NovelToon NovelToon
Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Tara Azhara Putri Mahendra—biasa dipanggil Tara—adalah seorang wanita muda yang menjalani hidupnya di jantung kota metropolitan. Sebagai seorang event planner, Tara adalah sosok yang tidak pernah lepas dari kesibukan dan tantangan, tetapi dia selalu berhasil melewati hari-harinya dengan tawa dan keceriaan. Dikenal sebagai "Cewek Tangguh," Tara memiliki semangat pantang menyerah, kepribadian yang kuat, dan selera humor yang mampu menghidupkan suasana di mana pun dia berada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 20

Tara duduk di tepi meja, memandangi perangkat penyimpanan yang berisi data-data Proyek Apocrypha. Pikiran tentang apa yang telah mereka temukan berputar-putar di kepalanya. Dia tidak bisa menghilangkan bayangan akan bahaya yang mengintai di balik semua ini. Di seberang ruangan, Adrian dan Lucas berbicara pelan dengan Raymond, membahas langkah-langkah selanjutnya. Namun, pikirannya terus kembali pada dokumen-dokumen itu—dokumen yang bisa mengubah segalanya jika digunakan dengan benar, tetapi juga bisa menghancurkan mereka jika jatuh ke tangan yang salah.

“Kita harus bertindak cepat,” kata Raymond, suaranya datar namun tegas. “Kalian punya data yang bisa menjatuhkan mereka, tapi jangan salah, mereka pasti sudah tahu kalau kalian punya ini.”

Lucas mengangguk, wajahnya penuh dengan determinasi. “Itu sebabnya kita di sini. Kita butuh bantuan lo untuk memastikan ini tersebar dengan aman. Kita harus memikirkan cara agar mereka nggak bisa menutupi ini.”

Raymond berdiri, berjalan menuju sebuah layar besar di dinding yang terhubung ke beberapa komputer. Dia menekan beberapa tombol dan layar itu menampilkan peta digital Kota Auriel, lengkap dengan titik-titik merah yang menandakan lokasi-lokasi penting. “Ini semua tempat yang punya potensi buat nyebarin informasi ini. Kita punya beberapa pilihan: jaringan bawah tanah, kontak media yang bisa kita percaya, atau langsung ngehack sistem mereka dan menyebar data ini secara otomatis.”

Tara bangkit dari tempat duduknya dan bergabung dengan yang lain di depan layar. “Tapi kita harus cermat. Kalau mereka sadar sebelum kita siap, semuanya bisa berantakan. Kita juga nggak tahu seberapa dalam mereka sudah menyusupi jaringan kita.”

“Gue udah antisipasi itu,” Raymond menjawab sambil menyesuaikan tampilan peta. “Makanya kita harus main cepat tapi rapi. Gue bisa ngehack sistem mereka dan ngebuat salinan data ini tersebar di berbagai server anonim. Sekali mereka sadar, bakal terlambat buat ngapus semuanya.”

Adrian mengamati peta tersebut, memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi. “Tapi ada satu masalah: kita masih di Auriel. Kalau mereka nangkep sinyal kita di sini, kita nggak bakal punya kesempatan buat kabur.”

Raymond tersenyum tipis. “Makanya kita nggak akan ngejalanin operasi ini dari sini. Gue punya tempat lain, di luar kota, yang nggak bakal mereka curigai. Kita pindah ke sana, dan kita atur semuanya dari jarak jauh. Sistem mereka bakal ngira serangan datang dari berbagai belahan dunia, bikin mereka bingung.”

Tara menghela napas lega, sedikit lebih tenang dengan rencana yang mulai terbentuk. “Kedengarannya masuk akal. Tapi kita harus siap dengan plan B kalau rencana utama ini gagal. Proyek Apocrypha nggak bakal tinggal diam.”

Raymond mengangguk setuju. “Gue udah siapkan beberapa langkah darurat. Kalau situasi memanas, kita bisa menyebar dan ngelindungi diri masing-masing sampai badai reda. Yang paling penting sekarang adalah memulai operasi ini sebelum mereka tahu apa yang terjadi.”

Lucas, yang sejak tadi mendengarkan dengan cermat, mengajukan pertanyaan yang paling penting di kepalanya. “Berapa lama waktu yang lo butuhin buat nyiapin semuanya?”

“Kalau kita bergerak sekarang, gue bisa nyelesaikan persiapannya dalam waktu enam jam,” jawab Raymond tanpa ragu. “Tapi kita harus segera berangkat.”

Mereka bertiga mengangguk, memahami betapa mendesaknya situasi ini. Tanpa membuang waktu, mereka mulai mengemasi barang-barang mereka, memastikan tidak ada yang tertinggal. Raymond memimpin mereka keluar dari rumah dan menuju mobil yang sudah diparkir di belakang, tersembunyi dari pandangan.

“Kita bakal nyetir sepanjang malam,” kata Raymond saat mereka masuk ke dalam mobil. “Tempatnya nggak terlalu jauh, tapi kita harus tetap waspada. Mereka mungkin udah mulai nyari kita.”

Mobil melaju keluar dari kota kecil itu, melewati jalan-jalan sepi yang terhalang oleh bayangan pepohonan. Hanya suara deru mesin dan desir angin yang menemani mereka sepanjang perjalanan. Setiap orang di dalam mobil tenggelam dalam pikirannya masing-masing, merenungkan risiko yang mereka hadapi dan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Setelah beberapa jam, mereka akhirnya tiba di lokasi yang dituju, sebuah gudang tua di tengah hutan. Gudang itu tampak tak terpakai dari luar, tapi begitu mereka masuk, mereka disambut oleh pemandangan yang jauh berbeda. Di dalamnya, terdapat peralatan canggih dan sistem keamanan yang dirancang untuk mencegah setiap upaya penyusupan.

“Ini markas sementara kita,” kata Raymond sambil menyalakan lampu-lampu di dalam gudang. “Nggak ada yang tahu tempat ini kecuali gue. Kita bisa bekerja dengan tenang di sini.”

Lucas berjalan ke salah satu meja yang penuh dengan peralatan elektronik dan mulai mempersiapkan perangkatnya. Tara dan Adrian membantu Raymond mengatur jaringan dan komputer yang akan mereka gunakan untuk menyebarkan data. Keheningan di antara mereka hanya dipecahkan oleh suara perangkat yang dihidupkan dan klik-klik keyboard.

Setelah semuanya siap, Raymond menatap mereka dengan serius. “Gue bakal mulai prosesnya sekarang. Begitu kita mulai, nggak ada jalan mundur. Kita harus siap untuk reaksi apapun.”

Tara mengangguk, wajahnya penuh dengan tekad. “Kita udah sampai sejauh ini. Nggak ada pilihan lain selain maju terus.”

Dengan persetujuan dari semua orang, Raymond mulai bekerja. Jari-jarinya menari di atas keyboard, membuka jalan menuju jaringan-jaringan rahasia yang akan menjadi alat mereka untuk menghancurkan Proyek Apocrypha. Di layar, baris demi baris kode muncul, menandakan bahwa prosesnya berjalan dengan baik.

Waktu terasa melambat saat mereka menunggu. Setiap detik berlalu dengan ketegangan yang makin terasa. Mereka tahu, bahwa begitu data itu tersebar, tidak akan ada jalan kembali. Dunia akan mengetahui kebenaran yang mereka bawa, tapi itu juga berarti dunia mereka sendiri akan hancur.

Tara berdiri di sudut ruangan, memandangi layar-layar yang berkedip-kedip dengan cemas. Dia bisa merasakan jantungnya berdegup kencang, perasaan takut dan antisipasi bercampur aduk. Namun, dia juga merasa ada sesuatu yang berbeda kali ini—sebuah keyakinan bahwa mereka melakukan hal yang benar, meski itu harus dibayar mahal.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti seabad, Raymond akhirnya menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menarik napas panjang. “Selesai. Data udah mulai nyebar ke seluruh server. Dalam waktu beberapa jam, mereka nggak bakal bisa menghentikannya.”

Adrian, yang berdiri di dekat pintu, menatap Raymond dengan mata yang tajam. “Sekarang apa? Kita cuma nunggu dan lihat apa yang terjadi?”

Raymond menggelengkan kepala. “Kita harus siap buat langkah berikutnya. Mereka pasti akan menyerang balik begitu sadar. Kita perlu keluar dari sini secepat mungkin.”

Namun, sebelum mereka bisa bereaksi lebih lanjut, suara keras terdengar dari luar gudang, diikuti dengan bunyi sirene yang mengiris keheningan malam. Wajah Raymond berubah serius. “Sial, mereka tahu kita di sini!”

Tanpa berpikir panjang, mereka bertiga meraih tas dan mulai berlari keluar dari gudang. Tapi langkah mereka terhenti ketika mereka melihat beberapa mobil SUV hitam mendekat dengan kecepatan tinggi, memblokir satu-satunya jalan keluar. Lampu-lampu mobil itu menyilaukan mata mereka, dan Tara bisa melihat bayangan-bayangan bersenjata keluar dari kendaraan-kendaraan itu.

“Kita terjebak,” gumam Lucas, suaranya penuh dengan keputusasaan.

Tara menatap rekan-rekannya dengan tegas. “Kita nggak bisa menyerah sekarang. Kita harus bertarung.”

Adrian mengangguk, wajahnya penuh determinasi. “Apapun yang terjadi, kita harus pastikan data ini tetap tersebar.”

Mereka bersiap untuk pertempuran terakhir mereka, menyadari bahwa mungkin ini adalah akhir dari perjalanan mereka. Tapi dengan semangat yang tak tergoyahkan, mereka berdiri bersama, siap menghadapi apapun yang akan datang.

Ketika musuh-musuh mereka mendekat, siap untuk menyerang, Tara, Lucas, dan Adrian tahu bahwa mereka telah melakukan yang terbaik. Dan meski malam itu bisa saja menjadi malam terakhir mereka, mereka yakin bahwa perjuangan mereka tidak akan sia-sia. Mereka telah menanam benih kebenaran yang akan tumbuh dan menghancurkan tirani Proyek Apocrypha, meski mereka harus mengorbankan segalanya.

1
·Laius Wytte🔮·
Pengalaman yang luar biasa! 🌟
Kei Kurono
Mantap! Bukan cuma ceritanya, bagus dalam segala hal.
<|^BeLly^|>
Nggak sia-sia baca ini. 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!