Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.
Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.
Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.
Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.
Langsung baca ya👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
David membuang nafas kasar saat para kacung nya tidak berhasil mencari lokasi kediaman Rey. Informasi yang di dapatkan tentu membuat David bernaffsu ingin segera mengeksekusi. Ada dua alasan kuat, selain di anggap sebagai penghancur hubungannya dengan Ellen, David sudah lama mencari keberadaan Rey.
"Sepertinya dia bukan orang sembarangan Bos."
"Memang bukan! Itu kenapa kalian harus mencari seseorang yang bisa membantu! Aku ingin nyawanya atau nyawa kalian yang akan melayang!!!" Teriak David geram.
Beberapa menit lalu David menerima sebuah pesan yang berisi tentang ancaman perihal gugatan cerai. Kehilangan Ellen menjadi momok menakutkan bagi David sehingga hal itu tentu membuat kegilaannya semakin parah.
Sudah beberapa hari Paula dan Bu Sarah di paksa menempati rumah baru agar nanti saat Ellen kembali, dia bisa membuktikan perkataannya. Terlambat bagi David menyadari. Dia tidak mengira Ellen mendapatkan pembelaan dari orang yang lebih berkuasa darinya padahal David sudah menutup semua akses.
Kini apa yang David lakukan tampak sia-sia. Tapi tetap saja tidak ada kata menyerah sekalipun David harus kehilangan perusahaan. Sekarang yang ada di otak David hanyalah cara untuk menyingkirkan Reyhan agar Ellen bisa bersamanya lagi.
"Carikan hacker terbaik dan pembunuh bayaran! Lacak lokasinya lalu bunuh Reyhan!"
"Baik Bos, permisi."
💌Ini sudah malam, besok akan saya urus gugatan perceraian nya. Belum 24 jam kan.
Terpaksa David membalas pesan tersebut. Dia berharap keberadaan Rey segera di temukan agar gugatan tidak harus di lakukan.
Aku menyesal Ellen. Aku sungguh hanya mencintai mu. Semua ini gara-gara Mama! Kalau saja dia tidak menekan ku, Ellen pasti masih bersama ku. Batin David.
🌹🌹🌹
Ini bukan rumah... Lagi lagi Ellen bangun dalam keadaan panik. Setelah mengatur nafas, Ellen duduk. Terlihat bantal miliknya basah karena tadi dia belum sempat mengeringkan rambut. Apa benar bisa bercerai? Sepertinya sudah malam. Tumben bisa tidur nyenyak.
Ellen mengikat rambutnya sembarangan lalu berjalan keluar kamar tanpa perduli pada Johan yang sejak tadi berjaga di depan pintu. Dante yang di pilih sebagai wakil, terpaksa melakukan pekerjaan Johan untuk mengecek beberapa pekerjaan.
Johan beranjak dari tempatnya lalu mengikuti Ellen yang tampak menuang air putih. Nasi kotak yang di pesan sama sekali tidak di hiraukan. Ellen malah memutar tubuhnya dan baru menyadari keberadaan Johan yang berdiri di ambang pintu.
"Aku sudah memesan makanan sebanyak dua kali. Ku letakkan di dekat mu." Menunjuk meja yang terletak di belakang Ellen.
"Sudah kenyang. Mana Mbok Lela?"
"Aku baru tahu minum air putih bisa mengenyangkan." Johan tidak merespon pertanyaan Ellen.
"Aku benci makanan restoran." Sebab dia selalu memberikan nya.
"Aku menyesuaikan pola hidup mu dulu."
"Selera ku sudah berubah. Rasa hambar air putih lebih baik daripada rasa getir minuman yang terlalu manis." Jawab Ellen ketus.
"Katakan kamu mau makan apa?"
"Memakan mu!" Ellen melirik malas lalu berjalan melewati Johan menuju keluar rumah." Kenapa masih di sini? Jangan sampai Tuan Yu marah lalu menyalahkan ku." Lanjutnya sambil duduk di sebuah kursi yang ada di teras.
"Kamu selalu berhasil menghambat pekerjaan ku."
"Menyalahkan ku lagi?" Protes Ellen memutar tubuhnya ke arah Johan sambil menunjuk dada nya.
"Pintu kamar mu rusak." Ellen mendengus lalu kembali duduk tegak.
"Pergilah, aku kan sudah bangun."
"Terlanjur ku wakilkan. Masih tidak percaya pada penjelasan ku?" Johan menatap wajah Ellen dari samping. Dia menyadari kesempurnaan paras yang mungkin bisa membutakan mata para lelaki.
"Apa itu penting? Biarkan saja aku tidak percaya. Hanya Tuan Yu yang berkuasa. Pendapat ku tidaklah penting."
"Penting." Ellen menoleh." Buktinya Tuan Yu tidak melakukan hal buruk padamu. Eum kehidupan kami keras El. Kesabaran Tuan Yu setipis tisu. Sedikit saja ada yang menentang keinginannya, pasti berakhir merenggang nyawa kecuali..." Johan tidak melanjutkan pembicaraannya sehingga membuat Ellen penasaran.
"Kecuali apa Kak?"
"Si penentang punya tempat spesial di hatinya seperti aku." Ellen tertawa kecil.
"Itu karena aku wanita gila yang cantik." Ellen terkekeh dan membuat Johan tersenyum simpul.
"Wanita cantik belum bisa menghentikannya. Mungkin alasannya karena kamu gila." Kini Johan yang tertawa kecil. Sengaja memancing obrolan sebab dia menyadari keberadaan seseorang yang tengah memperhatikan kegiatan mereka. Aku harap ini benar Kak Yu. Percuma di sembunyikan, orang awam pun tahu kalau kamu tertarik pada Ellen.
Sejak awal pertemuan, Johan sudah menyadari kejanggalan tersebut. Biasanya saksi mata selalu di bunuh agar nantinya tidak memperpanjang masalah. Tapi hari itu, Yuan begitu mudah memberikan pengampunan meski wajib di awasi dengan ketat. Itu kenapa Johan berusaha membawa Ellen untuk membuktikan dugaan bahwa Yuan memiliki rasa.
Saat sebuah pesan masuk, Johan berjalan menjauh untuk memeriksa.
💌Temui aku.
Hahaha dia pasti tidak rela.
💌Baik Kak.
Setelah menyimpan ponselnya, Johan kembali.
"Katakan mau makan apa? Sekalian aku bertemu Tuan Yu."
"Dia memanggil mu?"
"Hum ya."
"Pasti dia marah padamu karena terlalu membelaku. Pergilah, daripada mendapatkan masalah. Untuk makan, aku tidak lapar." Ellen tersenyum tipis agar Johan yakin bahwa dirinya baik-baik saja.
"Kak Yu pasti cemburu. Sebentar ya." Bisik Johan sebelum pergi.
Ellen tersenyum aneh dan menganggap jika perkataan Johan hanyalah candaan. Apalagi Yuan memiliki watak yang hampir sama dengan David sehingga meruntuhkan selera. Ellen tidak mungkin mengulang kesalahan sama. Kini penilaiannya soal lelaki dingin sangatlah buruk. Akan lebih baik bersikap normal daripada sok dingin tapi berkhianat.
.
.
.
.
Setibanya di kamar Yuan, Johan di cerca sebuah pertanyaan konyol yang semakin menunjukkan tanda bahwa Yuan tertarik pada Ellen.
"Selain Kak Yu yang memberi, dia tidak mau makan." Jawab Johan sengaja berbohong.
"Menyusahkan! Kau dia sakit kan kita yang repot!" Umpat Yuan. Semoga Jo tidak curiga padaku. Kenapa aku malah memanggilnya.
Rupanya Yuan berusaha keras menolak ketertarikannya. Dia sempat bernafas lega saat Johan menjelaskan jika Ellen tidak pernah menyinggung soal kejadian pembunuhan di gang sempit. Itu berarti, Yuan tidak perlu berurusan lagi dengan Ellen dan ketertarikannya bisa di hilangkan.
Namun di luar dugaan, Johan malah berniat menolong Ellen. Bisa saja Yuan mempertegas penolakan sebab dia punya kuasa penuh atas rumah. Rupanya ketertarikannya kembali melemahkan pertahanan Yuan sehingga persetujuan di dapatkan dengan mudah.
"Katanya kau bertanggung jawab penuh! Kenapa sekarang melibatkan ku?" Protes Yuan.
"Wanita memang suka begitu Kak." Kenapa tidak langsung di ungkapkan saja. Ellen bahkan berhasil membuat mu menjadi penguntit.
Yuan melupakan jika tidak mudah mengecoh fokus dan ketelitian Johan dalam menjalankan tugas. Serapi apapun Yuan bersembunyi, tetap tampak di sudut mata Johan.
Johan berpura-pura tidak tahu, ingin mendengar pengakuan itu dari mulut Yuan meski harus membutuhkan waktu yang lama. Untuk melancarkan rencana, Johan akan menekan rasa cemburu seperti yang di lakukan nya barusan.
"Sudah kau siapkan makanan nya?" Tanya Yuan. Dia juga merasa aneh pada dirinya sendiri. Keinginan mendekati Ellen sulit di kendalikan. Jika tidak di turuti, ada rasa tidak nyaman yang bisa membuatnya sulit memejamkan mata.
"Dia ingin makan nasi goreng."
"Ya sudah belikan." Sebenarnya apa yang ku harapkan dari wanita itu? Kenapa sejak pertemuan itu, dia selalu menganggu pikiran ku!
"Nanti Kak Yu antar?"
"Kita sama-sama. Aku tidak mau di sebut macam-macam." Jawab Yuan ketus.
"Aku harus mengecek pekerjaan Dante. Ada pengiriman barang di pelabuhan. Kalau tidak ku cek sendiri takutnya kurang teliti dan menyebabkan kerugian." Tutur Johan beralasan. Tampak kecemasan terpatri di mimik wajah Yuan padahal tugasnya hanya memberi makanan ke seorang wanita biasa yang tak berbahaya." Untuk masalah pendapat sekitar. Abaikan saja Kak." Lanjut Johan.
"Mengabaikan bagaimana? Mereka akan menyebut ku menyukai wanita itu!" Johan terkekeh kecil.
Tidak secara langsung Yuan mengatakan yang sebenarnya. Jika memang dia tidak perduli, mana mungkin seorang Yuan memikirkan pendapat orang lain.
Selama ini Yuan mengerjakan sesuatu sesuai insting. Yuan terbiasa di didik keras mengingat kedua orang tuanya hanya memiliki satu anak. Mendiang Ayahnya mewanti-wanti Yuan agar tidak mudah menjatuhkan hati pada seorang wanita.
Wanita baik akan menguatkan kekuasaan mu tapi saat kau salah memilih pasangan, wanita bisa berubah menjadi seburuk-buruknya penghancur.
Itu kenapa Yuan memilih hidup sendiri sebab sampai detik ini hatinya belum terketuk. Bukan tidak berselera, namun insting nya belum memberikan respon saat Yuan menjumpai beberapa wanita. Menurutnya wanita di sekitar tampak biasa saja bahkan sikapnya terkadang membuat Yuan muak.
🌹🌹🌹