuat Hui Wen justru terpanggil ke masa yang begitu jauh dibandingkan masa kelahirannya.
Hui Wen terbangun di raga seorang putri kaya yang ceroboh, b0doh dan suka foya-foya. Akankah Hui Wen dapat beradaptasi dengan cepat dan menjadikan keluarga itu seperti yang diinginkannya?
"Aku harus merubah pesona gadis ceroboh ini!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ular
"Kau pikir aku tuli? Begitu?" Ujarnya tidak terima.
"Aku tidak bilang, kau yang bilang." Balas Sera dengan tenang.
"Kau!" Pria itu menahan diri, tapi kekesalan mulai menghiasi dirinya.
"Aku tidak apa. Silahkan kembali untuk bekerja, perawat." Jelasnya.
"Baik tuan. Saya permisi. Nona, ini sarapannya. Saya pergi dulu."
"Iya." Ujar Sera. Sekarang hanya tinggal mereka berdua.
"Sarapan mu sudah diantarkan. Tunggu apalagi? Apa mau disuapi?"
"Tidak perlu, aku punya tangan sendiri."
"Sungguh? Baiklah! Ayo makan!" Sera melihat sarapan berupa bubur dengan potongan buah dan minuman sari buah. Sedangkan pria itu memilih duduk manis menatap Sera yang berhadapan dengan nya.
"Oh, terasa sepi sekali. Aku akan menonton saja!" Ujarnya yang langsung mengambil remote dan menyalakan benda persegi yang menampilkan gambar dan suara. Sontak, Sera kembali memperhatikan nya, tapi tak lama.
Pria itu duduk menyilangkan kedua kakinya. Dia menyalakan televisi, tapi matanya tertuju pada Sera. Dia memperhatikan wanita dengan rambut panjang itu. Matanya memperhatikan tangan yang menyendok bubur dan memakannya.
'Dia tampak tenang. Tidak seperti biasanya. Apa ada yang salah dengan nya? Aku juga belum bertemu dengan dokter.' batinnya.
Sambil menikmati sarapannya, Sera tau pria dihadapannya itu mengawasinya. Entahlah, sepertinya dia tampak menunggu sesuatu. Mungkin, pemilik tubuh ini akan melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, itu terasa jelas dari perkataan dan sikap pria itu padanya.
"Kalau kau sudah makan dengan lahap. Tampaknya kau akan pulang dengan cepat."
"Hmmm, memang mau kemana lagi?"
"Ahahahaha, kau bertanya? Aku pikir kau akan jawab. Kau tentunya sudah tau jawabannya. Kau akan kemana, kau kan tidak butuh kami. Tapi teman-teman mu itu! Aku bahkan malas membicarakan nya...."
"Kalau begitu tidak perlu dibahas! Katakan yang penting saja." Sela Sera.
"Aku rasa kepalamu memang bermasalah."
"Kalau itu terjadi, mungkin akan lebih mengeluarkan banyak biaya." Ujar Sera membuat pria itu diam.
"Kalau bukan karena mengingat mu sebagai adikku.... Sudah ku....."
"Sudah apa? Kalau bicara jangan setengah-setengah. Kau ini laki-laki, bukan begitu kakak?" Balas Sera tak lupa sambil menatap mata pria dengan manik abu-abu itu.
"Kalau begitu perhatikan bicara mu dan juga sikapmu!" Tekannya.
"Baiklah, lagipula aku tidak melakukan apapun. Justru kakak yang melakukan sesuatu sejak tadi. Kecerobohan, dan juga asal bicara dan mencari masalah. Kita bisa tanyakan pada perawat, dan tentunya kepala kakak memiliki daya ingat yang baik!"
"Baiklah, kita lihat."
"Terserah!" Balas Sera sambil memperbaiki posisinya.
"Mommy dan Daddy akan datang. Kalau bisa.... Jangan membuat ulah lagi. Mereka sudah pusing dengan tingkah mu! Apa kau tau, sekolah..." Melihat tatapan Sera, pria itu jadi diam. Entahlah, tatapan ini tampak berbeda.
'Sejak kapan, dia memiliki tatapan itu?'
"Turunkan tatapan mu!" Ujarnya.
"Kalau begitu turunkan juga nada bicara dan kurangi kata-kata dari mulutmu!" Sera masih belum menurunkan tatapannya, dan mau tidak mau pria yang merupakan kakak Sera memilih mengalah.
"Kali ini, aku......"
"Kakak!" Entah suara siapa lagi, pintu terbuka. Manik Sera melihat seorang gadis dengan pakaian yang aneh baginya. Terlihat pendek dan tidak menutupi bagian penting tubuhnya.
"Halo kak Sera. Aku senang melihat mu sudah sadar, aku kesini ingin....."
"Lihat, aku bawakan kue untukmu. Ada toko kue yang baru buka. Kau pasti suka kak." Ujarnya kembali sambil membawakan kue dengan wajah bahagia, tapi Sera melihatnya berbeda.
'Aku merasa berhadapan dengan ular.'
"Letakkan saja di meja, aku akan makan nanti. Aku sudah sarapan." Perkataan Sera langsung membuat wanita itu berhenti.
"Baiklah kak." Wanita itu berbalik dan dia meletakkan kotak kue itu dengan senyuman tipis.
"Kak Xander, apa kakak sudah makan?"
"Ya, bagaimana dengan mu?" Sera melihat interaksi keduanya.
"Belum kak. Sebenarnya...."
"Kalau begitu kita makan. Ayo! Kakak temani!"
"Tapi kak Sera....."
"Dia i....."
"Pergi saja, aku tidak akan bisa mengisi perut mu atau perut kalian berdua sekaligus! Dan tidak perlu menatap ku! Silahkan pergi, apa setiap langkah kalian harus izin dariku?" Jelas Sera membuat keduanya saling memandang dengan kebingungan.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🙏
semoga ketahuan n di gagalin