"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA BELAS
"Saya tidak bisa menjawabnya sekarang bu. Saya minta waktu untuk memikirkannya." Jawab Arini.
"Apalagi yang kamu pikirkan Arini?. Ibu sudah katakan pernikahan ini tidak akan berlangsung lama. Setelah anak Sandra lahir, Alfian bisa menceraikannya. Sekarang yang penting bapak mertua kamu bisa bebas. Kamu jangan egois." Kata Bu Ratih.
Arini spontan menoleh pada ibu mertuanya itu, karena merasa tak terima dia menyebutnya egois.
"Saya bukan egois bu, saya hanya ...." Arini tidak melanjutkan kata-katanya, karena bu Ratih kembali bersimpuh dikaki Arini sambil menangis.
"Ibu mohon Arini, ibu mohon. Kali ini saja kamu mau menolong ibu."
"Apa yang ibu lakukan?. Lepaskan bu. Jangan seperti ini."
"ibu tidak akan pernah melepaskan kaki kamu, sebelum kamu mau mengizinkan Alfian menikahi Sandra." Ucap bu Ratih, memelas.
Bu Ratih memegang betis Arini cukup kiat, membuat Arini merasa tak enak. Berulang kali Arini meminta ibu mertuanya berdiri, tapi dia malah semakin mengencangkan pegangan tangannya, sambil terus memohon pada Arini.
Karena merasa terdesak dan tak enak dengan apa yang bu Ratih lakukan, dengan sangat berat hati Arini pun meng iya kan permintaan mertuanya itu.
"Terima kasih Arini. Kamu memang istri dan menantu yang baik. Kamu sudah melakukan dua kebaikan sekaligus. Mengeluarkan bapak mertua kamu juga menutupi aib keluarga pak Wirya." Ucap bu Ratih. Arini diam, tidak menyahuti.
"Ibu janji sama kamu, sekalipun Alfian menikahi anak pak Wirya, dia tetap akan menjadi suami yang baik buat kamu. Dan hanya kamu yang ibu anggap sebagai menantu." Ucap bu Ratih.
"Apa ibu bisa menjamin semua itu?." Tanya Arini.
"Tentu saja Arini. Ibu janji sama kamu. Tidak akan ada yang berubah, sekalipun Alfian menikah lagi."
"Baik bu. Saya pegang janji ibu." Kata Arini.
Senyum mengembang di bibir bu Ratih, saat meninggalkan rumah Arini, karena usahanya untuk membujuk Arini berhasil dengan mudah. Dia tak peduli harus merendahkan diri dihadapan menantunya itu, yang penting pak Hardiman bisa keluar dari penjara.
Siang itu juga, bu Ratih menemui pak Wirya untuk mengatakan kalau Alfian sudah setuju menikahi anaknya, Sandra, padahal Alfian belum mengiyakan. Bu Ratih tak peduli, karena dia yakin Alfian akan melakukannya, apalagi Arini sudah mengijinkan.
"Anak saya sudah bersedia menikahi putri bapak. Apa suami saya bisa segera bebas?." Tanya bu Ratih.
"Tentu saja saya akan membebaskan pak Hardiman, tapi nanti setelah anak saya dan anak anda resmi menikah." Jawab pak Wirya.
"Kalau begitu, apa bisa pernikahannya dilangsungkan secepatnya?." Tanya bu Ratih.
"Lebih cepat lebih baik." Jawab pak Wirya.
...
Sepulangnya dari rumah pak Wirya, bu Ratih kembali menemui Alfian dan Arini, untuk membahas pernikahan itu.
"Kapan aku bilang aku setuju bu?."
"ibu mohon kamu jangan menolak, Alfian. Arini saja tidak keberatan dan setuju kamu menikahi Sandra, demi bapak kamu." Kata bu Ratih.
Alfian menoleh pada Arini.
"Apa benar itu Arini?." Tanya Alfian.
"Tentu saja benar." Sela bu Ratih, lalu terus mendesak Alfian, dan meminta Arini mengatakan kalau dirinya sudah mengizinkan Alfian menikahi Sandra.
"Aku tanya sekali lagi, Apa benar yang dikatakan ibu Rin, kamu setuju aku menikahi anak pak Wirya?." Tanya Alfian.
Arini mengangguk lemah, lalu berkata " Iya."
"Sudah ibu bilang kan, kalau istri kamu sudah setuju. Sekarang kamu tidak punya alasan untuk menolak." Kata bu Ratih.
Merasa terdesak dan tak punya pilihan, akhirnya Alfian pun setuju. Air mata Arini menetes, saat mendengar Alfian mengatakan iya pada bu Ratih, tapi dia segera mengusapnya.
Tiga hari kemudian.
Alfian dan Sandra akhirnya resmi menikah. Acara pernikahan itu diadakan sederhana dikediaman pak Wirya, dan hanya dihadiri keluarga inti dari kedua belah pihak.
Senyum bahagia terukir dibibir Sandra, saat Alfian menyematkan cincin pernikahan mereka di jari manisnya. Sebaliknya, Alfian justru merasa tidak tenang saat ini, karena teringat pada Arini. Alfian merasa sangat berdosa, karena telah melukai Arini dengan pernikahan ini.
Maafkan aku Arini. Batin Alfian.
...----------------...
.
.
BERSAMBUNG 🌿🌿🌿
follow me ya thx all