NovelToon NovelToon
Love Stalker Syndrome

Love Stalker Syndrome

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / CEO / One Night Stand / Bad Boy / Office Romance
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Tyarss_

Milan selalu punya ide gila untuk selalu menggagalkan pernikahan Arutala. semua itu karena obsesinya terhadap Arutala. bahkan Milan selalu menguntit Arutala. Milan bahkan rela bekerja sebagai personal asisten Arutala demi bisa mengawasi pria itu. Arutala tidak terlalu memperdulikan penguntitnya, sampai video panasnya dengan asisten pribadinya tersebar di pernikahannya, dan membuat pernikahannya batal, Arutala jadi penasaran dengan penguntitnya itu, ia jadi ingin lebih bermain-main dengannya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tyarss_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Pesta

Tiada habis-habisnya Milan dan Lyra menatap pantulan diri mereka di cermin. Memuji betapa cantiknya mereka malam ini. Milan yang memilih mengenakan dress berwarna hitam, mengekspose sedikit bahu serta punggungnya yang indah. Begitu pula dengan Lyra. Mereka memang kompak untuk memilih warna hitam.

"Ketika nanti mom dan daddy bertanya kenapa aku tidak ikut, bilang saja aku sedang aksi mogok bertemu mereka." Ujar Milan.

Lyra mengangguk. Ia selesai memakai lipstiknya, kemudian memasukkan kembali benda kecil itu ke dalam tasnya. "Lalu, bagaimana jika nanti bertemu di pesta? Karena tidak menutup kemungkinan kita akan bertemu di sana."

Milan nampak berpikir. Ia berbalik membelakangi kaca, menyandarkan pantatnya pada meja. Kedua tangannya terlipat di depan dada. "Mmm. Kau harus selalu berada di sisi orang tua ku. Jadi jika ada kemungkinan kau melihatku, kau harus segera menghubungiku. Dan aku akan menghindar. Jadi ini, ponsel baru untukmu." Milan mengulurkan sebuah ponsel baru yang sudah ia siapkan.

Tanpa bantahan Lyra menerimanya. Karena dia memang butuh ponsel saat ini. "Kau sudah siap? Aku akan mengantarmu ke titik lokasi sebagai alamat palsumu saat ini. Sekalian aku mau berangkat ke rumah Parmoedya. Kedua orang tua mu tidak suka dengan keterlambatan."

"Sudah. Aku hanya tinggal menghubungi Arutala saja."

Setelah selesai dengan penampilan mereka, Milan dan Lyra keluar dari walk in closet. Menuju parkiran mobil. Sesuai dengan rutenya, Lyra mengantarkan Milan terlebih dahulu. Barulah ia menuju ke kediaman Pramoedya.

Tidak pernah Milan bayangkan sebelumnya ia akan menunggu di pinggir jalan seperti ini. Apalagi orang yang saat ini ia tunggu, adalah orang yang hanya bisa ia lihat dari kejauhan.

Sebuah mobil Rolls Royce berhenti di depannya. Tanpa perlu menebak, Milan sudah tau siapa pengendara di dalam mobil itu. Dan benar saja, Arutala turun dengan setelan jas mahalnya.

"Jadi ini yang kau sebut pinggiran?" tanya Arutala meneliti lingkungan tempat tinggal Milan. Padahal tidak terlalu kumuh dan justru terlihat nyaman-nyaman saja. "Dimana kau tinggal?"

Milan menunjuk gedung tiga lantai yang ada di belakangnya. "Lantai nomer dua. Bukan apartement yang mewah. Tapi aku suka tinggal disini karena kebersihannya lumayan terjaga di lingkungan ini." Jawab Milan dengan semua karangannya.

Arutala tidak lagi bertanya. Milan segera masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, Arutala hanya diam sembari melihat keluar. Milan jadi sedikit merasa canggung. Apa Arutala marah padanya karena kejadian waktu itu?

"Apa kau marah padaku?" tanya Milan. Ia sepenuhnya menghadap ke arah pria itu.

Memejamkan mata serta menghela napas untuk meredam rasa kesalnya, Arutala menoleh pada Milan setelah beberapa detik wanita itu melontarkan pertanyaan itu.

Wajah Milan yang terlihat kebingungan meruntuhkan pertahanan Arutala. "Tidak. Seharusnya, jika memang kau memegang teguh pendrian mu itu untuk tidak tidur denganku, jangan biarkan aku merasakan bibirmu. Because, your lips make me addicted."

Tubuh Milan menegang. Ia tidak tau jika bibirnya akan mempengaruhi Arutala sampai segininya. "Tapi itu bukan ciuman pertama kita." Jujur Milan.

Kening Arutala berkerut. Kebingungan dengan pernyataan Milan. "Apa maksudmu?"

"Malam itu, ketika aku mengantarmu pulang saat mabuk. Kita sempat berciuman. Jadi ku pikir tidak masalah. Melakukan ciuman yang kedua kalinya ketika kau tersadar." Jelas Milan dengan wajah lempengnya.

Arutala tidak menyangka. Jadi sebelumnya ia dan Milan sempat berciuman? Sial sekali Arutala. karena ia selalu lupa kejadian setiap kali dia mabuk.

Mengikis jaraknya, Arutala mengusap bibir bawah Milan dengan ibu jarinya. Menatap intens Milan. Membuat lawannya diam seribu Bahasa. Tak di pungkiri jantung Milan selalu memberikan debaran yang berbeda setiap kali dekat dengan Arutala.

"Andaikan saat ini kita tidak sedang menuju pesta, sudah ku pastikan akan ku lumat habis bibirmu." Ujar Arutala. Tepat setelah itu mereka sudah sampai di lobi Gana Hotel. Hotel bintang lima milik keluarga Ganapatih.

Arutala turun di susul dengan Milan yang berdiri di sampingnya. "Jangan terlihat gugup Milan. Kau harus bisa mengatasi ini. Karena kau pasanganku malam ini." Ucapnya. Meski Arutala tau bahwa Milan tidak mungkin gugup. Wanita itu tentu tidak asing dengan pesta yang di hadiri oleh orang-orang penting.

Selaku pemilik acara malam hari ini, Pradana dan Elisa selalu menebar senyum pada setiap tamu undangan yang menyapa mereka. Melakukan obrolan singkat pada tamu-tamunya. Kedua pasangan suami istri itu tampak serasi. Meski sudah berumur 40th Elisa masih sangat terlihat cantik. Begitu pula dengan Ganapatih yang terlihat berwibawa.

"Malik..." sapa Pradana.

Malik dan Nida, Mr and Mrs Pramoedya, menghampiri Pradana dan Elisa. Menunjukkan kehadirannya.

"Aku senang kau datang kemari." Ujar Pradana menjabat tangan Malik.

"Tentu saja. Sekali lagi aku minta maaf, karena kita tidak bisa menjadi besan." Malik melihatkan wajah murungnya. "Padahal aku sangat suka sekali jika Arutala menjadi menantuku."

"Sudahlah tidak papa. Yang terpenting adalah anak-anak kita. Dan kita akan tetap menjadi rekan."

"Oh iya, apa yang di belakang kalian itu Milantika? Anak kalian?" kalimat itu datang dari Elisa yang nampak tertarik dengan wanita yang berdiri di belakang Malik dan Nida. Karena memang, Pradana dan Elisa belum pernah melihat ataupun bertemu langsung dengan anak dari keluarga Pramoedya. Keluarga itu benar-benar menjaga anak mereka dari publik.

Merasa dirinya menjadi pusat pembicaraan, Lyra yang saat itu tengah mengamati sekitar langsung maju untuk mensejajarkan posisinya dengan Nida. Ia tersenyum, menjabat tangan Elisa. "Nama saya Lyra. Saya adalah saha-"

"Dia adalah keluarga kami." Malik memutus ucapan Lyra.

Lyra terdiam mendengar jawaban Malik. Bahkan Nida juga ikut menimpali. "Dia sangat cantik bukan? Kami sangat bangga padanya. Memiliki kedua putri yang sangat cantik dan pandai di bidangnya masing-masing, suatu anugrah bagi kami."

"Wahh.. aku sangat iri padamu Nida. Aku juga ingin memiliki seorang putri. Tapi yang ku dapat justru dua putra yang malah membuat ku pusing. Yang satu sibuk sekali kerja. Yang satunya lagi sibuk berkelana entah kemana." Tutur Elisa.

Tidak pernah terpikirkan di otak Lyra bahwa dirinya akan di anggap keluarga oleh Malik dan Nida. Bahkan mereka dengan bangga memperkanalkan dirinya. Lyra melihat ke atas karena tidak ingin air matanya jatuh. Dan merusak penampilannya. Karena malam ini dia begitu bahagia.

"Lalu dimana Milantika?" kali ini Pradana yang bertanya.

"Maaf sekali lagi, Pra. Milan sedang tidak bisa ikut hadir bersama kami." Jawab Malik.

"Yasudah tidak papa. Kita bisa berkumpul lain kali. Silahkan kalian nikmati hidangannya."

Dengan perasaan was-was Milan masuk ke ballroom tampat pesta itu di adakan. Matanya selalu aktif melihat sekitar. Dalam beberapa langkah, Arutala selalu di ajak mengobrol beberapa tamu yang hanya menyapanya atau sekedar memberikan ucapan selamat.

Dan Milan sebagai asisten Arutala ikut menunjukkan senyum ramah penuh rasa hormat.

"Pak, apa kau yakin tidak ingin berpasangan dengan Tjo? Karena menurutku, dia juga bisa ikut dalam beberapa obrolan. Sedangkan aku tidak terlalu ahli. Dan lagi pula aku ini masih baru, jadi butuh waktu untukku memahami semua kolegamu." Ujar Milan memberikan masukan.

"Diamlah Milan. Aku sedang tidak membutuhkan saran darimu malam ini." Arutala menghentikan langkahnya untuk sekedar menikmati wajah cantik Milan. "Lagi pula aku tidak ingin terlihat seperti pasangan gay. Untuk itu aku memilih mu yang berdiri di sampingku."

Bisa diterima juga alasan Arutala itu.

"Ayo. Kita harus menyapa kedua orang tua ku lebih dulu. Sebelum mereka memberikan ucapan sambutan malam ini." Ajak Arutala. inilah saat yang ia tunggu-tunggu. Apalagi tidak jauh dari kedua orang tuanya, Arutala dapat melihat keberadaan Malik Pramoedya, ayah Milan. Arutala tidak sabar untuk membongkar identitas Milan. Tersenyum dengan jahat.

Milan menerima panggilan masuk di ponselnya.

"Aku melihat mu dan Arutala yang sedang menuju kemari. Cepat cari cara agar Arutala tidak berjalan kemari. Atau identitasmu akan terbongkar."

Mendengar itu, Milan langsung menutup panggilannya. Ia mencari-cari keberadaan kedua orang tuanya dan Lyra. Sial! Beberapa langkah lagi dan Arutala akan sampai. Jika dia tiba-tiba menghilang, tidak menutup kemungkinan Arutala mencarinya dan menyebut namanya. Itu akan membuat ayahnya curiga jika sampai mendengar namanya.

Milan harus cari cara. Ia menggenggam tangan Arutala. Menghentikan pria itu. Dan berhasil. Arutala berbalik padanya.

"Ada apa Milan?"

"Aku merasa tubuhku menggigil." Milan mengatur wajahnya agar terlihat sakit. Membuat tangannya terlihat tremor. Dan dia berhasil. Arutala terlihat khawatir. Bahkan pria itu dengan cepat melepas jas miliknya. Lalu memakaikannya pada Milan.

"Apa kau akan menyuruhku pulang sendirian? Aku tidak sanggup. Tubuhku rasanya lemah sekali." Lirih Milan.

Sikap Arutala selanjutnya membuat Milan terkejut. Pria itu memeluknya. Di depan umum. Membuat beberapa orang yang melihat ke arah mereka dengan penasaran.

"Kita cari tempat hangat." Arutala menuntun Milan keluar. Melupakan rencana jahatnya untuk membongkar identitas wanita itu. Meski Arutala tau, ini semua hanya akal-akalan Milan saja.

Di dalam lift, Milan menyandarkan kepalanya pada dada bidang Arutala. Menghirup aroma parfum Arutala yang begitu Milan sukai. Berada dalam dekapan Arutala membuat Milan nyaman. Ia suka rasanya saat tangan Arutala dengan lihai mengelus kepalanya seperti saat ini. Membuat Milan memejamkan mata merasakan sikap hangat Arutala.

Tak hanya itu, Arutala juga memberikan kecupan ringan di puncak kepala Milan. Entah wanita itu sadar atau tidak.

1
Irma Wati Jelita
kk episode pelit ☺️3 gtu. dong kk
sagitarius: mau gitu, tp nunggu dapet libur kerja dulu yaa😊
total 1 replies
Irma Wati Jelita
kpn up lg kk
sagitarius: besok akan di up yaa
total 1 replies
Risa Koizumi
TERBAIK! Itu aja yang bisa aku bilang, bagus banget storynya! 🙌
sagitarius: Makasih banyakk🫶🏻🫶🏻
total 1 replies
Alphonse Elric
Mantap betul!
Sun Seto
Terselip kebijaksanaan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!