NovelToon NovelToon
Istri Sejuta Luka

Istri Sejuta Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ike Ariska

Rea memilih berdamai dengan keadaan setelah pacar dan sahabatnya kedapatan tidur bersama. Rasa cinta yang sejatinya masih bertuan pada Devan membuat Rea akhirnya memaafkan dan menerima lamaran pria itu.

Sepuluh tahun telah berlalu mereka hidup bahagia dikarunia seorang putri yang cantik jelita, ibarat tengah berlayar perahu mereka tiba-tiba diterjang badai besar. Rea tidak pernah menduga seseorang di masa lalu datang kembali memporak-porandakan cintanya bersama Devan.

Rea berjuang sendirian untuk membongkar perselingkuhan Devan, termasuk orang-orang di belakang Devan yang membantunya menyembunyikan semua kebusukan itu.

IG. ikeaariska
Fb. Ike Ariska
Tiktok. ikeariskaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ike Ariska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Drama di Rumah Sakit

Gemercik hujan turun malam itu terdengar bagai alunan syahdu, hawa dinginnya meninggalkan embun di kaca jendela. Sepasang anak manusia sedang berbagi kehangatan, bayangan-bayang di tirai kamar menjelaskan segalanya tentang adegan yang tengah mereka mainkan. Hangat dan terbakar di cuaca yang sejatinya dingin, saling berpagut dan tertaut diri mereka satu sama lain.

Lenguh, desah, dan rintihan juga bersahutan seperti kilat dan gemuruh berkejaran. Wanita di bawah kungkungan itu merasa dicinta dan dimanja, dihujani belaian dan kasih sayang.

*****

Esok harinya di rumah sakit...

Ruangan tempat Rea bekerja.

Ketukan di daun pintu berhasil mencuri perhatian. Pergerakan jemari yang rampai di atas keyboard seketika terhenti dibuatnya.

“Masuk!”

Rea melepaskan kacamata yang mula bertengger di batang hidungnya yang runcing. Sesaat kemudian Irina muncul membawa berita.

“Dokter Barra meminta Anda untuk menghadap di ruangannya.”

Rea mengernyit mendengarkan.

“Untuk apa CEO muda itu memintaku datang menemuinya?” batinya.

Setelah itu Rea mengangguk.

“Baiklah, aku segera ke sana,”

Gegas Rea berdiri, lalu menyempatkan diri merapikan meja.

“Irina,” sapa Rea.

Wanita muda bernama Irina itu pun menoleh dan mengangguk.

“Ya, Dok,” jawabnya.

“Aku mungkin akan terlambat, tolong minta pasien untuk menunggu sebentar! Pasti terjadi sesuatu,” ucap Rea. Ia seolah bisa menebak keadaan.

“Baik, Dok.” Irina mengangguk cepat.

Gegas Rea mengayun langkah menuju salah satu ruangan penting di rumah sakit itu. Ruangan Dokter Barra.

Saat melewati koridor samar-samar Rea mendengar suara gaduh ia mempercepat langkah, rasa ingin tahu memenuhi rongga dadanya.

Rea terhenti di ambang pintu dilihatnya ruangan itu dipenuhi oleh semua dokter yang bekerja di rumah sakit itu, rekan kerjanya.

“Dokter Rea, cepat masuk!” seruan seseorang yang sangat Rea kenali.

Dokter Barra melambai ke arahnya.

Dengan langkah tersendat Rea masuk, matanya menyipit saat dilihatnya ada empat orang pria yang tidak ia kenal berdiri di antara mereka yang memakai pakaian serba putih. Jelas pria-pria itu bukan bagian dari mereka.

“Dokter Rea, mampuslah kita!” bisik Dokter Cristy.

Cristy adalah dokter spesialis kandungan di rumah sakit itu.

“Apa terjadi sesuatu yang buruk?” tanya Rea. Ia balas berbisik.

“Dokter Shanum melakukan tindakan gila saat jaga di IGD!” jawab Cristy bergetar.

Tiba-tiba...

“Apa Anda salah satu penanggung jawab di rumah sakit ini?” tanya salah satu dari pria-pria itu tadi.

Nada bicaranya terdengar penuh tekanan, seperti sedang mengintimidasi anak kecil.

Rea maju selangkah, lalu ia mengangguk mengiyakan.

“Ya, benar. Saya salah satu penanggung jawab di rumah sakit ini setelah dokter Barra,” jawab Rea lantang.

Tanpa jeda.

“Bagaimana bisa kalian memperkerjakan Dokter seperti dia? Saya hampir saja kehilangan nyawa anak saya karena dia!” menunjuk pada batang hidung Dokter Shanum.

“Saya akan menuntut rumah sakit ini karena telah melakukan mal praktik!” cetus pria berbadan gemuk itu marah.

Matanya seperti rembulan jingga, seram dan menakutkan.

“Dokter Rea, itu tidak benar. Saya melakukan tindakan sesuai prosedur. Bapak ini datang membawa bayinya yang tersedak saya bersama perawat jaga sigap melakukan pertolongan, tapi bapak ini malah menuduh saya telah mencekik anaknya saat saya melakukan back blows dan chest thrusts. Saya dituduh mencekik anaknya saat memegang rahang untuk membuka jalan napas bayinya,” terang Dokter Shanum membela diri.

Rea mengangguk kini ia mengerti di mana letak permasalahan yang sebenarnya. Sialnya saat Rea melirik pada Dokter Barra, pria itu malah mengangkat tangannya dan merapatkannya di dada. Wajah pria itu pucat tak ubah seperti mayat.

Tidak ada seorang pun di sana yang bisa menyelamatkan nasib rumah sakit PERSADA KASIH kecuali Rea sendiri. Rekan-rekannya tidak punya keberanian untuk melawan intimidasi dari bapak berbadan gemuk itu tadi.

“Baiklah, Pak. Saya mengerti sekarang duduk permasalahannya.” Angguk Rea.

Gegas Rea mengambil phantom sejenis peraga berbentuk tubuh manusia.

Satu kedipan dari Rea pada Cristy membuat wanita itu segera mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya dan gegas merekam tanpa sepengetahuannya pria-pria itu tadi.

“Dokter Shanum, bisa maju sedikit?” tanya Rea.

Dokter Shanum mengangguk dan gegas maju wajahnya tampak sembab karena tidak berhenti menangis.

“Apa Dokter kami melakukannya seperti ini, Pak?” tanya Rea memeragakan.

Rea membalik manekin berbentuk bayi dengan posisi tengkurap di lengan yang ditopang dengan paha.

“Apa dia meletakkan posisi kepala bayi Anda lebih rendah pada saat melakukan pertolongan?” tanya Rea.

Pria itu saling tatap dengan pria di sampingnya, setelah itu mereka mengangguk bersamaan.

“Berarti dokter kami melakukannya dengan benar.” Rea mengangguk dengan bibir yang sedikit mencibir.

Sementara itu Dokter Shanum menghela napas berat mendengarkan.

Kemudian Rea menunjukkan lagi satu tindakan.

“Apa setelah itu Dokter kami menepuk-nepuk kuat punggung bayi, Bapak?” tanya Rea lagi.

Pria itu kembali mengangguk membenarkan.

“Tapi, sebelum menepuk punggung bayi saya dia mencekik lehernya dulu!” kali ini nada bicara pria itu melambung sangat tinggi hingga tanpa permisi menyentuh langit-langit ruangan.

Rea mengangguk.

“Apa Dokter Cristy mencekiknya seperti ini?” tanya Rea.

Ia menunjukkan cara penanganan yang salah pada pria itu.

Pria itu pun menggeleng.

“Bukan, bukan seperti itu. Dia mencekiknya seperti ini,” timpal pria itu sambil mengambil alih manekin di tangan Rea.

“Seperti ini, wanita sialan itu mencekik bayiku seperti ini!” teriak pria itu marah, ia malah menunjukkan cara penanganan yang benar dengan sedikit memajukan dan menekan ke dua rahang manekin itu.

“Ck, ck, ck!” Rea berdecih, sambil ia menggeleng tidak percaya melihatnya. Seolah ia prihatin menonton bagaimana buruknya tindakan yang dilakukan teman sejawatnya.

Tiba-tiba ruangan yang semula hening dibuat riuh diiringi suka duka semua dokter yang ada di sana. Mereka memeluk Dokter Shanum dengan perasaan bahagia dan senyum mengambang di bibir mereka.

“Apa-apaan ini?!” tanya Pria gemuk itu tidak terima.

Semua mata kembali teralihkan pada pria itu.

Mereka diam tatkala melihat Rea dengan santainya menaruh kembali manekin itu ke tempatnya dan berbalik mendekati pria itu lagi.

“Apa maksud dari semua ini?” tanya pria itu tidak mengerti. Ia heran melihat perubahan ekspresi orang-orang di sana.

“Dokter Shanum tidak bersalah,” ucap Rea singkat.

“Tidak bersalah?” mata pria itu melotot mendengarkan.

“Ya, Dokter kami tidak bersalah. Cara saya tadi adalah cara yang salah, lalu bapak dengan sendirinya mencontohkan cara yang betul seperti cara yang dilakukan oleh Dokter Shanum ke anak bapak,” pungkas Rea.

“Jika dilihat sepintas memang terkesan seperti mencekik, tapi itu tidak benar. Tindakan yang dilakukan Dokter kami sudah yang paling benar,” imbuh Rea memaparkan.

Ia tersenyum memandangi raut bodoh di wajah pria itu, sialnya pria itu tidak mudah menerima kekalahannya.

“Saya tidak terima, saya tetap akan menuntut rumah sakit ini! Saya pastikan kalian kalah dipersidangan, rumah sakit ini akan segera tutup!” ancamnya.

“Silakan, Pak! Dengan senang hati.” Rea mendongakkan wajahnya tidak gentar menghadapi ancaman.

Kali ini dokter Shanum maju satu langkah.

“Sekalipun Anda bawa masalah ini ke mahkamah internasional, saya tidak takut!” ucap Dokter Shanum.

Wanita muda itu berdiri sambil bersedekap tangan di dada.

“Saya pastikan Anda akan menyesal! Karena saya bisa saja mengubah pernyataan di pengadilan nanti!” cetus pria itu berapi-api.

Tiba-tiba...

“Sayangnya tidak semudah itu!” sela Dokter Cristy.

Wanita itu mengangkat tinggi ponsel di tangannya sambil memutar video pria itu tadi.

Seketika pria bertubuh gemuk itu tertunduk. Sikap angkuh sirna di wajahnya. Setelah saling pandang dengan teman-temannya kemudian mereka berlalu tanpa kata.

1
Salsabila Arman
lanjut
Liem Raliem
lanjut thoooorrr
Retno Harningsih
up
Nur Adam
lnjut
Retno Harningsih
lanjut
Murni Dewita
👣
Simba Berry
baca sinopsisnya aja bikin emosi boro2 dibaca.
Anonymous
suka sama cerita nya
Anonymous
keren
Aurelia Alula
bagus ceritanya
Aurelia Alula
si Devan emg lain org ny
Aurelia Alula
hahahahaha memalukan
Aurelia Alula
sadis kali si rea
Aurelia Alula
kasian rea luka batin ny sngt dlm
Aurelia Alula
apa ini pengalaman pribadi author?
Anonymous: seperti nya iya/Chuckle/
Ike Ariska: aduh/Facepalm/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!