Abelia Lestari adalah seorang gadis polos dan lugu yang bekerja sebagai pelayan di rumah Tuan Muda kejam bernama Anggara. Sering mendapat siksaan hingga kehilangan kesucian sudah Abel alami hingga pada akhirnya membuat Abel menyerah pada hidupnya.
Namun keajaiban terjadi, gadis yang biasanya polos dan lugu itu berubah menjadi gadis yang berbeda, wajah yang memancarkan ketegasan dan mata yang tajam bak elang. Dendam pun satu persatu mulai terbalaskan.
Apa yang sebenarnya telah dialami Abel dan apa yang terjadi padanya? Langsung saja baca kelanjutan ceritanya👉🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Adiliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyerangan
Malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang, penyerangan terhadap 5 wilayah pun akan segera terjadi.
Entah mengapa malam ini terasa sunyi, aktivitas diluaran pun sudah terhenti. Padahal waktu masih menunjukkan pukul 09.00 wib. Angin berhembus pelan membawa angin yang sangat dingin, membuat orang yang terkenanya akan merinding dibuatnya.
Namun sepertinya hal itu sama sekali tidak terpengaruh pada Anggara yang saat ini tengah berada disebuah hotel mewah bersama beberapa wanita yang disewanya. Padahal ia sudah ditemani oleh wanita itu dari tadi siang, tapi sepertinya Anggara masih belum saja puas.
Wanita yang menemaninya tidak hanya satu, melainkan ada 3 orang wanita. Anggara seperti seorang singa yang tengah kelaparan karena langsung berhadapan pada 3 wanita yang sudah sangat berpengalaman itu.
Anggara saat ini memanglah tidak berada di kota J karena sedang ada dinas diluar kota yaitu kota S, tapi sebenarnya pekerjaan itu sudah ia selesai pada siang hari tadi, namun Anggara masih enggan untuk pulang dan memilih bersenang-senang. Ia ingin menghilangkan rasa kesalnya pada pelayan rendahnya meskipun mungkin hanya sesaat.
“Ahhh..”
Desahan dari wanita yang disewanya itu terdengar sungguh menggairahkan, membuat nafsu Anggara semakin naik, ia dibuat terbang sangat tinggi malam ini. Kenikmatan ini memang sangat disukai nya, sudah sedari dulu kebiasaan ini telah melekat pada Anggara.
Beberapa jam sudah berlalu, jam pun telah menunjukkan pukul 23.30 wib, Anggara yang sudah pada batasnya pun kini telah ambruk. Matanya terpejam, ia tertidur sangat nyenyak karena sangat lelah. Bertempur bersama 3 wanita sekaligus membuat energi Anggara terkuras habis dibuatnya.
Bahkan saat ini ia pun tidak menyadari lagi jika 3 wanita yang menemaninya dari tadi siang kini sudah menghilang entah kemana.
“Semuanya sudah beres Nona” ucap wanita yang bersama Anggara tadi pada seorang gadis yang duduk santai di sofa pada kamar yang tepat bersebelahan dengan kamar yang Anggara sewa.
“Bagus, sekarang kalian bisa pergi. Masing-masing ambillah satu cek yang ada diatas meja itu dan pergilah jauh dari negara ini, kalau bisa jangan pernah kalian menginjakkan kaki kalian disini lagi” ucapnya tegas.
3 orang wanita itu pun langsung saja mengambil cek itu dengan wajah yang sangat gembira, nominal yang ada di cek itu sangat lah besar, bahkan mampu untuk mencukupi kehidupan mereka selama beberapa tahun kedepan.
“Kalau begitu kami permisi Nona” ucap mereka bertiga dengan senyum merekah.
“Hm” dehem gadis itu dingin.
Gadis itu adalah Genia, ia memang sudah berada dikamar itu sedari tadi siang. 3 orang wanita itu pun memang suruhan dari Genia, ia sengaja menyuruh 3 orang itu untuk menemani Anggara. Semua itu karena dia ingin membuat Anggara kelelahan dan masih tetap bertahan di hotel itu hingga malam ini.
Malam ini Genia akan membalas semua perbuatan keji dari Anggara pada pemilik tubuh ini sebelumnya, mau bagaimanapun tubuh ini kini sudah menjadi miliknya. Dan masalah yang pernah dialami tubuh ini maka akan menjadi masalahnya juga.
Karena menurut Genia, gara-gara perbuatan kurang ajar dari Anggara. Genia menjadi hidup kembali di tubuh yang sudah tidak suci lagi, oleh karena itu Anggara harus mendapatkan balasan yang setimpal.
Genia melangkah menuju nakas disamping tempat tidur, tangannya terulur mengambil sebuah topeng berwarna hitam keemasan yang sudah ia sediakan untuk aksinya malam ini. Ia pasang topeng itu dengan sangat erat, mewanti-wanti agar tidak terjatuh saat sedang beraksi.
Ia memandang arloji yang ada ditangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul 00.00 wib, yang berarti sudah berada pada jam 12 malam tepat. Dengan langkah santai ia memasuki kamar sebelah, yaitu kamar yang ditempati Anggara.
Anggara sama sekali tidak mengetahui jika hotel yang sedang ia tempati saat ini adalah hotel milik dari perusahaan ternama yaitu GN Company. Yang ada dipikiran Anggara hanyalah nafsunya saja, ia tidak akan perduli dengan dimana tempat ia berada saat ini, karena semakin berbintang maka keamanan dari hotel itu akan semakin tinggi, itulah yang ada didalam pikiran Anggara.
Hotel pun sengaja Genia kosongkan untuk hari ini dan besok, karena ia ingin melancarkan aksinya tanpa hambatan apapun dari para kecoa menjijikan.
“Cihh.. bajingan ini sangat terlihat menjijikkan” gumam Genia ingin memuntahkan isi perutnya ketika melihat Anggara yang tidak ditutupi satu helai benang pun ditubuhnya.
“Bangunlah sampah” teriak Genia menendang Anggara dengan kakinya yang berlapis sepatu bot keras.
“Ughhh… sialann!!” Anggara menggeram menahan amarah.
Baru saja ia menutup mata berusaha mengistirahatkan diri, tapi kini justru sudah diganggu oleh seseorang yang tidak ia kenal.
“Siapa kau?!” Teriak Anggara marah.
Dengan cepat ia meraih baju dan celananya yang ada disamping tempat tidur. Ia sungguh bingung, bagaimana orang ini bisa berada didalam kamar hotelnya, dan kemana perginya 3 wanita yang ia sewa tadi? Apakah orang ini juga yang telah mengusirnya?. Begitu banyak pertanyaan yang muncul dikepala Anggara.
Genia sama sekali tidak ada tanda-tanda ingin menjawab pertanyaan dari Anggara, sepertinya gadis itu sangat enggan untuk membuka mulutnya. Hal itu tentu saja membuat Anggara menjadi semakin kesal, ia mengambil pistol yang berada didalam laci meja samping tempat tidur.
Kemanapun ia pergi, Anggara memang selalu membawa pistol, untuk berjaga-jaga dari orang yang berniat jahat, seperti sekarang ini contohnya. Ia mengarahkan pistol itu tepat pada orang berpakaian hitam didepannya, jari telunjuknya pun sudah siap untuk menarik pelatuk.
Tapi mau bagaimanapun itu perlakuan dari Anggara, Genia sama sekali tidak meresponnya, bahkan Genia terdengar seperti tertawa mengejek.
“Dasar bodoh”