Andreas Wilton sudah terlahir dingin karena kejamnya kehidupan yang membuatnya tidak mengerti soal kasih sayang.
Ketika Andreas mendengar berita jika adik tirinya akan menikah, Andreas diam-diam menculik mempelai wanita dan membawa perempuan tersebut ke dalam mansion -nya.
Andreas berniat menyiksa wanita yang paling disayang oleh anak dari istri kedua ayahnya itu, Andreas ingin melihat penderitaan yang akan dirasakan oleh orang-orang yang sudah merenggut kebahagiaannya dan mendiang sang ibu.
Namun, wanita yang dia culik justru memberikan kehangatan dan cinta yang selama ini tidak pernah dia rasakan.
“Kenapa kau peduli padaku? Kenapa kau menangis saat aku sakit? Padahal aku sudah membuat hidupmu seperti neraka yang mengerikan”
Akankah Andreas melanjutkan niat buruknya dan melepas wanita tersebut suatu saat nanti?
Follow instagramm : @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Para Mafia
Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua siang, panas matahari amat terik sampai membakar kulit yang terkena sinarnya langsung. Di halaman depan, dua mobil hitam berhenti nyaris bersamaan, mereka seperti melakukan balap liar di kawasan sepi itu. Suara mesin merendah dan berhenti total, menyisakan denting angin yang berputar di sela-sela pepohonan tinggi.
Dari kendaraan pertama, seorang pria bertubuh tegap dan berjas abu-abu berpotongan tajam turun. Rambutnya gelap dengan potongan rapi khas mafia Eropa Selatan, dan sebatang cerutu menggantung santai di sudut bibirnya. Wajahnya tampan tapi keras—Arthur Bellucci, pria keturunan Italia-Jerman, sahabat sekaligus sekutu lama Andreas Wilton. Di dunia bawah, namanya melegenda sebagai Il Farmacista—pemilik jaringan peredaran obat-obatan terlarang terbesar di Eropa Timur.
Dari mobil kedua, seorang pria jangkung berjas kulit panjang keluar. Ia berwajah tirus, dengan sorot mata tajam seperti pisau bedah yang selalu siap memotong siapa pun yang mencoba mendekat. Rambut pirangnya diikat ke belakang, dan tangan kirinya membawa koper logam kecil. Dialah Dimitri Volkov, mantan dokter militer asal Rusia yang kini memiliki klinik ilegal tersembunyi di pinggiran kota, tempat jual-beli organ tubuh manusia berlangsung seperti transaksi pasar ikan.
Mereka disambut oleh Richard, yang segera membungkuk sopan.
“Tuan Arthur. Tuan Dimitri. Tuan Andreas menunggu di ruang pertemuan.”
Arthur mengangguk, meniup asap cerutunya. “Semoga Andreas tidak sedang dalam suasana hati yang terlalu diplomatis. Aku datang untuk bicara... bisnis berdarah.”
Richard tak menjawab, hanya mempersilakan mereka masuk melewati lorong batu panjang dengan lukisan-lukisan tua menghiasi dindingnya.
Di ruang bawah tanah yang menjadi salah satu markas, Andreas duduk di kursi besar berbahan kulit hitam di ujung meja panjang. Matanya dingin, mengenakan setelan gelap dengan kemeja yang tak dikancingkan sepenuhnya. Tangan kanannya masih dililit perban tipis, bekas luka dari duri mawar pagi tadi.
Saat kedua tamunya masuk, ia tidak langsung berdiri. Hanya mengangkat gelas kristal berisi bourbon dan menyesapnya pelan.
“Tepat waktu seperti biasa,” ucap Andreas datar.
Arthur menarik kursi dan duduk tanpa menunggu undangan, melemparkan cerutunya ke asbak antik di tengah meja. “Aku selalu tepat waktu untuk pertemuan yang bisa menyelamatkan bisnis kita.”
Dimitri duduk tanpa banyak bicara, membuka kopernya dan mengeluarkan sebuah tablet, menyalakan layar dengan peta digital dan beberapa data.
Andreas meletakkan gelasnya. “Aku anggap kalian sudah tahu tentang Barack.”
“Ya,” kata Arthur. “Mantan petinggi interpol yang dibuang ke Amerika Latin, kembali dengan niat busuk. Kami mendapat laporan ia membentuk semacam... aliansi bayangan. Berniat menggulingkan kita satu per satu.”
Dimitri menyela dengan aksen khas Rusia-nya. “Dia tidak sendiri. Ada setidaknya tiga mantan jaksa dan seorang jurnalis investigasi yang ikut di belakangnya. Mereka mengincar bukti. Rekam medis, transaksi pengiriman, bahkan dokumen properti.”
Andreas menyilangkan tangan. “Dan kita tahu Barack bukan hanya ancaman biasa. Dia punya koneksi ke militer dan beberapa pejabat bersih. Kalau kita tidak hati-hati, satu celah bisa jadi lubang maut.”
Arthur mencondongkan tubuh ke depan. “Kau tahu apa yang membuatku benci orang semacam Barack? Mereka merasa bisa menyelamatkan dunia. Padahal mereka hanya pengkhianat sistem yang kita bentuk dengan darah dan uang.”
Dimitri mengangguk. “Idealisme tidak bisa membeli nyawa. Tapi uang bisa.”
Andreas bangkit dari duduknya, berjalan pelan ke arah lemari yang memajang kepala tengkorak yang dia koleksi sebagai pengisi ruangan . “Aku tidak suka bergerak gegabah. Tapi kali ini, kita harus menghantam duluan.”
Arthur tersenyum miring. “Itu musik di telingaku.”
Dimitri mengusap dagunya. “Aku bisa memberikan satu nama. Asisten Barack. Seorang wanita muda. Dia menyimpan data dalam chip kecil, tertanam di liontin yang selalu dia pakai. Ambil itu, dan kita bisa melacak semua pergerakan Barack dalam enam bulan terakhir.”
Andreas berbalik. Matanya tajam. “Di mana dia sekarang?”
“Barcelona,” jawab Dimitri. “Hotel kecil di dekat pelabuhan tua. Tapi dia dijaga ketat oleh dua mantan marinir.”
Arthur menepuk tangan. “Kebetulan aku punya orang di sana. Keluarga kecil yang bisa membuat dua marinir itu tampak seperti anak sekolah.”
Andreas menatap kedua sahabatnya, lalu berjalan kembali ke meja. “Kalau begitu, kita akan mulai dari sana. Tapi bukan hanya data yang kita cari. Aku ingin Barack merasa terancam. Aku ingin dia tahu bahwa kita tidak hanya bisa bertahan... kita bisa membalas.”
Andreas menurunkan suaranya, seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri, tapi cukup jelas agar dua sekutunya menangkap maksudnya.
“Kalau kita hanya mencuri datanya, dia akan sembunyi. Tapi kalau kita membuat salah satu orang kepercayaannya menghilang tanpa jejak… itu akan menanam ketakutan. Rasa was was yang akan membunuhnya pelan-pelan.”
Arthur menyeringai, menyilangkan kaki. “Aku suka pendekatan psikologis ini. Mencekik sebelum menusuk. Tapi aku tetap bilang, pada akhirnya, Barack harus lenyap. Kita tidak bisa membiarkan seseorang seperti dia hidup terlalu lama. Sisi positif lainnya, Dimitri juga akan mendapat bonus dengan menjual organ tubuhnya"
Dimitri mengetuk layar tabletnya beberapa kali, lalu memutar gambar wajah sang asisten—wanita muda berambut hitam pendek, dengan ekspresi tenang tapi sorot mata penuh tekad.
“Namanya Elena Cruz. Mantan analis intelijen. Dia bukan sekadar pion. Barack percaya padanya. Kalau dia hilang, Barack pasti bereaksi. Dan di sanalah kita bisa menunggu.”
Andreas menyipitkan mata, lalu menunjuk layar. “Kita culik dia. Tapi jangan bunuh dulu. Aku ingin tahu sejauh mana dia tahu... dan siapa saja yang terlibat. Kalau kita beruntung, kita bisa pakai dia sebagai umpan.”
Arthur berdiri, menghampiri meja dan menunjuk peta. “Aku bisa kirim anak buahku ke hotel itu malam ini. Mereka akan menyamar sebagai pasangan turis. Diam-diam masuk, lumpuhkan penjaga, dan bawa dia keluar lewat jalur belakang. Ada terowongan bekas saluran air di bawah pelabuhan. Kita bisa manfaatkan itu.”
Dimitri menambahkan, “Kalau kalian bisa bawa dia ke zona netral, aku punya tempat di Praga. Aman, tersembunyi, dan... kedap suara.”
Andreas mengangguk perlahan. “Baik. Arthur, kirim tim terbaikmu. Dimitri, siapkan ruangan interogasi. Kita akan mulai permainan ini!”
Ia mengangkat gelas bourbon-nya sekali lagi. “Untuk awal dari berakhirnya Barack.”
Arthur dan Dimitri pun mengangkat gelas masing-masing.
“To blood and business,” ujar Arthur.
“To silence and secrets,” sambung Dimitri.
Andreas tersenyum tipis. “Kita akan mencetak sejarah lagi, tunjukkan dengan siapa mereka berhadapan, dan malaikat maut mana yang akan mereka pilih!"
Segelas alkohol itu habis dalam satu tegukan, dilanjutkan suara nyaring antara gelas dan meja yang saling beradu.
Tetapi kesenangan itu tak bertahan lama sampai Richard datang tanpa diundang, memberi informasi seputar Mistiza.
"Maaf menganggu waktu anda semua, tetapi saya ingin menyampaikan jika Nona Mistiza baru saja jatuh pingsan"
Sontak Arthur dan Dimitri menatap Andreas bersamaan dengan kening berkerut dan rasa penasaran yang tinggi.
come cari tau masa sekelas anda yg power full ga bisa kan ga lucu