Deskripsi: Hazel merasa dunia runtuh saat dia dipecat akibat fitnah dari rekan kerja dan baru saja mendapati kekasihnya berselingkuh. Dalam keputusasaan, dia pulang ke rumah dan menyerahkan segalanya pada orang tuanya, termasuk calon pasangan yang akan dijodohkan untuknya. Namun, saat keluarga dan calon suaminya tiba, Hazel terkejut—yang akan menjadi suaminya adalah mantan bos yang selama ini sangat dibencinya. Dihadapkan pada kenyataan yang tak terduga dan penuh rasa malu, Hazel harus menghadapi pria yang dianggapnya musuh dalam diam. Apakah ini takdir atau justru sebuah peluang baru? Temukan jawabannya dalam novel "Suamiku Mantan Bosku"😗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aping M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Ayah Kenapa?
Setibanya di rumah sakit, Lucas dan Hazel disambut oleh ibu Lucas yang tampak sangat lelah namun lega melihat kedatangan mereka. "Lucas, Hazel, terima kasih sudah datang," ujarnya sambil memeluk mereka berdua.
Lucas, dengan mata yang tampak sembab, bertanya dengan lembut, "Bagaimana keadaan Ayah, Ibu? Apakah ada perkembangan baru?"
Ibu Nara menghela napas sebelum menjawab, "Dokter mengatakan kondisinya stabil, tapi dia masih dalam keadaan koma. Mereka melakukan yang terbaik, tapi kita hanya bisa menunggu dan berdoa sekarang."
Hazel mengambil inisiatif untuk menenangkan situasi. "Kita semua ada di sini sekarang, Ibu. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," ucapnya, mencoba menghadirkan aura positif di tengah kecemasan yang dirasakan semua orang. Hazel sangat melihat sikap lembut Lucas pada ibunya, ia menyadari bahwa pria yang kini menjadi suaminya adalah pilihan yang terbaik untuknya.
Mereka berjalan bersama menuju ruangan tempat ayah Lucas dirawat. Waktu seakan berhenti saat mereka memasuki ruangan tersebut, dengan alat-alat medis yang berdering lembut di latar belakang. Lucas mendekati tempat tidur ayahnya, menggenggam tangan yang lemah, dan berbisik, "Ayah, aku di sini. Kami semua ada di sini untukmu."
“Tapi ibu, sebenarnya apa yang sedang terjadi pada Ayah? Mengapa ayah sampai koma seperti ini?” Tanya Lucas mengintimidasi Ibu Nara.
“Tenanglah” ucap Hazel mengelus halus pundak Lucas.
“Ibu tidak mengerti, yang ibu tahu setelah ayahmu mengangkat telepon dari seseorang, jantungnya kembali kumat dan kemudian tidak sadarkan diri. Hingga koma selama dua hari ini. Ibu pikir ayah akan cepat pulih, jadi ibu tidak segera menghubungi kalian, tapi setelah tau ayah koma selama dua hari ini, dengan terpaksa ibu menghubungi kalian nak. Maafkan ibu ya” jawab ibu Nara.
“Tidak perlu seperti itu ibu. Kami juga tentu tidak terganggu, kami sangat mengkhawatirkan kondisi ayah dan ibu yang sendirian menjaga ayah disini” ucap Hazel memegang lembut tangan Ibu Nara.
“Siapakah yang menghubungi ayah, ibu?” tanya Hazel.
“Ibu tidak tahu, tidak ada tertera siapakah nama orang itu bahkan nomor teleponnya tidak tertera di handphone, jadi sangat sulit untuk di lacak” kata ibu sangat sedih.
Hazel pun bertanya lagi pada Ibu Nara yang terlihat sangat lemah “Apakah ibu sudah makan? Mau aku belikan makanan ibu?” tanya Hazel sangat lembut mendekat ke arah ibu Nara.
“Ibu sudah makan nak. Kalian pasti yang belum makan, sebaiknya kalian makanlah terlebih dahulu, ada foodcourt dibawah sini. Ajaklah istrimu makan Lucas” kata ibu.
“Iya ibu” jawab Lucas singkat dan segera mengajak Hazel dengan menggandeng tangannya.
Sesampainya di foodcourt, mereka pun segera duduk, suasana sekitar terasa canggung. Lucas memperhatikan makanan di depannya tanpa benar-benar merasakan selera. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan yang tidak terjawab tentang kondisi ayahnya. Bagaimana bisa sesuatu yang terlihat begitu normal, seperti mengangkat telepon, bisa berujung pada kondisi kritis seperti ini? Ia merasa terpukul oleh kenyataan bahwa ada sisi dari ayahnya yang tidak pernah dia ketahui.
Hazel, yang juga merasa cemas, mencoba mencari cara untuk menyenangkan hati Lucas. Dengan lembut, ia menyodorkan sendok berisi makanan ke arah bibir Lucas. Namun, ekspresi wajah Lucas tetap tegang dan tak berubah. Meskipun begitu, Hazel terus berusaha dengan penuh kelembutan.
"Bapak belum makan dari kemarin. Mau aku suapi?" tawar Hazel dengan nada yang hangat.
Lucas masih terdiam, tetapi kali ini ia tidak menolak saat Hazel memberinya suapan pertama. Meskipun tidak ada kata-kata yang terucap dari bibirnya, Hazel dapat merasakan kebingungan dan kecemasan yang membebani suaminya.
Dalam keheningan ruang rawat yang hanya ditemani suara alat medis berdering lembut, Ibu Nara duduk dengan tatapan penuh kekhawatiran di samping tempat tidur Ayah Lucas. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab tentang kejadian yang mendadak membawa suaminya ke kondisi kritis. "Siapa yang menghubungi Ayah tepat sebelum kejadian itu?" bisiknya pada diri sendiri, rasa penasarannya semakin menguat.
Saat itu, sebuah suara lemah menyela lamunannya, "Nara, maafkan aku," ucap Ayah dengan mata masih terpejam, menandakan bahwa ia baru saja terbangun dari koma yang mendalam. Ibu Nara, terkejut dan lega, segera menekan tombol panggilan darurat untuk memanggil perawat dan dokter.
Sesaat kemudian, perawat dan dokter bergegas memasuki ruangan, memeriksa kondisi Ayah Henry yang mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Setelah memastikan segalanya stabil, Ibu Nara tidak membuang waktu untuk menginformasikan Lucas dan Hazel bahwa Ayah sudah sadar.
Lucas dan Hazel, yang tengah menyelesaikan makan siang mereka, segera beranjak dari foodcourt dan bergegas kembali ke rumah sakit. Emosi mereka bercampur antara lega dan khawatir, berharap untuk mendapat kabar baik lebih lanjut.
Sampai di ruang rawat, Ibu Nara menyambut mereka dengan mata berkaca-kaca, "Ayah sudah sadar," katanya dengan suara bergetar. Ayah Henry, masih terbaring lemah, bertanya dengan bingung, "Kenapa saya di sini, Bu?"
Ibu Nara dengan sabar menjawab, "Ayah pingsan dan sempat koma. Tapi jangan dipikirkan dulu, yang penting sekarang Ayah harus cepat sembuh."
Saat Lucas dan Hazel mendekat, Ayah Henry menatap mereka, "Kalian sudah kembali? Kenapa cepat sekali? Apakah karena kabar dari Ibu?"
Lucas menjawab, "Tidak, Ayah. Kami memang sedang bersiap untuk kembali ke sini saat Ibu menghubungi kami."
Ibu Nara, mencoba meringankan suasana, bercanda, "Ibu dan Ayah akan kembali memberikan kalian liburan lagi. Ini sangat terlalu cepat. Pasti belum ada yang berkembang di rahim menantu ibu kan," usahanya untuk membuat suasana menjadi lebih santai.
Namun, Lucas yang hendak menanggapi dicegah oleh Hazel yang dengan lembut menggenggam tangannya, memberi sinyal untuk tidak membahas lebih jauh di depan Ayah yang baru saja pulih. Lucas memahami dan mengangguk perlahan, memilih untuk mengalihkan topik.
Hari-hari berikutnya di rumah sakit diwarnai dengan kedatangan berbagai pembesuk yang ingin melihat dan memberi dukungan kepada Ayah Henry. Orang tua Hazel juga datang mengunjungi, membawa semangat dan kehangatan keluarga yang lebih besar. Mereka semua, termasuk Lucas dan Hazel, menghabiskan waktu di samping Ayah Henry, berbagi cerita dan tawa, mencoba meringankan suasana.
Lima hari berlalu, dan kondisi Ayah Henry membaik secara signifikan. Dokter akhirnya memberikan izin bagi Ayah Henry untuk pulang. Dengan hati lega, Hazel dan Lucas membantu Ibu Nara mengantarkan Ayah Henry kembali ke mansion mereka.
Sebelum meninggalkan rumah sakit, Hazel, dengan niat baik, menawarkan diri untuk tinggal beberapa hari bersama Ayah dan Ibu Henry di mansion mereka. Namun, tawaran itu ditolak oleh Ibu Nara yang, meski berterima kasih, menegaskan bahwa mereka tidak ingin mengganggu bulan madu Hazel dan Lucas.
"Kalian perlu waktu untuk diri sendiri," ucap Ibu Nara lembut, menghargai privasi pasangan muda tersebut.
Setelah memastikan Ayah Henry nyaman di kamarnya, Lucas dan Hazel berpamitan untuk kembali ke rumah mereka. Mereka meninggalkan mansion dengan hati yang lebih ringan, mengetahui bahwa Ayah Henry sudah cukup kuat untuk beristirahat di rumahnya sendiri.
Sepanjang perjalanan terasa begitu sunyi, Lucas yang fokus menyetirkan mobilnya, sedangkan Hazel terus melihat pemandangan sekitar jalan.
“Terima kasih” ujar Lucas seketika, namun pandangannya tetap menuju jalan.
“Terima kasih untuk apa?” tanya Hazel keheranan, pandangannya kini mengarah pada wajah Lucas yang saat kini ia sadari sangat tampan.
“Karena kau sudah baik pada keluargaku” jawabnya tersenyum kecil.
“Bukankah kita sama? Aku tahu, kalau bapak menyayangi keluargaku. Begitu pun juga aku yang menyayangi keluarga bapak” kata Hazel.
Lucas hanya diam dan memandang Hazel sekilas, dengan senyumannya yang sangat manis, tatapan mata yang membuat para Wanita rasanya ingin terjatuh. Kini bahkan Hael merasakan debaran yang berbeda, rasanya ia malu untuk memandang pria itu terlalu lama yang kini sudah menjadi suaminya.
“Jangan memandangiku seperti itu, aku tahu, aku ini memang tampan” ucap Lucas sangat percaya diri.
Hazel yang melihatnya hanya mencebik, selain angkuh ternyata suaminya itu cukup percaya diri, meskipun yang dikatakannya memanglah benar.
“Apakah aku boleh kembali ke rumah ku besok? Aku ingin bertemu ayah dan ibuku karena setelah kembali dari Paris aku belum sempat menemuinya” tanya Hazel meminta izin pada suaminya itu.
“Aku juga akan kesana untuk mengantarmu sebelum ke kantor, setelah kembali pulang aku akan menjemputmu” jawabnya datar. Hazel yang melihatnya tersenyum, dia merasa hubungan mereka jauh lebih baik dari sebelumnya, Lucas pun sudah bersikap lebih lembut padanya. Mungkin sebenarnya suaminya itu adalah orang baik, hanya saja ia bertemu dengan perempuan seperti Reina yang membawa pengaruh buruk.
“Terima kasih” jawab Hazel sangat lembut.
Esok harinya, pagi yang cerah menyambut kedua pasangan muda tersebut. Lucas, setelah memakai pakaiannya untuk bersiap ke kantor, membantu Hazel mengemas beberapa barang yang ia butuhkan untuk kunjungan singkat ke rumah orang tuanya. Kemudian keduanya sarapan dari makanan yang telah dibuat oleh Hazel.
Sesampainya di rumah orang tua Hazel, mereka disambut dengan hangat. Ayah dan ibu Hazel sangat senang melihat putri mereka kembali, dan mereka juga menyambut Lucas dengan tangan terbuka. Momen reuni keluarga itu dipenuhi dengan tawa dan cerita, memberikan Hazel perasaan hangat dan nostalgia.
“Bapak tidak berangkat untuk bekerja, ini sudah pukul 10 pagi?” tanya Hazel.
“Tidak ayah izinkan sebelum kita makan siang bersama. Lagipula, perusahaan itu milik suamimu nak, tidak akan ada yang berani padanya” jawab ayah Foster.
“Ayah, tapi..” ucapnya terputus oleh ibu yang datang menghampirinya dan mengajaknya untuk memasak untuk makan siang mereka bersama. Lucas hanya melihatnya dan tersenyum kikuk tanpa bisa menjawab apapun.
“Sudahlah nak, biarkan ayah dan menantunya bermain terlebih dahulu. Kau bantu ibu memasak ya” ucap ibu Mega sangat lembut.
“Iya ibu” jawab Hazel singkat.
Setelah makan siang siap dihidangkan di meja makan oleh ibu Mega dan Hazel, Hazel berbagi pengalamannya di Paris dan bagaimana perjalanan itu membawa perubahan positif dalam hubungannya dengan Lucas. Orang tua Hazel, mendengarkan dengan antusias, merasa lega dan bahagia melihat putri mereka dalam kondisi yang baik.
Lucas meminta izin untuk berangkat ke kantor setelah makan siang, sambil menegaskan kembali bahwa ia akan kembali menjemput Hazel di sore hari. "Jangan khawatir, aku akan kembali sebelum kamu menyadarinya," ucap Lucas sambil tersenyum, memberikan kecupan ringan di kening Hazel.
Setelah Lucas pergi ke kantor, Hazel memutuskan untuk menghabiskan sedikit waktu sendirian di taman belakang rumah orang tuanya. Taman itu dipenuhi dengan bunga-bunga yang mekar penuh warna, menciptakan suasana yang menenangkan dan menyegarkan.