Bintang yang mengalami kebangkrutan terpaksa harus menjual semua asetnya dan juga pindah dari kota tempat dia tinggal
beruntung dia masih punya warisan sebuah rumah dari sang Kakek Bagaskara
Tapi rumah itu tidak berani di dekati penduduk karena terkenal Angker dan tidak bisa di masuki siapapun kecuali oleh sang pemilik
mampukah Bintang dan keluarganya bertahan disana? dengan banyak gangguan dan juga musuh sang kakek yang mengincarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sosok nenek pemilik tongkat
"Aaakkhhhhhhh papa!" Teriak Dimas menutupi tubuhnya dengan selimut
Brak
Suara pintu di buka kasar terdengar dan sosok itu menghilang dari sana
"Dimas, Dimas kamu kenapa? Ini papa dan mama" tanya Bintang yang terkejut mendengar teriakkan Dimas, dia pikir mungkin ada babi ngepet yang semalam lagi datang ke rumah mereka
"Papa! Ada hantu pa, di depan lemari Dimas" teriak Dimas masih menutupi seluruh tubuhnya
"Mana ada, kamu pasti bermimpi, makanya kalau tidur itu baca do'a Dimas" gerutu Silvia
"Beneran ma, ada hantu, perempuan rambutnya panjang, hantu Sahara ma" jawab Dimas yang mengenali wajah Sahara
"Buka dulu dan kamu lihat sendiri, hantunya itu tidak ada, dan semuanya itu hanya mimpi Dimas" bujuk Bintang
"Nggak mau, Dimas takut, Dimas mau tidur dengan Papa dan mama saja" jawab Dimas masih belum mau keluar dari selimutnya
"Ya sudah, ayo cepat ikut papa dan mama ke kamar, besok kamu harus mulai sekolah, dan papa juga harus mulai menggarap lahan milik kita" bujuk Bintang dan Dimas mengangguk
Keesokan harinya, Dimas sudah tidak takut lagi bahkan sudah mulai melupakan kejadian semalam, tapi dia masih ingat dengan mimpi yang dia alami semalam
"Pa, apa Kakek dan nenek dulu sering bertengkar?" Tanya Dimas tiba tiba di sela sarapannya
"Mereka sangat harmonis Dimas, bahkan saling menyayangi, makanya mama selalu ada bersama papa kemanapun, dan kapanpun" jawab Bintang
"Kakek punya selingkuhan nggak pa?" Tanya Dimas
Puk
"Kamu ini sembarangan, kakek kamu itu orang Yang setia" gerutu Silvia menggeplak kepala Dimas
"Kan cuma nanya ma" gerutu Dimas mengusap kepalanya
"Pertanyaan kamu itu aneh, kamu kan tahu sendiri, kakek kamu itu selalu mesra dan menempel pada nenek kamu" ungkap Bintang geleng geleng kepala
"Sehidup semati juga" bisik Silvia
"Terus Kakek buyut punya istri muda?" Tanya Dimas
"Setahu papa, istrinya hanya Oma buyut kamu, almarhumah nenek Farida" jawab Bintang
"Bukan Sahara?" Tanya Dimas
"Bukan" jawab Bintang tegas dengan tatapan tajam
"Pa, kamu kenapa?" Tanya Silvia
"Jangan sebut nama itu di rumah ini cucuku, dia adalah pembawa petaka dalam rumah ini" jawab Bintang dengan suara seorang nenek nenek
"Bi, tolong!" teriak Silvia ketakutan begitupun Dimas
"Berikan cincin itu padaku" perintah Bintang masih duduk dengan wajah menunduk
"Ini milik Dimas pa, kan papa yang kasih" jawab Dimas
"Berikan padaku cepat!" Bentak Bintang
"Tidak bisa di buka pa, ini seperti menempel" jawab Dimas kesulitan membuka cincin itu
"Kamu sudah melakukan perjanjian dengannya, darahmu sudah mengalir dalam cincin ini" ungkap Bintang
"Nyonya bagaimana ini, kita harus panggil ustadz" bisik Sumi ketakutan
"Kemarikan tanganmu" ucap Bintang
Dimas menyodorkan tangannya dan Bintang membacakan sesuatu ke dalam cincin itu
"Dia tidak akan bisa berbuat masalah lagi, dan akan menjadi penurut karena sekarang kamulah pemiliknya" bisik Bintang tertawa
Bruk
"Papa" teriak Dimas Karena Bintang pingsan setelah mengatakan itu
Bintang Langsung di bopong Dimas dan Silvia ke arah ruang keluarga dan di baringkan di sofa, mereka bingung dengan apa yang terjadi barusan, dan memilih untuk menunggu hingga Bintang sadar, mereka tidak meminta bantuan Karman karena takut kalau para pegawai yang akan bekerja hari ini jadi ketakutan dan mundur
"Dimas, kamu berangkat sekolah saja nak, biar mama yang jaga papa kamu, disini juga ada bi Sumi" ucap Silvia
"Tapi ma, Dimas khawatir dengan papa, Apalagi tadi suara papa seperti suara wanita tua" jawab Dimas
"Mungkin den Bintang kesurupan non, tapi kalau manggil orang di luar saya takut mereka tidak mau membantu" ucap Sumi
"Mungkin saja bi, soalnya dia terlihat berbeda dan suaranya juga beda, tolong ambil air minum ya bi, untuk mas Bintang kalau nanti dia sadar" jawab Silvia
"Den Dimas tidak perlu khawatir, sekolah saja, itu Galang sudah menunggu di depan" bujuk Sumi
"Kalau gitu Dimas pamit sekolah dulu ya ma, bi" ucap Dimas mencium tangan Silvia dan Sumi
"Mas.... " Panggil Silvia menepuk nepuk pipi Bintang
"Eunghh... "
"Mas kamu sudah bangun?" Tanya Silvia sedikit takut jika yang bangun masih sosok yang masuk ke badan Bintang
"Aku ko lemas banget ya ma, sama haus" jawab Bintang dan Silvia memberikan air minum pada Bintang
"Kamu tadi kerasukan pa, kamu buat kami takut" jawab Silvia
"Kerasukan? Seingat papa, papa tadi sedang makan dan tiba tiba pusing saat Dimas menyebutkan nama seseorang" jawab Bintang
"Kamu bilang cincin yang di pakai Dimas itu ada sosok pembawa petaka" ungkap Silvia
"Dan namanya jangan disebut dirumah ini, karena tadi Dimas menyebutkan nama itu" ucapnya lagi
"Nama siapa?" Tanya Bintang kebingungan
"Mama nggak mau sebut, mama takut papa kerasukan lagi" jawab Silvia
"Sebaiknya Aden, istirahat sebentar, karena masih terlihat sedikit pucat" ucap Sumi
"Nanti akan ada yang bekerja di lahan Kakek ma, tolong masak untuk mereka, dan siapkan air panas juga mungkin mereka butuh kopi dan rokok" ucap Bintang
"Iya kami akan memasak, tadi juga Bu Mirna sudah memberi tahu letak pasar dan warung disini" jawab Silvia
"Aku khawatir pa, kamu terlihat pucat, dan dua hari ini kamu terlihat sibuk mengurus rumah ini" ungkap Silvia
"Aku ingin saat papa mulai bekerja nanti, semua lahan sudah di tanami ma, dan rumah ini juga nyaman untuk kita tempati, kita harus cepat karena keuangan kita ini harus berputar dan jangan sampai karena kita terlalu santai, uang kita jadi habis dan tak ada untuk modal usaha kita" jawab Bintang
"Kamu jangan khawatir dan cemas ma, aku akan baik baik saja, apalagi kan aku akan sering di rumah, Tidak seperti dulu Yang sering ke kantor, kantorku sekarang ya di lahan dan juga rumah ini" ungkap Bintang mengusap rambut Silvia
"Baiklah, papa istirahat dulu sebentar, Dimas sudah berangkat sekolah" jawab Silvia
Bintang Langsung naik ke kamarnya dan dia bisa merasakan kalau selalu ada yang mengikutinya sejak dia menginjakkan kaki di halaman rumah Bagaskara
"Keluarlah, aku tahu kamu terus mengikuti ku sejak tiba disini!" Teriak bintang saat dia sampai dalam kamarnya
Wusss
Angin kembali berhembus ke wajah Bintang, kali ini tercium aroma melati yang sangat kuat di kamar yang di tempati Bintang
Tak tak tak
Hentakan kaki di sertai bunyi tongkat saling bersahutan di dalam kamar Bintang
"Lihatlah cermin itu nak" bisik suara tersebut dan Bintang menoleh ke arah cermin yang ada di dalam kamarnya itu
Bruk
Bintang terkejut dan reflek memundurkan tubuhnya hingga dia tersandung ranjang dan terjatuh, saat melihat sosok seorang nenek berpakaian kebaya hijau dengan tongkat kayu yang pernah di pakai Bintang untuk memukul babi ngepet dua malam yang lalu
"Tak perlu takut nak, aku adalah penjaga rumah ini sejak tuan Bagaskara menginjakkan kaki di rumah ini" ungkap sosok tersebut
"Apa kamu juga yang berbisik saat saya hendak masuk?" Tanya Bintang dan dia mengangguk
"Lalu yang selalu memanggilku dengan sebutan cah bagus, itu juga kamu?" Tanya Bintang lagi
"Dia sosok lain yang ada di dalam cincin yang di pakai anakmu" jawab sosok tersebut
"Kenapa kamu bilang sosok itu membawa petaka?" Tanya Bintang dengan sedikit gemetar karena sosok itu benar benar membuat dirinya ketakutan dengan wajah keriput dan juga giginya yang hitam
"Dia adalah awal dari segala kesedihan yang menimpa tuan Bagaskara, dia sudah membunuhnya secara perlahan dan tuan Bagaskara terpaksa mengurung dia dalam sebuah cincin, tapi anak kamu menemukan dan juga secara tidak sengaja membuka segel yang terikat di kotak cincin itu di simpan dengan darahnya" jawabnya
"Tapi bagaimana mungkin, Dimas Anak yang tidak tahu hal hal seperti itu" ucap Bintang tak percaya
"Dia tidak sadar, darahnya menempel di kunci kotak itu dan menjadi syarat agar Sahara terbebas, dengan darah Bima yang mengalir darimu dan juga keturunanmu" jawab sosok tersebut
"Dia mengenal papa?" Tanya Bintang
Tak tak tak
Sosok itu keluar dari cermin dan mendekati Bintang yang semakin ketakutan, dia sentuh kepala Bintang sambil membacakan sesuatu, hingga beberapa potongan kejadian masa lalu masuk ke kepala Bintang
Di Mulai Dari saat Bima bertemu dengan Sahara yang saat itu baru berusia enam belas tahun dan bima yang sudah menikah berusia dua puluh lima tahun, mereka saling jatuh cinta setelah bima secara tak sengaja menolong Sahara yang di rampok di jalan
Hubungan mereka seolah di dukung keadaan yang saat itu memang berpihak pada mereka, karena pernikahan Bima yang tidak harmonis dengan istrinya, dan juga Sahara yang ternyata bekerja di rumah Bagaskara
Hingga Bagaskara memergoki mereka yang sedang berhubungan suami istri pada suatu malam, Bagaskara yang murka Langsung mengusir Bima dari rumah, terlebih saat dia tahu kalau menantunya sedang hamil dan di tinggal sendirian di jakarta, Bagaskara meminta Bima untuk tidak menginjakkan kakinya di kampung itu lagi dan meninggalkan Sahara yang terus berteriak ingin ikut bersamanya
Bagaskara yang sedang emosi sampai menggigit leher Sahara sampai berdarah dan meminum darahnya sedikit untuk mengikat Sahara disana, semua itu dia lakukan agar rumah tangga Bima tidak di ganggu Sahara meski dia tahu Bima Tidak mencintai istrinya
Bersambung
padahal ceritanya bagus.
gw demen.
lancar ampe tamat ye