Rania Salsabila, gadis berusia 15 tahun, yang memiliki paras cantik, pintar dan sopan. Rania memiliki seorang ayah dan 2 kakak laki-laki,mereka sangat membenci rania.
Rania pun harus rela terusir dari rumahnya, hanya karena sang ayah yang tidak bisa menerima dirinya atas kematian bu Indah istrinya. Tapi, dibalik terusir nya Rania, takdir membawa dirinya menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rika sukmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Ran, Maafin kita ya. Selama ini kita udah jahat sama kamu." ucap Reno yang membuat Rania terkejut karena perubahan mereka.
"Iya ran, maafin kita ya. Kita senang bisa ketemu sama kamu lagi, jadi kita bisa minta maaf deh sama kamu." lanjut Keenan. pak Wijaya yang melihat itu hanya bisa melongo.
"Enggak salah itu kak? Bukannya dulu kalian yang menginginkan aku mati!" jawabku sinis.
"Itu kan dulu ran, sekarang kami senang kamu masih hidup." ucap Keenan kemudian diangguki Reno.
"Apa yang sedang kalian rencanakan?" tanyaku karenan masih belum percaya.
"Kami enggak merencanakan apa-apa, kami tadi hanya mengobrol untuk mengajak Keenan minta maaf sama kamu." jawab Reno yang seperti gelisah karena sedari tadi aku menatap tajam kearah mereka.
"Ran kami benar-benar minta maaf." sontak aku terkejut melihat Keenan tiba-tiba berlutut di hadapanku.
"Iya ran, tolong maafin kami. kami benar-benar menyesal." ucap Reno sambil menangis. baru kali ini aku melihat mereka menangis, dan itu membuatku luluh.
"Kalian ini apa-apaan sih, ngapain kalian berlutut di hadapan dia!" pak Wijaya membuka suara yang sejak tadi diam.
"Kami hanya ingin meminta maaf dari dia pah." jawab Keenan.
"Udah kak bangun, enggak pantas kalian begini apalagi dihadapanku. Aku ini adik kalian, aku di bawah kalian jadi kalian enggak pantas begini." ucapku sambil membangunkan kedua kakakku.
"Tapi kami hanya ingin meminta maaf." Keenan berucap.
"Aku sudah memaafkan kalian."
"Kamu serius ran?" tanya Keenan antusias.
"Ya, aku serius memaafkan kalian. karena kalian memang kekuargaku."
"Makasih ya Ran." ucap Reno sambil tersenyum. Jujur aku enggak menyangka mereka berubah secepat ini, tapi aku juga merasa bahagia karena ini. Tapi aku melihat Papah sepertinya tidak menyukai hal ini, dia masuk kerumah sambil mengumpat.
"Kita masuk kedalam yu ran, kita kan belum ngobrol banyak." ajak Keenan.
"Yaudah, aku juga sudah lama enggak bicara dengan kalian." ucapku kemudian mengekori mereka dari belakang.
Aku sampai lupa meninggalkan susi di rumah pak Rt, karena sedari tadi aku kesini hanya sendiri. Setelah selesai bicara dengan kakakku, aku pun menjemput susi dan berpamitan kepada pak Rt.
"Bagaimana ran keluargamu? Apa mereka menjahatimu lagi?" tanya susi setelah kami naik ke mobil.
"Alhamdulillah enggak sus, kedua kakak ku sudah meminta maaf tadi. Cuman ayah saja yang belum menerima ku." jawab rania sedih.
"Syukurlah ran, aku ikut senang. Semoga secepatnya ayah kamu juga berubah."
"Aamin sus, aku minta maaf ya karena tadi aku ninggalin kamu di rumah pak Rt."
"Santai aja ran, disana juga aku banyak ngobrol sama bu Rt jdi enggak kesepian."
"Syukurlah kalau begitu sus, makasih ya kamu sudah mau nemenin aku kesini."
"Sama-sama, santai saja ran kamu ini kayak sama siapa aja."
Dua hari berlalu, kami sudah tiba di Jakarta. Dengan antusias bunda menyambut kedatangan ku.
"Alhamdulillah kamu sudah pulang sayang, bunda khawatir sama kamu." ucap bunda tersenyum sambil memelukku.
"Rania baik-baik saja bun." jawabku sambil melepaskan pelukannya.
"Kita masuk yu sayang, bunda sudah masak banyak buat kamu." ucap bunda membuat ku bahagia karena merasa disayangi seperti anak sendiri.
"Ayo bun, aku juga mau bersih-bersih dulu. udah enggak tahan nih badan lengket semua." ucapku.
"Yaudah, bunda tunggu kamu di ruang tv nanti kita makan sama-sama. Ayah juga sebentar lagi pulang, bunda udah kasih tahu kalau kamu pulang."
"Iya bun, Rania kekamar dulu ya." akupun pamit masuk ke kamar.