NovelToon NovelToon
When It Rains I Find You

When It Rains I Find You

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Slice of Life
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Putu Diah Anggreni

Nana, gadis pemberani yang tengah berperang melawan penyakit kanker, tak disangka menemukan secercah keajaiban. Divonis dengan waktu terbatas, ia justru menemukan cinta yang membuat hidupnya kembali berwarna.

Seorang pria misterius hadir bagai oase di padang gurun. Sentuhan lembutnya menghangatkan hati Nana yang membeku oleh ketakutan. Tawa riang kembali menghiasi wajahnya yang pucat.

Namun, akankah cinta ini mampu mengalahkan takdir? Bisakah kebahagiaan mereka bertahan di tengah bayang-bayang kematian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putu Diah Anggreni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13: Melodi Kehidupan yang Baru

Sebulan berlalu sejak malam yang ajaib di Taman Musik. Gue dan Arga jadi rutin main musik di sana tiap akhir pekan. Kadang cuma berdua, kadang bareng temen-temen yang mulai tertarik gabung. Tapi, hari ini beda. Hari ini gue harus kemo lagi.

"Siap, Na?" tanya Arga sambil nyetir ke rumah sakit.

Gue ngangguk, berusaha tersenyum. "Siap nggak siap sih. Tapi harus dijalanin."

Arga ngelirik gue sebentar, tangannya menggenggam tangan gue. "Lo pasti bisa. Inget apa kata dokter bulan lalu? Ada kemajuan. Itu artinya lo makin kuat."

"Thanks, Ga," gue bales genggaman tangannya.

"Hey," Arga melirik gue lagi, "inget nggak waktu pertama kali kita main di taman? Lo bilang ngerasa hidup banget."

Gue tersenyum lemah. "Iya, gue inget."

"Nah, anggep aja hari ini lo lagi konser. Bedanya, yang nonton cuma gue sama suster-suster cantik," Arga nyengir.

Gue ketawa kecil. "Dasar gombal!"

Tak lama kemudian, finally Kita sampai di rumah sakit. Arga memarkirkan mobilnya di basement rumah sakit. Dia turun duluan, lalu buru-buru membukakan pintu untuk gue.

"Siap, tuan putri?" godanya, mengulurkan tangan.

Gue memutar mata, tapi tetep nyambut tangannya. "Apaan sih. Gue bukan tuan putri tau."

"Buat gue sih putri," Arga nyengir. "Putri yang paling kuat."

Gue cuma bisa geleng-geleng, tapi nggak bisa nyembunyiin senyum. Arga selalu tau cara bikin gue merasa lebih baik.

Kita berjalan pelan-pelan menuju ruang kemo.

Perawat yang udah familiar sama gue, Suster Rina, nyambut dengan senyum hangat.

"Siap untuk sesi hari ini, Nana?" tanyanya lembut.

Gue ngangguk pelan. "Siap, Sus."

Suster Rina mulai nyiapin peralatan sementara gue rebahan di kursi khusus kemo. Arga duduk di samping gue, tangannya nggak lepas dari tangan gue.

"Oke, kita mulai ya," kata Suster Rina sambil nyari pembuluh darah di lengan gue.

Gue narik napas dalam-dalam, ngerasa jarum mulai nembus kulit. Arga meremas tangan gue lembut, tatapannya penuh dukungan.

"Lo pasti bisa, Na," bisiknya.

Suster Rina mulai ngalirin obat kemo ke pembuluh darah gue. Gue bisa ngerasain sensasi dingin menjalar di lengan.

"Gimana, Na? Ada yang aneh?" tanya Arga khawatir.

Gue menggeleng pelan. "Belum. Tapi... gue takut, Ga."

"Hey," Arga mendekatkan wajahnya. "Inget nggak waktu pertama kali kita main di taman? Lo bilang ngerasa hidup banget. Coba lo bayangin itu sekarang."

Gue memejamkan mata, mencoba mengingat momen itu. Tapi rasa mual mulai muncul.

"Ga... gue mual," gue berbisik lemah.

Suster Rina langsung sigap ngasih obat anti mual. "Ini normal kok, Nana. Coba tarik napas pelan-pelan ya."

Arga mulai ngeluarin gitar kecilnya. "Mau denger lagu apa, Na?"

"Terserah... yang bikin tenang aja," jawab gue dengan suara bergetar.

Arga mulai memetik senar gitarnya, memainkan intro lagu "Laskar Pelangi". Suaranya lembut mengalun:

"Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukkan dunia. Berlarilah tanpa lelah, sampai engkau meraihnya..."

Perlahan, gue mulai merasa lebih tenang. Meskipun rasa mual masih ada, tapi musik Arga seolah jadi penangkal.

"Sus," panggil gue pelan. "Biasanya berapa lama lagi?"

"Sekitar satu jam lagi, Nana," jawab Suster Rina. "Mau nonton TV atau baca majalah?"

Gue menggeleng. "Nggak usah, Sus. Gue mau denger Arga nyanyi aja."

Arga tersenyum, terus main gitar dan nyanyi lagu-lagu favorit gue. Kadang gue ikut nyanyi pelan, meskipun suara gue serak.

Waktu berlalu, dan akhirnya sesi kemo hari itu selesai. Suster Rina dengan hati-hati ngelepasin jarum infus.

"Nah, udah selesai," katanya. "Inget ya, kalau ada efek samping yang parah, langsung hubungi dokter."

Gue ngangguk lemah. Badan gue rasanya lemes banget.

"Mau langsung pulang atau istirahat dulu di sini?" tanya Arga.

"Istirahat bentar ya, Ga. Gue masih pusing," jawab gue.

Arga mengangguk, tangannya lembut membelai rambut gue. "Oke. Kita istirahat dulu. Nanti kalau udah enakan, kita pulang."

Gue memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Meskipun badan terasa nggak enak, tapi ada rasa lega karena satu sesi kemo lagi udah terlewati.

"Ga," panggil gue pelan.

"Ya, Na?"

"Makasih ya udah nemenin. Gue... gue nggak tau gimana jadinya kalo nggak ada lo."

Arga tersenyum lembut. "Always, Na. We're in this together, ingat?"

Gue ngangguk, merasa beruntung punya Arga di sisi gue. Meskipun perjalanan masih panjang, tapi gue ngerasa lebih kuat menghadapinya.

Setelah istirahat sekitar setengah jam, gue merasa cukup kuat untuk pulang. Arga dengan hati-hati membantu gue berdiri dan berjalan pelan-pelan keluar rumah sakit.

"Siap untuk ide gila gue berikutnya?" tanya Arga dengan cengiran khasnya.

Gue tertawa kecil. "Ide gila apa lagi nih?"

"Kita bikin band yuk!"

Gue melotot. "Hah? Band? Lo serius?"

"Iya! Kita udah sering main bareng kan? Kenapa nggak?"

"Tapi Ga, gue masih sakit gini..."

Arga meraih tangan gue. "Justru itu! Lo inget nggak apa yang lo bilang? Musik bikin lo ngerasa hidup. Ini bisa jadi alasan lo untuk terus semangat."

Gue terdiam sejenak. "Terus, kita main di mana?"

"Ya di Taman Musik dulu. Tapi nanti kita bisa coba ikut kompetisi, atau upload ke YouTube. Gimana?"

Setelah mikir, gue ngangguk. "Oke deh, ayo kita coba."

Arga langsung semangat. "Yes! Oke, kita mulai rekrut anggota ya."

...****************...

Selama sebulan berikutnya, di sela-sela pengobatan gue, kita sibuk nyiapin band. Arga main gitar, gue vokalis, ditambah Dito di drum dan Rara di bass. Kita latihan tiap ada waktu luang, nulis lagu bareng-bareng.

Akhirnya, tiba saatnya debut pertama kita di Taman Musik. Gue grogi banget, tapi Arga terus nyemangatin.

"Inget Na, lo udah lewatin banyak hal. Ini cuma panggung kecil. Lo pasti bisa."

Gue ngangguk, narik napas dalam-dalam. Begitu musik mulai, gue ngerasain energi yang sama kayak malam pertama kita main di sini. Tapi kali ini lebih kuat.

Lagu pertama yang kita mainin adalah lagu yang gue tulis bareng Arga, judulnya "Simfoni Perjuangan". Liriknya tentang perjalanan gue melawan penyakit, tentang harapan dan kekuatan cinta.

"Di tengah badai, ku temukan melodi

Setiap tetes air mata, jadi not balok abadi

Meski tubuh lelah, jiwa tak kan menyerah

Karena cintamu, jadi kekuatanku..."

Gue nyanyi dengan sepenuh hati, ngeluarin semua emosi yang selama ini gue pendam. Arga main gitar dengan penuh passion, sementara Dito dan Rara memberikan beat yang kuat.

Nggak disangka, makin lama makin banyak orang yang berhenti dan nonton. Ada yang ikut nyanyi, ada yang nangis terharu. Di akhir lagu, tepuk tangan meriah membahana di taman.

"Makasih," gue ngomong ke mikrofon. "Lagu ini... untuk semua yang lagi berjuang. Apapun itu. Inget, lo nggak sendirian."

Setelah beberapa lagu, ada seorang cewek muda yang nyamperin gue.

"Kak," dia manggil dengan mata berkaca-kaca. "Makasih ya lagunya. Aku... aku juga lagi ngejalani kemo. Lagu Kakak bikin aku semangat lagi."

Gue langsung meluk dia. "Sama-sama dek. Kita pasti bisa lewatin ini."

Malemnya, setelah acara, kita semua ngumpul di cafe langganan.

"Gimana guys? Seru kan?" tanya Arga semangat.

"Seru banget!" Rara nyahut. "Eh, tadi ada yang ngasih kartu nama loh. Katanya tertarik ngundang kita main di acara amal rumah sakit."

"Serius?" gue kaget. "Wah, keren dong!"

"Iya, ini baru awal," Dito nambahin. "Gue rasa kita bisa bikin sesuatu yang lebih besar nih."

Arga ngangguk setuju. "Bener. Eh, gimana kalo kita bikin gerakan? Semacam kampanye musik untuk pasien kanker gitu."

"Wah boleh tuh!" gue langsung excited. "Kita bisa ngadain konser amal, terus hasilnya buat bantu pasien kanker yang kurang mampu."

"Dan lo bisa jadi juru bicaranya, Na," Arga nambahin. "Ceritain pengalaman lo, kasih semangat ke sesama pejuang."

Gue terdiam sejenak. "Bener juga. Selama ini gue ngerasa lemah karena sakit. Tapi ternyata... gue bisa pake pengalaman ini untuk bantu orang lain ya."

"Exactly!" Arga meluk gue. "Lo kuat, Na. Dan sekarang lo bisa berbagi kekuatan itu."

Malam itu, sambil menikmati es krim favorit gue, kita mulai nyusun rencana besar. Bukan cuma soal musik, tapi juga soal memberi harapan.

Gue ngelirik gelang pemberian Arga yang masih setia di pergelangan tangan gue. Not balok itu sekarang punya makna yang lebih dalam. Bukan cuma simbol musik, tapi juga simbol perjuangan dan harapan.

"Guys," gue ngangkat gelas. "Bersulang untuk awal yang baru. For music, for hope, for life!"

"For music, for hope, for life!" sahut yang lain kompak.

Gue ngelirik gelang pemberian Arga. Kini, not balok itu punya makna yang lebih dalam. Bukan cuma simbol musik, tapi juga simbol perjuangan dan harapan.

"Ga," gue berbisik ke Arga, "makasih ya. Buat segalanya."

Arga tersenyum lembut. "Sama-sama, Na. We're in this together, remember?"

Gue mengangguk, merasa lebih kuat dari sebelumnya. Dan di saat itu, gue sadar. Penyakit ini mungkin udah ngambil banyak hal dari gue. Tapi dia juga ngasih gue sesuatu yang nggak ternilai: tujuan hidup yang baru.

Besok adalah hari baru. Hari di mana gue bukan cuma berjuang untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain. Dan dengan musik sebagai senjata, gue yakin kita bisa bikin perubahan.

...Karena setiap not, setiap lirik, adalah doa dan harapan....

...Dan bersama, kita akan ciptakan simfoni kehidupan yang paling indah....

1
Kia Shoji
Hu hu hu... ❤️
Putu Diah Anggreni
Aku juga pas buatnya nangis kak/Sob/ Apalagi ini hasil imajinasi aku yg lagi di kemo/Sob//Cry/
dee zahira
nangis baca di part ini
dee zahira
semangat
dee zahira
keren kak...
azura Shekarningrum
Luar biasa
azura Shekarningrum
Lumayan
ㅤㅤZ
Paporitin dulu besok lanjut lagi
ㅤㅤZ
Keren
Protocetus
min kunjungin ya novelku Bola Kok dalam Saku
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
dah sampe sini dulu bacanya. besok lagi. mau tidur 🫶
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
ini terlalu sweet 🥹
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
hey kenapa favorit kita sama semua 😌🤌
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
aaaaaa jd ikutan excited
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
🥹 bertahan ya say
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
milih latarnya Borobudur doang 😍
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
aaaargggh gemas
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
baca NT rasa WP 😆👍
Ms S.
Gak sabar nih nungguin kelanjutannya, update cepat ya thor!
Putu Diah Anggreni: Halo kak, sudah update lagi ya/Heart/
total 1 replies
Aerik_chan
wahhh untuk ada secercah harapan....
yuk kak saling dukung #crazy in love
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!