Akibat dari cinta satu malam, membuat Vie harus merelakan masa mudanya. Setelah dikeluarkan dari kampus, ternyata Vie juga diusir oleh ayahnya sendiri karena Vie telah mencoreng nama baik keluarga.
Lima tahun berlalu, kehidupan pahit Vie kini telah terobati dengan hadirnya sosok Arga, bocah kecil tampan yang sedang aktif berbicara meskipun kini tak tahu dimana keberadaan ayahnya.
Namun, siapa yang menyangka jika selama ini Vie bekerja di perusahaan milik keluarga kekasihnya. Hal itu baru Vie ketahui saat kekasihnya mulai mengambil alih perusahaan.
Masih adakah rasa yang tertinggal untuk sepasang kekasih di masa lalu ini? Mari kita ikuti kisahnya 😊
IG : teh_hijaau
FB : Teh Hijau
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidden Baby 5
Sesampainya di kantor, Vie langsung diarahkan oleh pak Haikal untuk menuju ruangan Direktur karena Vie sudah ditunggu sejak tadi.
Pak Haikal membukakan pintu untuk Vie.
"Silahkan, Vie. Pak Dirga sudah menunggu. Tolong pikirkan baik-baik sebelum kamu mengambil keputusan. Ingat masa depan Arga. Oke."
Vie mengangguk, ia mengerti akan kekhawatiran Haikal yang sangat memikirkan masa depan Arga.
"Aku tau."
Vie telah berdiri tepat di hadapan Dirga yang tengah sibuk dengan laptopnya.
"Maaf, apa maksud bapak memanggil saya kesini lagi, bukankah bapak telah memecat saya?"
Dirga mendongak lalu menghentikan kegiatan sambil tersenyum sinis.
"Setelah aku pikir kembali, aku tidak jadi memecat mu begitu saja. Aku bahkan tidak tahu jika kamu memiliki isi kontrak kerja yang istimewa dari perusahaan. Saat ini masa kerjamu masih lima tahun. Aku tidak sudi memberikan tunjangan setiap bulan kepada orang yang tidak bekerja. Pantes saja kamu pasrah saat aku pecat. Ternyata kamu memiliki kontrak istimewa." Dirga melemparkan lembaran kertas ke wajah Vie.
"Kamu dengar 'kan kalau kamu tidak jadi dipecat? Jadi sekarang kembalilah ke tempat kerjamu, persiapkan dirimu untuk proyek baru, karena proyek kali ini kamu yang akan menangani. Jangan sampai gagal."
*
*
*
Sebenarnya jika Vie dipecat begitu saja, Vie masih bisa mendapatkan tunjangan selama masa kontrak yang tersisa tetapi Vie tidak ingin membuat kecemburuan sosial terhadap para karyawan lainnya. Hanya Vie seorang yang mendapatkan kontrak istimewa dari perusahaan, tetapi selama ini tidak ada yang mengetahui perjanjian kerja Vie.
Beberapa kali Vie melihat ponselnya untuk melihat pukul berapa sekarang. Pekerjaan yang diberikan Dirga hari ini sangat banyak dan menguras waktunya. Bahkan waktu istirahatnya pun, Vie tetap stay di ruang kerjanya.
Vie semakin gusar saat melihat ponselnya sudah menunjukkan angka 17.00 dan dirinya masih berada di kantor. Bagaimana dengan Arga.
Vie pun langsung mengirimkan pesan untuk Miss Queen yang mengatakan bahwa dirinya akan terlambat untuk menjemput Arga.
"Kenapa, sudah ditunggu suami tercinta?" Suara serak-serak basah yang khas di pendengaran Vie.
"Kerja yang bagus. Ini tolong periksa lagi." Dirga meletakkan tumpukan map di meja Vie.
Vie langsung melebarkan matanya.
"Maksud kamu apa sih, Ga?" Namun, seketika Vie menutup mulutnya.
"Maaf." Vie menyadari kecerobohan.
Lagi-lagi Dirga tersenyum sinis mengingat semua rencana yang telah ia persiapkan jauh hari harus pupus saat mengetahui kenyataan bahwa Vie telah menikah.
"Kamu yang sopan dong, Vie!" tegur Jane yang baru saja masuk kedalam ruang kerja Vie. Jane pun mendengar saat Vie setengah membentak bosnya.
Saat Jane berhasil menghampiri Vie, tanpa sepatah kata pun, Dirga nyelonong pergi. Namun, langkahnya tertahan saat Vie menyebutkan nama Arga.
Dirga sebenarnya merasa penasaran dengan nama tersebut, apakah itu suami dari Vie.
"Makasih ya, Jane. Kamu sahabat paling pengertian."
"Tenang saja aku bisa urus semua. Kamu kerja yang bagus ya, biar cepat selesai terus pulang. Arga pasti sudah merindukanmu."
Dirga semakin mengeratkan telapak tangannya. Ia benar-benar merasa sangat terbakar.
Vie merasa lebih tenang saat melihat wajah menggemaskan malaikat kecilnya lewat panggilan video call. Saat ini Arga sedang berada di rumah Jane. Wajah bahagia jelas saja terpancar, sebab memang Arga menginginkan tidur dengan dibacakan dongeng oleh Jane.
"Bunda kenapa belum pulang? Ini kan udah malam? Apa Bunda lagi Cali uang banyak sepelti ayah?"
"Iya, Sayang. Bunda cari uang banyak seperti ayah. Kita 'kan mau liburan bulan depan."
"Oh iya, Alga lupa. Ya udah, Bunda semangat ya. Alga sayang Bunda muach."
Bibir Arga memenuhi layar ponsel Vie, membuat Vie tertawa sendiri.
"Bunda juga sayang Arga. Da … Sayang, muach."
Tak kalah dari Arga, Vie juga menempelkan bibirnya di layar ponselnya sebelum mengakhiri obrolan mereka. Tiba-tiba saja suara deheman membuat Vie tersentak lalu segera matikan ponselnya.
"Bagus ya, kerjaan belum siap udah cium-ciuman lewat telepon. Gak sabaran banget sih," sindir Dirga
Vie merapikan posisi duduknya dan kembali dengan tumpukan kertas di depannya.
"Coba aja kamu sabar nungguin aku, terus nikah sama aku pasti aku tidak akan mengizinkan mu untuk bekerja lagi. Suami kamu gak pengertian banget sih, Vie. Perempuan itu tulang rusuk, bukan tulang punggung," cibir Dirga.
Vie masih tetap fokus pada pekerjaan, seakan ia menganggap bahwa ocehan Dirga adalah radio yang sedang rusak.
Satu sisi lain, Vie tidak merasa ketakutan berada di ruang kerja sendiri tanpa siapapun hingga, akhirnya Vie telah siap dengan tumpukan pekerjaan. Ia merentangkan tangannya untuk merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
"Eh …." Vie baru menyadari bahwa tangannya mengenai wajah Dirga yang duduk di sampingnya tanpa ia sadari sedari tadi.
"Kamu ngapain disini?" Vie terkejut.
Dirga yang melipatkan tangan di depan dada serta menyilang kan kakinya acuh tersenyum sinis.
"Aku sengaja menunggu karyawan yang sedang lembur, takutnya kamu telpon-telponan terus dengan suamimu dan membuat pekerjaan ini terbengkalai."
Vie membuang kasar nafasnya. Cukup untuk hari ini Dirga membuatnya kesal dengan alasan pekerjaan. Vie tahu jika Dirga hanya ingin mencari alasan saja untuk mengerjai dirinya.
Vie berlalu meninggalkan kantor. Malam juga sudah menunjukkan pukul 9 malam membuat busway sudah tidak ada yang beroperasi lagi. Terpaksa Vie harus memesan taksi online
Saat sedang menunggu taksi pesannya, tiba-tiba mobil hitam berhenti di depannya.
"Naik!" titah Dirga.
Vie mengernyit. "Saya?"
"Bukan! Ya iyalah jadi siapa lagi."
"Terimakasih, saya sudah pesan taksi online," tolak Vie.
*
*
*
Vie hanya terdiam sambil membuang wajahnya ke samping. Melihat jalanan yang sudah mulai melenggang.
"Vie, kita perlu bicara."
Hening tak ada jawaban dari Vie. Sedari tadi pun Dirga terus melirik Vie yang acuh kepada dirinya.
"Jawab aku! Kenapa kamu khianati aku dan lebih memilih menikah dengan orang lain? Bukankah kamu sudah berjanji akan setia dengan cinta kita? Tapi kenapa kamu tega lakukan hal ini kepada ku Vie, kenapa?" Dirga setengah berteriak membuat jantung Vie semakin berdebar.
Apakah aku katakan saja jika aku belum menikah dan mengatakan jika Arga adalah anak kami berdua? Tapi … apakah Dirga akan percaya begitu saja? Tidak Vie, mustahil Dirga akan percaya begitu saja.
"Kenapa kamu diam Vie?"
"Sebenarnya …." ucapan Vie menggantung saat dering ponsel Dirga berbunyi..
Vie hanya melihat Dirga yang mengabaikan panggilan tersebut.
"Kenapa tidak diangkat?"
"Bukan urusanmu," ketus Dirga.
Tak terasa mobil Dirga sudah berhenti didepan rumah kontrak yang Vie tinggali membuat Dirga terus mencibir dan seolah merendahkan suami Vie yang nyatanya tidak ada.
"Kayaknya aku belum kasih tau alamat rumahku, deh." Vie bergumam.
"Kamu lupa kalau perusahaan memiliki identitas pribadimu? Sayangnya tidak terlampir jenis pekerjaan suamimu. Tapi … melihat kalian tinggal di tempat ini aku yakin jika suamimu adalah kuli bangunan. Sudah lah Vie, tinggalkan saja lelaki seperti itu."
🌼 Bersambung 🌼
Baby Alga Yan comel