NovelToon NovelToon
Jejak Luka Diantara Kita

Jejak Luka Diantara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:741
Nilai: 5
Nama Author: sorekelabu [A]

Alya dan Randy telah bersahabat sejak kecil, namun perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua mereka demi kepentingan bisnis membuat hubungan mereka menjadi rumit. Bagi Alya, Randy hanyalah sahabat, tidak lebih. Sedangkan Randy, yang telah lama menyimpan perasaan untuk Alya, memilih untuk mengalah dan meyakinkan orang tuanya membatalkan perjodohan itu demi kebahagiaan Alya.

Di tengah kebingungannya. Alya bertemu dengan seorang pria misterius di teras cafe. Dingin, keras, dan penuh teka-teki, justru menarik Alya ke dalam pesonanya. Meski tampak acuh, Alya tidak menyerah mendekatinya. Namun, dia tidak tahu bahwa laki-laki itu menyimpan masa lalu kelam yang bisa menghancurkannya.

Sementara itu, Randy yang kini menjadi CEO perusahaan keluarganya, mulai tertarik pada seorang wanita sederhana bernama Nadine, seorang cleaning service di kantornya. Nadine memiliki pesona lembut dan penuh rahasia.

Apakah mereka bisa melawan takdir, atau justru takdir yang akan menghancurkan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 – Calvin yang Mulai Merasa Takut Kehilangan

Bab 29 – Calvin yang Mulai Merasa Takut Kehilangan

Calvin memandangi layar ponselnya yang kosong, tak ada pesan dari Alya sejak semalam. Biasanya gadis itu akan mengirim satu atau dua pesan, bahkan hanya sekadar menanyakan apakah dia sudah makan atau belum. Tapi kali ini... sunyi.

Ia menggenggam ponselnya lebih erat. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak semalam. Tatapan Alya beberapa waktu lalu—tatapan kosong yang menyimpan banyak beban. Calvin bukan orang yang peka terhadap perasaan orang lain, tapi untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia ingin memahami seseorang.

Dan orang itu adalah Alya.

Entah sejak kapan, ia mulai memperhatikan hal kecil dari gadis itu. Senyumnya yang tiba-tiba menghilang, caranya menghela napas panjang saat pikirannya kacau, atau bagaimana tangannya selalu bermain di ujung lengan bajunya saat ia sedang menyembunyikan sesuatu.

Pagi itu, Calvin berdiri di depan apartemen Alya. Ia tidak mengabari dulu. Ini keputusannya sendiri. Ia hanya ingin memastikan gadis itu baik-baik saja. Tapi setelah beberapa menit menekan bel, tak ada jawaban.

Ia menghela napas panjang, ponselnya berdering. Sebuah notifikasi dari email kantor, tapi bukan itu yang ingin dia lihat. Bukan pekerjaan yang memenuhi pikirannya sekarang—melainkan sosok Alya yang perlahan mencuri ruang dalam hidupnya.

Seketika, Calvin berjalan ke arah mobil, tapi langkahnya terhenti. Ia menatap langit pagi yang tampak kelabu, seperti mencerminkan isi pikirannya. Dan di saat itu, untuk pertama kalinya, Calvin merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya: takut kehilangan.

Dulu, ketika Nadine pergi, ia membiarkan dirinya larut dalam dingin dan trauma. Ia mengusir semua orang dari hidupnya, menutup pintu rapat-rapat. Tapi sekarang, ia tidak ingin mengulang kesalahan itu.

Alya berbeda. Dia bukan hanya gadis yang datang tanpa permisi ke dalam hidupnya—dia adalah gadis yang berhasil menyentuh sisi terdalam yang selama ini Calvin sembunyikan.

Calvin kembali ke mobilnya, namun jemarinya enggan untuk menyalakan mesin. Pikirannya kacau. Ia terlalu terbiasa menjadi dingin, terlalu terbiasa hidup dalam pagar yang ia bangun sendiri. Tapi kini… pagar itu mulai retak.

“Kenapa aku jadi seperti ini?” gumamnya sendiri, menatap pantulan wajahnya di kaca spion.

Lalu tanpa sadar, ingatannya melayang kembali ketika Alya tertawa kecil karena lelucon konyol yang dia ucapkan tanpa sadar. Saat itu, Calvin merasa hangat. Sebuah rasa yang sudah lama hilang dalam hidupnya.

Dan sekarang, ketika senyum itu perlahan memudar dari wajah Alya… Calvin merasa panik.

**

Sementara itu, Alya baru keluar dari ruang kerja dosen kampusnya. Wajahnya lelah, pikirannya masih berantakan. Semalam ia bahkan tidak bisa tidur, terlalu banyak beban yang menghimpit. Perjodohan, sikap mama, dan sikap Randy yang masih belum bisa bersikap tegas.

Ponselnya berdering. Calvin.

Alya sempat ragu menjawab. Tapi akhirnya ia menekan tombol hijau.

"Halo?"

“Di mana?” suara Calvin terdengar sedikit lebih keras dari biasanya.

“Baru keluar dari kampus,” jawab Alya pelan.

“Bisa ketemu sekarang?”

Alya diam sejenak. Suara Calvin terasa berbeda. Ada sesuatu yang mengganggu nada suaranya. “Kenapa?”

“Cuma ingin bicara.”

Alya menarik napas. “Oke. Kita ketemu di teras kafe seperti biasa.”

**

Beberapa waktu kemudian, mereka sudah duduk berhadapan di tempat biasa mereka. Suasana kafe masih sepi, hanya ada beberapa pengunjung. Calvin memandangi wajah Alya yang tampak semakin letih.

“Kamu kenapa?” tanya Calvin pelan.

Alya tersenyum kecil, tipis dan jelas dipaksakan. “Nggak apa-apa.”

“Kamu selalu bilang ‘nggak apa-apa’ saat semuanya jelas-jelas nggak baik.”

Alya menunduk, menyentuh gelas kopinya yang masih panas. “Kadang lebih mudah berpura-pura baik daripada menjelaskan semuanya.”

“Kalau kamu capek… kenapa nggak cerita?”

Alya menatap Calvin. “Karena kamu juga punya masa lalu yang belum selesai. Aku nggak mau menambah beban kamu.”

“Aku bukan laki-laki rapuh yang nggak bisa dengerin masalah orang lain,” ucap Calvin pelan. “Dan kalau kamu pikir aku nggak peduli… kamu salah.”

Alya terdiam.

“Entah sejak kapan,” lanjut Calvin, “aku mulai takut kalau suatu hari kamu pergi, lalu nggak pernah kembali.”

Alya menatap Calvin penuh kejutan. Kata-kata itu keluar dengan begitu jujur, tanpa topeng dingin yang biasa ia tunjukkan.

“Aku tahu aku belum bisa jadi orang yang hangat, apalagi romantis. Tapi aku sadar satu hal… aku nggak ingin kehilangan kamu.”

Deg.

Jantung Alya berdetak lebih cepat. Ada sesuatu dalam nada suara Calvin yang membuat hatinya bergetar. Ini bukan pengakuan cinta yang manis dan sempurna. Tapi justru karena ketidaksempurnaannya… kata-kata itu terasa lebih dalam.

“Aku nggak tahu harus jawab apa,” ujar Alya pelan. “Karena hidupku sekarang masih berantakan.”

“Dan aku nggak minta kamu langsung balas apa pun,” ucap Calvin. “Aku cuma ingin kamu tahu… bahwa kamu bukan sendirian.”

Untuk pertama kalinya, Alya merasa seseorang benar-benar ingin memeluk luka-lukanya, bukan sekadar membantunya sembuh, tapi menerima semua sisi dirinya—termasuk bagian yang rapuh dan penuh trauma.

Dan bagi Calvin, ini adalah langkah besar. Langkah untuk membuka hatinya yang lama terkunci.

Sore itu, di antara kopi yang mulai mendingin dan angin yang berembus pelan, dua jiwa yang pernah terluka perlahan menemukan tempat untuk saling bertaut.

Namun mereka belum tahu… badai yang lebih besar sedang menunggu di depan.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
Cicih Sutiasih
mampir juga di ceritaku, jika berkenan😊
sorekelabu: siap ka
total 1 replies
Cicih Sutiasih
aku sudah mampir, semangat😊
Cicih Sutiasih: jika berkenan, mampir juga di ceritaku
"Tergoda Cinta Mantan", 😊
sorekelabu: terimakasih ka😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!