NovelToon NovelToon
Sang Legenda: Naga Langit

Sang Legenda: Naga Langit

Status: tamat
Genre:Misteri / Fantasi Timur / Balas Dendam / Kebangkitan pecundang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Tamat
Popularitas:6.5M
Nilai: 4.6
Nama Author: Sang_Imajinasi

Xiao Chen selalu dianggap murid terlemah di Klan Xiao.

Tidak punya bakat, selalu gagal dalam ujian, dan menjadi bahan ejekan seluruh murid.
Namun tidak ada yang tahu kebenaran sesungguhnya bahwa tubuhnya menyembunyikan darah naga purba yang tersegel sejak lahir.

Segalanya berubah saat Ritual Penerimaan Roh Penjaga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1: Darah yang Menetes

Musim dingin datang lebih awal di Kota Awan Putih tahun ini. Salju tipis mulai menutupi atap-atap bangunan batu hitam milik Klan Xiao, namun dinginnya cuaca tidak sebanding dengan dinginnya suasana di alun-alun utama klan.

Hari ini adalah Ritual Gema Naga, hari penghakiman bagi seluruh generasi muda klan.

Di tengah alun-alun, berdiri sebuah benda pusaka klan Gendang Kulit Naga. Diameternya dua meter, terbuat dari kulit binatang purba yang konon memiliki garis keturunan naga. Aturannya sederhana: Pukul gendang itu. Jika seseorang memiliki bakat kultivasi atau garis keturunan yang kuat, gendang akan beresonansi mengeluarkan auman naga.

"Selanjutnya... Xiao Chen!"

Teriakan Tetua Penguji membelah udara beku.

Dari barisan murid, seorang pemuda berusia lima belas tahun melangkah maju. Dia mengenakan jubah biru pudar yang sedikit terlalu tipis untuk cuaca sedingin ini. Wajahnya tampan namun pucat, dengan sepasang mata hitam yang menyiratkan kelelahan mendalam.

Bisik-bisik segera menyebar seperti racun di antara kerumunan.

"Lihat, si 'Mantan Jenius' maju lagi." "Sudah tiga tahun dia gagal. Kenapa dia masih repot-repot mempermalukan Ketua Klan?" "Kudengar Keluarga Su sudah mengirim utusan. Mungkin mereka muak menunggu sampah ini bangkit."

Xiao Chen mengabaikan bisikan itu, meski setiap kata terasa seperti jarum. Dia naik ke panggung, berdiri di depan gendang raksasa itu. Tangannya terkepal.

Tahun ini... tolonglah. Sekali saja, batinnya memohon.

Dia menarik napas, mengumpulkan seluruh sisa tenaga di tubuhnya, dan memukul permukaan kulit gendang itu sekuat tenaga.

BUGH!

Suara hantaman tumpul terdengar. Kulit gendang itu bergetar sedikit, lalu diam.

Hening.

Tidak ada auman. Tidak ada cahaya. Tidak ada resonansi. Gendang itu tetap bisu, seolah menolak mengakui keberadaan Xiao Chen.

"Xiao Chen Gagal," vonis Tetua Penguji terdengar datar dan kejam.

Bahu Xiao Chen merosot. Gagal lagi. Tubuh ini... benar-benar lubang tanpa dasar.

"Hahaha! Sudah kuduga!"

Tawa angkuh meledak dari barisan depan. Xiao Long, sepupu Xiao Chen, berdiri dengan tangan bersedekap. Di sebelahnya, Pelayan Han ikut tersenyum mengejek.

"Kau memukul gendang itu seperti perempuan memukul bantal, Sepupu!" seru Xiao Long keras-keras. "Saran saya, lebih baik kau turun dari panggung dan pergi ke kandang babi. Mungkin di sana bakatmu lebih dihargai!"

Gelak tawa membahana di seluruh alun-alun. Wajah Xiao Chen memanas, bukan karena marah, tapi karena rasa malu yang membakar harga dirinya.

Dia hendak berbalik dan turun, ketika sebuah suara jernih dan dingin memotong tawa itu.

"Tutup mulutmu, Xiao Long."

Kerumunan terdiam seketika. Dari kursi tamu kehormatan, seorang gadis muda berdiri. Jubah putihnya berkibar anggun, dan wajah cantiknya tampak sedingin es.

Su Qingyue.

Dia berjalan menaiki panggung, mengabaikan tatapan kakeknya (Tetua Su Ming) yang melotot tidak setuju dari tribun VIP. Dia berdiri tepat di samping Xiao Chen, menghadapi ratusan orang itu.

"Qingyue..." bisik Xiao Chen, merasa bersalah. "Jangan lakukan ini. Kau akan membuat kakekmu marah."

Su Qingyue tidak menoleh ke arah kakeknya. Dia menatap Xiao Chen, matanya melembut. Dia mengambil tangan Xiao Chen yang memerah akibat memukul gendang, lalu menggenggamnya erat di depan semua orang.

"Biarkan mereka marah," kata Qingyue tegas. Lalu dia menatap Xiao Long. "Bakat seseorang tidak hanya diukur dari gendang tua ini. Xiao Chen memiliki keteguhan hati yang tidak dimiliki siapa pun di sini. Siapa pun yang menghinanya, sama dengan menghinaku, Su Qingyue!"

Pernyataan itu bagaikan tamparan keras bagi Xiao Long dan para tetua. Xiao Long mengertakkan gigi, wajahnya merah padam karena cemburu. Bagaimana bisa sampah itu masih mendapatkan pembelaan dari wanita paling berbakat di kota ini?

Di tribun VIP, Tetua Su Ming mendengus kasar. "Gadis bodoh. Dia semakin mempersulit keadaan. Kita harus mempercepat rencana 'itu'."

Su Yang, ayah Qingyue, hanya menghela napas berat. "Kita akan bicarakan ini besok di Paviliun Danau Giok."

Xiao Chen mendengar gumaman para tetua itu. Dia melihat tatapan jijik dari Su Ming. Dia tahu, pembelaan Qingyue hari ini hanya menunda eksekusi, bukan membatalkannya.

Setelah ritual selesai, kerumunan bubar. Xiao Chen menarik diri dari Qingyue sebelum gadis itu sempat berkata lebih banyak. Dia tidak sanggup melihat rasa kasihan di mata tunangannya.

"Chen, tunggu!" panggil Qingyue.

"Maaf, aku ingin sendiri," jawab Xiao Chen tanpa menoleh, setengah berlari menuju kediamannya yang terpencil di pinggir klan.

Kamar Xiao Chen Malam Hari

Malam itu, Xiao Chen duduk sendirian di tepi tempat tidurnya yang keras. Di luar, angin menderu kencang.

Di tangannya, dia memegang sebuah manik hitam kusam satu-satunya peninggalan ibunya yang tidak pernah dia kenal.

Rasa frustrasi yang dia tahan sepanjang hari akhirnya meledak.

"Kenapa?!" teriak Xiao Chen.

Dia membanting tinjunya ke meja kayu di depannya.

BRAK!

Meja itu retak. Serpihan kayu tajam menggores tangannya. Darah segar mengalir deras dari luka di telapak tangannya.

"Kenapa aku harus menjadi sampah?! Kenapa aku harus dilindungi oleh wanita yang kucintai?! Aku ingin melindunginya! Aku ingin membungkam mulut mereka!"

Xiao Chen menangis tanpa suara. Air matanya jatuh, bercampur dengan darah yang menetes dari tangannya.

Tanpa dia sadari, tetesan darah segar itu jatuh tepat di atas manik hitam yang dia pegang.

Tes.

Darah itu tidak menggenang. Darah itu... terserap.

Manik hitam yang selama lima belas tahun terlihat seperti batu mati, tiba-tiba berdenyut. Sebuah hawa panas menjalar dari manik itu ke telapak tangan Xiao Chen, lalu merambat naik ke lengannya, menuju jantungnya.

Dunia di sekitar Xiao Chen tiba-tiba menjadi gelap gulita. Suara angin di luar menghilang.

Dari dalam manik itu, sebuah tawa purba yang berat dan serak bergema, bukan di telinganya, tapi langsung meledak di dalam jiwanya.

"Kekeke... Akhirnya. Darah yang penuh dengan keputusasaan dan amarah... Inilah kunci untuk membangunkanku."

Xiao Chen terbelalak, melihat kabut hitam mulai keluar dari manik itu, membentuk siluet mata reptil raksasa di udara kamarnya.

"Kau menginginkan kekuatan untuk membungkam dunia, Bocah? Maka berikan darahmu pada Raja ini, dan Raja ini akan memberimu langit."

1
Indah Hidayat
kenapa hrs membunuh kera tsb dgn kadal, toh si mc bisa keluar dr sarang monyet tsb ????
Indah Hidayat
ini novel terjemahan ya.
Indah Hidayat
lho pedangnya utk alas kaki saat terbang tapi kok bisa digunakan menebas burung? apa sj mc tdk jatuh ? juga kayu pengikat petir udah disimpan di cincinnya kok masih cari lagi? si thor sadar nggak ? atau ini ceritra terjemahan???
Indah Hidayat
aneh like yg kuberikan tdk menambah jml like sebelumnya?
Angga Agi ikraswari
jadi bingung in cerita alurnya kemana???? ☹️😒☹️😒🤔🤔🤔🤔👎👎👎👎
j
/Heart//Kiss/
j
🤣
j
/Heart/
Indah Hidayat
adegan2nya keren, pilihan katanya bagus
Indah Hidayat
keren
Indah Hidayat
keren anti klimaks adegannya, jadi ikut terbawa perasaan
Kacca Lima
Menarik dan membuat pembaca penasaran hingga terus.membaca hingga akhir. Menunggu karya baru penulis, yang berbeda dengan karya sejenis yg lain.
Putrakelana
di zaman nya sudah ada pengukur waktu (bisa menghitung sampai detik)., ranah kultivasi mumpuni emang
tirta arya
kebanyakan level thor..kaya pns kanoha🤣🤣🤣🤣
Inara Cantik
proses mendaki anak tangga ini hendaknya berlaku selama 6 bulan, bagi yg gagal boleh mencoba lagi, hasilnya pasti akan terlihat. pondasi dasar dao bagi yg berhasil sampai selesai akan kuat dan kokoh baik fisikaupun mental
Inara Cantik
/Grin//Grin//Facepalm//Facepalm/
Inara Cantik
aku mewek... /Sob//Sob//Sob/
Luo Zan Thian
senior??????????????????????
kan si YAO HUANG itu gurunya.....🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Luo Zan Thian
bukankah di bab berikutnya sudah berada di tingkat 6 ????????????
Luo Zan Thian
Ceritanya bagus... tapi kenapa alurnya lompat-lompat ya. Jadi bingung
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!