"Aku bersumpah akan membalas semua penghinaan dan rasa sakit ini."
Tivany Wismell, seorang penipu ulung dari dunia modern bertransmigrasi ke zaman peradaban China kuno. Mengalami ketidakadilan dan nasib yang tragis, Tivany menolak menyerah dan akan membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sekutu
Meyleen melotot terkejut, tidak percaya jika bujukannya akan secepat ini berhasil. Wei sendiri menatap Meyleen dengan malas, dia jadi kesal karena respon kaget dan takut Meyleen ini terlambat sekali.
"Bodoh." Umat Wei lirih.
Meyleen langsung nyengir canggung, dia buru-buru mengambil kunci borgol dan membuka borgol satu persatu. Setelah semua borgol terlepas Meyleen tersenyum cerah dan_____
Greb
Ukhhh
Dia di cekik sangat kuat oleh Wei, Meyleen memang sengaja pura-pura lengah tapi siapa sangka dia jadi lengah sungguhan. Cekikan itu sangat kuat apalagi tangan Wei ini besar dan jarinya panjang. Mencekik leher kurus kering kerontang Meyleen seperti sedang membunuh ayam.
"Kan aku sudah bilang tadi, kau bodoh." Ucap Wei menatap Meyleen menakutkan.
"Kau pikir aku akan langsung percaya dengan bualanmu itu jalang. Kau pasti wanita yang di kirim oleh bajingan itu kan? akan ku buat kau mati dengan menyedihkan seperti para wanita sebelumnya." Ucap Wei menatap tajam.
"Anjir salah langkah nih, gimana ya? masa mati sia-sia padahal udah setengah jalan?." Batin Meyleen berpikir keras.
Meyleen yang merasa kepalanya kesemutan karena darah mulai berhenti mengalir akibat cekikan Wei. Tersenyum dengan susah payah, dia mengulurkan tangannya yang lemas mengelus wajah Wei yang sialnya masih mulus dan plumpy.
"Anjay dia pasti rutin pake skincare." Batin Meyleen.
Meyleen terus tersenyum dan mengelus rahang Wei dengan penuh kehangatan. Wei merasa terhipnotis dengan sentuhan tangan kecil Meyleen di wajahnya, dia sedikit mengendurkan cekikannya dan menatap Meyleen dengan heran.
Meyleen langsung berusaha duduk dan mempertahankan senyum hangatnya, dia memeluk tubuh besar Wei dengan perasaan ketar-ketir.
"Anjir hampir aja mati gue." Batin Meyleen.
Meyleen memeluk Wei dengan hangat, dia bisa melihat lebih jelas begitu banyak luka cambuk dan sayatan pedang di tubuh Wei. Meyleen jadi merasa kasihan, meskipun cukup kesal juga karena sempat di cekik tadi.
"Uhukk...uhukkk.."
Meyleen terbatuk-batuk masih sambil memeluk Wei, dia baru bisa bernafas dengan benar setelah Wei melepaskan cekikan nya. Wei bahkan merasakan bagaimana darah kembali mengalir pada kepalanya yang sempat kesemutan.
Greb
Uhuekkkk
Baru saja bernafas lega, Wei membalas pelukan Meyleen tanpa memperkirakan tenaganya. Meyleen nyaris saja memuntahkan jeroannya karena penyet.
"Kau mau membunuhku ya?." Sungut Meyleen kesal.
"Ya." Wei terlalu jujur.
"Uhuk... aduh... sudahlah, ayo cepat kita pergi hari sudah malam dan pelayanku menunggu di luar kedinginan." Ucap Meyleen teringat Soso.
"Kau masih sempat memikirkan orang lain?." Heran Wei.
"Karena dia satu-satunya alasanku bertahan di rumah keramat itu. Ayo berdiri." Meyleen mengulurkan tangannya, mau membantu Wei berdiri.
Sratt
GEDABRUKK
"Kau niat membantu atau tidak." Wei merasa muak karena Meyleen terlalu letoy.
Dia sendiri yang ingin mengulurkan tangan untuk menolong, tapi tidak kuat menarik dan jatuh menimpa yang ingin di tolong. Meyleen merasa malu jadi dia buru-buru berdiri dan menunggu Wei di samping pintu penjara saja.
"Sialan, aaakhhhh." Batin Meyleen malu.
Wei berdiri berpegangan pada tembok dan jeruji besi. Begitu berdiri tegak Meyleen mendongak terperangah, merasa baru saja menjinakan raksasa.
"Jangan bilang gue stunting??!!." Batin Meyleen syok.
Setelah Wei berdiri, dia memang sangat tinggi. Bahkan pintu penjara hanya seleher Wei, Meyleen yang cacingan itu tingginya hanya sebatas ketiak Wei.
"Wihh keteknya ada bulunya, jarang-jarang Pangeran keteknya buluan. Yang di bawah sana gimana ya? lebat juga ngga nih kira-kira." Batin Meyleen melihat kemana-mana.
Wei keluar lebih dulu lalu di susul Meyleen, penjaga langsung bersiap dengan senjata mereka takut Wei tiba-tiba menyerang mereka. Meyleen menggandeng lengan Wei karena takut juga tiba-tiba dia kesetanan dan mengulur waktu semakin banyak.
Sampai di luar ternyata masih ada banyak orang, melihat Meyleen yang datang menggandeng lengan raksasa besar menakutkan membuat mereka semua tertegun. Siapa sangka mempelai kali ini tidak mati, bahkan berhasil membawa Wei keluar dengan tenang.
Soso yang melihat itu langsung menatap penuh syukur dan air mata bahagia, dia sudah nyaris menyerah tapi untunglah nona nya baik-baik saja. Kaisar bersama para selir dan keluarga nya melihat dengan tatapan terkejut.
"Sepertinya cukup sulit bagimu ya, melihat bekas cekikan di lehermu." Sarkas Kaisar.
"Ahahahahha yang mulia bisa saja, tadi kami memang sedikit menggunakan gaya brutal untuk malam pertama di penjara. Ternyata gaya di cekik cukup menyenangkan." Meyleen pura-pura salting.
Wei bahkan melotot syok, ucapan tidak senonoh apa yang di katakan orang gila di sebelahnya ini. Kaisar sendiri terlihat syok, tidak menyangka dengan jawaban Meyleen.
"Ekhem... oh sepertinya Kakak ketiga menemukan tipe wanita yang di sukai ya. Cukup unik juga seleramu Kak, selamat atas pernikahan mu ya." Ucap Kaisar tersenyum mengejek.
"Apa ada yang salah dengan fisik saya? saya benar-benar meminta maaf jika fisik saya jelek. Tapi tidak apa-apa karena suami saya tampan, anak kami juga pasti tampan dan cantik nantinya." Ceplos Meyleen, banyak bicara.
"Ohooo, memiliki anak ya? rencana yang manis." Kaisar menatap Meyleen dengan tatapan peringatan.
"Ken__mphhh
Wei membungkam mulut Meyleen yang akan terus bicara itu, Wei sendiri tau Pengasingan dan pernikahan hanyalah alibi. Kaisar saat ini hanya ingin menyingkirkan Wei di perjalanan nantinya, memberikan pernikahan sebelum di bunuh adalah hal sarkas untuk memenuhi kesenangannya sendiri.
"Aku akan memberikan sedikit belas kasih untukmu, kau bisa mandi dan makan dulu sebelum pergi." Ucap Kaisar, lalu pergi dari sana.
Meyleen memanggil Soso untuk mendekat, Soso mendekat dan langsung memeluk Meyleen. Sungguh dia nyaris minum racun karena takut Meyleen sudah terbunuh di bawah sana.
"Berhenti menangis dasar cengeng, aku tidak apa-apa." Ucap Meyleen tersenyum hangat.
"Hiks.... syukurlah huhuhu." Soso menangis sampai matanya bengkak.
Meyleen dan Wei di pandu untuk pergi ke istana milik Pangeran ke-3 dulu, di sana mereka di perbolehkan mandi dan memakai pakaian sederhana tanpa perhiasan apapun. Mereka juga diperbolehkan makan makanan enak, terasa perhatian tapi justru ini sangat menyedihkan.
Mandi dan makan makanan enak sebelum mati itu sudah biasa pagi para tahanan. Meyleen melihat Wei yang sudah mandi dan memakai pakaian bersih merasa terpana, ternyata memang tampan. Bahkan rambutnya sudah di sisir dan di ikat rapih tidak gimbal lagi.
Mereka makan dengan senyap, mengikuti semua alur yang ada. Sampai saat ini Wei dan Meyleen tidak memiliki rencana, karena membahas rencana di kandang musuh sama saja dengan bunuh diri. Soso menunggu di gazebo luar, dia juga mendapat makanan enak karena dia juga pasti akan ikut terbunuh bersama junjungan nya.
Meylin sudah menyembunyikan jepit dan tusuk rambut emas di tempat dupa dekat gerbang istana. Dia sedang berpikir bagaimana cara mengambilnya lagi nanti, semoga saja masih bisa diambil karena dia tidak ingin menyerah dan langsung mati.
"Kematian di depan mata, kabur bukan hal yang mudah. Tapi tidak mungkin aku di lahirkan kembali hanya untuk mati, aku yakin keberuntungan masih berjalan bersamaku." Batin Meyleen.
ayo segera bangkit untuk balas dendam pada semua nya
Btw semangat othor buat menghasilkan karya2 yg luar biasa lainnya😊😊😊😊