Banyak Typo 🙏🏻 Sedang Proses Revisi. Terima kasih ❤️
"Maafkan aku Mas, jika selama ini aku membuatmu tersiksa dengan pernikahan ini. Selama 2 tahun aku berusaha menjadi istri yang sempurna untukmu, melakukan apa yang aku bisa agar membuatmu bahagia. Tapi ternyata, itu semua sia-sia dan tidak bisa membuatmu mencintaiku, aku menyerah Mas! menyerah untuk segalanya, berbahagialah dengan wanita yang kau cintai. Aku akan pergi dari kehidupanmu, dan semoga takdir tidak akan pernah mempertemukan kita kembali, dengan alasan apapun."
Itulah yang di katakan Rana pada lelaki yang menikahinya 2 tahun silam.
Hatinya hancur, setelah mengetahui jika Seno tidak pernah mencintainya dan menjalani pernikahan dengan penuh tekanan. Hingga akhirnya Mereka memutuskan untuk berpisah.
Setelah 4 tahun berpisah, Takdir kembali mempertemukan mereka.
Banyak cerita dan tragedi yang mengiringi pertemuan mereka kali ini.
🍁🍁🍁
Mohon dukunganny
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Yang Terjadi Dengan Seno 4 Tahun Yang Lalu?
Selamat! Membaca 🤗
🍁🍁🍁🍁
Lima jam sudah berlalu, terhitung sejak Seno memberikan saran untuk para dokter.
Dan selama itu juga, belum ada satupun bantuan datang dalam bentuk apapun.
Rana dan dokter Vir yang cemas, masih menatap tanah lapang berharap ada helikopter yang mendarat di sana.
Waktu semakin berlalu dan hari pun sudah semakin sore.
"Dokter, bagaimana ini?"tanya Rana.
Dokter Vir meraih tangan Rana.
"Tenang, kita masih memiliki harapan."
"Tapi, sepertinya bantuan benar-benar tidak akan datang dok."Ucap Rana, lesu.
Dokter Vir juga meyakini itu, namun Ia tetap ingin berpikir positif, dan berharap jika bantuan akan segera datang.
Sementara dokter Wahyu, yang saat ini berada di tenda. Juga diliputi dengan rasa kecemasan. Hari sudah semakin sore bahkan menjelang gelap namun bantuan yang ia yakini belum kunjung menampakkan diri. Dokter Wahyu juga bolak-balik untuk memeriksa kondisi Bella.
Di tenda tim SAR.
Seno yang sejak tadi berada di sana, tengah merenungi sikap Rana yang sangat membencinya.
Tapi ia masih mencoba menghubungi kantor pusat, ia ingin segera meninggalkan tempat ini agar tidak perlu lagi membuat Rana kesal jika kebetulan bertemu dengannya.
Dan yang lainnya masih melakukan aktivitas pencarian seperti biasa. Seharusnya hari ini tim Seno ditarik oleh kantor pusat, karena akan digantikan tim lain, namun sepertinya itu gagal di lakukan. Karena komunikasi yang terputus.
Di dalam tenda. Bella berada, dokter Wahyu semakin terlihat panik dengan keringat sebesar biji jagung membasahi seluruh wajahnya.
Dia panik karena degup jantung Bella semakin melemah, dan anak itu sudah tidak merespon sentuhan apapun.
"Lidya? Panggil dokter Vir?"teriaknya menggema.
"Ada apa Dok? Apa terjadi sesuatu pada Pasien?"
"Sudah! Cepat, panggil dokter Vir."
"Baik."
Lidya berlari menuju di mana dokter Vir berada. Dan tanpa buang-buang waktu dokter Vir dan Rana bergegas memasuki tenda.
Vir langsung memeriksa keadaan anak itu, dan dia pun merasakan ketakutan serta kecemasan sama seperti dokter Wahyu, setelah mendapati Bella benar-benar lemah.
"Tidak, ada cara lain. Kita bawa Bella, ke Rumah sakit kota sebelah. Tolong kabarin tim SAR, untuk mempersiapkan semuanya."Pinta Vir.
"Walaupun aku tahu ini tidak akan berhasil." Batin Vir.
"Baik dok,"sahut Rana, yang sudah akan beranjak dari sana. Namun Lidya menghentikannya.
"Biar aku saja, yang memberi tahu tim SAR."
Rana pun mengangguk, namun ia menelesik wajah Lidya yang begitu berantusias ketika di minta untuk ke tenda tim SAR.
Lidya berlari menuju tenda tim SAR. Dan kebetulan ia bertemu dengan Seno secara langsung.
"Ada Apa?"tanya Seno.
"Pak Seno, dokter Vir. Meminta tim SAR untuk mempersiapkan membawa Bella, ke rumah sakit kota sebelah."Sahut Lidya dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
"Kenapa? bukankah dokter yang bernama Wahyu, menolak saran dari kami. Tapi kenapa sekarang kalian datang dan meminta kami untuk mempersiapkan semuanya?"dan Dika yang menyahuti dengan nada kesal.
"Maaf pak, tapi ini darurat."
"Dika, kita persiapkan semuanya."Sahut Seno memberi perintah, tanpa ingin berdebat.
"Baik. Katakan pada dokter Wahyu, kami akan mempersiapkan semuanya."Kata Dika, dengan suara tinggi pada Lidya.
"Terima kasih. Tapi, izinkan saya membantu Anda."Tawar Lidya
"Tidak perlu, kami tau apa yang harus kami persiapkan, Anda kembali ke tenda klinik dan katakan pada dokter Vir untuk mempersiapkan pasien."Tolak Seno.
Raut kecewa terlihat dari wajah Lidya, namun ia bisa apa, selain mengatakan.
"Baik pak, saya permisi."
Tim Penyelamat segera mempersiapkan apa yang mereka butuhkan untuk membawa Bella. Dan beberapa anggotanya sudah Seno siapkan untuk mengiringi perjalanan mereka, yang sudah bisa di pastikan tengah malam berada di bukit sana.
"Apa kalian siap?"tanya Seno. Pada Timnya yang tengah berbaris, siap akan melakukan tugas.
"Siap. Pak!"Sahut mereka serentak.
"Utamakan keselamatan. Dan saling bekerja sama."
"Baik. Pak."
Dan seperti biasa, sebelum mereka melakukan misi. Semua di awali dengan doa pada yang maha kuasa, agar senantiasa memudahkan urusan dan melindungi mereka.
Semua siap dengan peralatan dan penerangan di tangan masing-masing. Mereka akan melangkah menuju tenda klinik. Namun, sebelum langkah mereka sampai, terdengar teriakan dari nenek Bella.
Teriakan yang begitu jelas dan begitu menusuk dari wanita rentan tersebut.
Dika dan Seno, saling pandang.
Dalam hati mereka sama-sama bertanya. Ada Apa?
Teriakan kini berubah menjadi histeris dan tangisan.
Seno dan Dika berlari menuju Klinik. Dan mereka melihat Rana dan Melly tengah memelukku Nenek Bella.
Dokter Vir tertunduk dengan wajah yang lesu. Begitu juga dengan dokter Wahyu.
"Ada apa?"tanya Dika.
Tidak ada yang bisa menjawab, Melly hanya menunjuk ranjang yang terdapat Bella berbaring.
Dan di saat Seno dan Dika mengarahkan pandangannya pada ranjang tersebut, di saat itu juga dokter Vir menutup tubuh Bella dengan sebuah kain sampai menutupi wajahnya.
"Kenapa dengan anak itu?"suara Seno sudah bergetar.
Vir melirik dan berkata.
"Bella, sudah meninggal dunia."
Tentu saja kabar ini mengejutkan Seno dan Dika. Baru beberapa saat yang lalu mereka bersiap, berjuang untuk membawa anak itu ke rumah sakit, tapi kenapa Bella malah menyerah sebelum mereka melakukan sesuatu.
"Bella mengalami gagal jantung."Sambung Dokter Vir.
"Ini semua karena dokter itu."Tunjuk Dika pada Wahyu, yang hanya bisa diam menatap jasad Bella.
"Tidak ada yang bisa di salahkan, ini semua sudah takdir."Sahut dokter Vir.
"Tapi, jika dia mendengar saran dari kami dan tidak egois akan pemikirannya sendiri, tentu kita masih sempat membawa anak ini kerumah sakit, paling tidak. Kita sudah melakukan sesuatu untuknya."Maki Dika. Yang benar-benar sangat emosi.
"Tenangkan diri Anda, pak Dika."Ucap Vir.
Dika mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Jika Anda tidak egois, mungkin Bella masih bisa di selamatkan."Ujar Dika, dan kata itu ia tunjukkan pada Wahyu.
Dan yang di maki hanya bisa diam, tertunduk tanpa menimpali perkataan Dika.
Nenek Bella yang tengah di peluk Rana, beranjak menghampiri Seno. Ia meraih lengan Seno dengan air mata yang berurai.
"Bukankah, nak Seno sudah berjanji pada saya, akan menyelamatkan Bella dengan cara apapun? Nak Seno yang percaya pada saya, di saat semua orang tidak percaya dan peduli, ketika saya berkata. Cucu saya masih selamat di reruntuhan bangunan. Dan di saat itu juga saya sudah mempercayakan Bella pada nak Seno."
Nenek Bella kembar terisak.
Rana mendekat.
"Nek, semua terpukul atas kepergian Bella. Tapi kita harus tetap bisa mengikhlaskan Bella."
🍁🍁🍁
Malam itu juga, Bella di makamkan.
Usai memakamkan Bella, Seno yang sejak tadi tidak berkata sepatah katapun kembali ke tenda. Ia merasa gagal sebagai tim penyelamat.
"Ini bukan salah mu Sen, tidak perlu merasa bersalah seperti ini."Kata Dika.
Seno mengusap wajahnya dengan kasar.
Seno akan murung dan selalu merasa bersalah seperti ini, jika ia meras gagal.
Tau, Seno sulit di ajak bicara di saat seperti ini. Dika memilih untuk pergi.
🍁
Dan secara kebetulan ia bertemu dengan Rana.
"Rana, apa yang kau lakukan?"sapa Dika. Yang melihat Rana termenung menatap langit malam.
"Tidak ada."Sahut Rana. Seraya menoleh.
"Rana, bisa kita bicara sebentar?"
"Tidak bisa, aku harus pergi."Tolak Rana, dan ingin beranjak.
"Apa kau tahu, apa yang terjadi dengan Seno 4 tahun yang lalu?"
Perkataan Dika menghentikan langkah Rana.
"Tidak, dan aku juga tidak ingin tau apapun tentang dia."Sahut Rana.
"Aku tau permasalahan kalian, dan sangat wajar jika kau membenci Seno saat ini."
"Dika, jika kau hanya ingin berbicara tentang Mas Seno, lebih baik urungkan. Karena aku tidak akan pernah peduli dengannya."
"Saat ini, Seno tengah frustasi. Kau sudah mengenal Seno bukan? jika ia meras gagal dalam melakukan tugas, akan seburuk apa dia."Kata Dika.
Rana terdiam, setelah beberapa saat ia berkata.
"Aku tidak perduli."
"Baiklah, aku hanya ingin mengatakan itu saja."Dika berlalu dari sana.
Dan tanpa mereka sadari dokter Vir mendengar percakapan antara kedua manusia tersebut.
Bersambung..
🍁🍁🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Mohon dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️